Kali ini saya akan menceritakan pengalaman sex pribadi saya, namun sebelumnya saya akan memperkenalkan diri dulu. Well, nama saya Agnes, 17 tahun, dan juga statusku sekarang masih duduk di bangku SMA. Saya merupakan salah satu siswi dari SMA Favorit di kota “S“ . Sudah sekitar 1 tahun ini pola pergaulanku mulai menjadi liar dan juga kacau. Clubbing, dunia malam, inex dan juga sex bebas menjadi pola dari pergaulanku. Hingga akhirnya saya pun terjerat ke dalam kehidupan yang tidak terarah. Sebenarnya saya juga sadar bahwa pola bergaul seperti ini tidak akan bisa memberikan kehidupan yang baik di masa depan. Saya pun berpikir saya sudah hampir kehilangan jati diri saya sendiri.
Jujur aja, saya sungguh menyesali kondisi saya saat ini. Keterjerumusanku di dalam dunia pergaulan bebas ini sudah membawa saya masuk ke dalam kehidupan yang suram. Sebenarnya saya juga ingin sekali untuk mendapatkan kembali kehidupan saya yang dulu, dimana saya belum mengenal pergaulan bebas. Sungguh indah rasanya. Kedua orang tuaku sangatlah sayang kepada saya. Wika pacarku yang sangat setia, dia selalu saja datang menghibur dan juga menemaniku setiap hari.
Di dalam kehidupan kelamku ini, aku sempat teringat pada momen kehidupan saya yang dulu. Dulu teman sekolahku sering berkunjung ke rumah untuk mengerjakan tugas bersama atau kadang sekedar berkumpul. Saya dulunya merupakan wanita tipe pemalu, sedangkan pacar saya malah bersifat terbalik dari saya. Dia adalah biang kerok di sekolah dan juga tidak tahu malu. Sementara saya adalah murid berprestasi dalam pelajaran namun kurang dalam bidang olahraga. Sedangkan si Wika berprestasi dalam bidang olahraga tetapi malas belajar. Kata teman-teman sekolah saya sih kami itu pasangan yang serasi, Tidak tahu juga apanya yang serasi.
Saya pun teringat pada saat-saat terakhir bersama Wika ketika dia akan melanjutkan sekolah ke Eropa. Ada firasat bahwa itu merupakan saat terakhir saya bersamanya. Saya pun menangis tiada henti di bandara bak orang bodoh. Tidak ada kata yang terucap, cuma sedu dan lirih yang terdengar dari mulutku. Orang tuanya pun sampai segan kepada orang tua saya dan juga berusaha menghiburku dengan mengatakan jika Wika akan sering balik ke Indonesia untuk menjengukku. Orang tua saya pun tidak kalah dan juga berjanji kepada saya akan berusaha menyekolahkan saya ke Eropa selepas tamat SMA nantinya.
Kata orang, cinta akan lebih terasa pada saat akan terpisahkan oleh jarak. Saya pun tidak sabar untuk membuka e-mail saya setiap malam. Telepon internasional seminggu sekali pun menjadi penawar rindu jika saya rindu suaranya. Setiap malam sebelum tidur, saya akan melihat foto kami berdua. Dan juga tidak lupa saya mendoakan dia disana. Kini Wika pun tidak akan memandangku lagi. Laporan dari temannya yang melihat saya berkeliaran di diskotik dengan para lelaki membuatnya murka dan juga tidak mempercayaiku lagi. Dia pun mengadili saya yang cuma bisa menangis dan juga berjanji akan menghentikan perbuatanku.
Tetapi apa daya, di belahan dunia yang lain, Wika tidak bisa melihat keseriusanku dan dia pun meminta untuk mengakhiri hubungan kami meski saya sudah menangis meraung-raung di dalam telepon. Saya tidak berdaya. Dia begitu keras kepala dan tidak mengampuni kesalahanku. Ya sudahlah, karena memang ini semua memang salahku. Tetapi lantas apakah saya tidak mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kesalahan itu, Apakah setiap orang tidak pernah berbuat khilaf dan juga apakah sama sekali tidak ada kata maaf bagiku. Dia dulu pernah mengatakan apapun yang terjadi dia akan selalu mencintaiku, akan selalu menjagaku. Semakin hari cintanya kepadaku akan semakin besar. Ternyata semua itu bohong! Itu semuanya hanyalah bohong belaka.
Sekarang ini saya menjadi seperti orang bodoh, sering melamun dan juga mudah stres. Bukan cuma hubunganku dengan Wika yang hancur saja namun hubunganku dengan ayah dan ibuku juga memburuk. Mereka pun sudah menyerah menghadapi saya yang nyaris setiap hari pulang pagi hari. Mereka juga bahkan mengancam akan mengusir saya ke luar rumah jika terus-menerus seperti ini. Saya menjadi sering bolos sekolah. Prestasiku di sekolah pun semakin hari semakin memburuk. Saya sudah kehilangan niat untuk belajar dan juga meraih ranking di sekolah.
Hubunganku dengan teman sekolahku juga kian memburuk. Saya pun mulai malas bergaul dengan mereka. Saya takut mereka akan mengetahui siapa saya yang sebenarnya. Saya juga takut mereka akan menyebarkan tingkah lakuku yang sebenarnya. Saya takut dan saya menjadi paranoid! Saya menjadi mudah curiga dengan orang. Saya menjadi sulit tidur dan juga melamun yang tidak-tidak. Saya menjadi sering bermimpi buruk dan juga semakin sulit untuk membedakan mana mimpi dan juga mana kenyataan. Lama-lama saya bisa menjadi gila! Saya ingin sekali unutk berhenti menggunakan narkoba dan juga sesegera mungkin untuk meninggalkan dunia gelap yang sudah selama setahun ini kugeluti. Tetapi saya sangat sulit meninggalkannya. Saya sudah terperangkap di dalamnya.
Inexs, semua ini karena pil setan itu! Badanku menjadi semakin kurus. Mataku menjadi cekung dihiasi dengan garis hitam di bawahnya. Saya sudah tidak mengenali wajahku sendiri di depan cermin. Bahkan ibu saya sudah mengecap saya sebagai seorang wanita nakal. Saya memang sudan menjadi wanita nakal. Saya sudah melepaskan keperawananku pada seorang lelaki yang bukan suamiku. Saya sangat malu pada diriku dan juga pada kedua orang tua. Diriku bukanlah Agnes yang dulu lagi. Agnes yang selalu meraih prestasi bagus di sekolah. Agnes yang selalu membanggakan kedua orang tua. Agnes yang rajin beribadah. Agnes yang lugu dan juga pemalu. Agnes yang selalu jujur dan juga berterus terang.
Malam itu, tidak tahu malam yang ke berapa saya pergi ke diskotik bersama Robin. Usai clubbing gila-gilaan bersama teman, saya pun pulang bersama Robin. Sebenarnya saya agak malas pulang karena masih dalam keadaan on yang berat. Karena Bandar agen bola terpercaya dan terbesar dari Jakarta kemari, semuanya menjadi kebanyakan inexs. Badanku juga terus bergetar tidak berhenti, dan juga rahangku bergerak-gerak ke kiri dan juga ke kanan. Dengan eratnya saya memeluk lengan Robin seolah-olah takut kehilangan dirinya.
Tidak seperti biasanya si Robin mengajakku untuk putar-putar mengelilingi kota. Mungkin dia kasihan melihat saya masih on berat dan juga tidak tega untuk membiarkan saya sendirian di rumah saya. Saya sendiri sih senang-senang saja. Kuputar lagu house music lumayan kencang, meski saya sadar akibatnya akan fatal. Tidak sampai lima menit, lagu house music dan juga hembusan hawa AC yang dingin pun membuat saya kembali on lagi! Saya pun menggerak-gerakkan kepala, badan, dan juga tanganku di bangku sebelah. Rasanya senang sekali clubbing di dalam mobil yang sedang melaju membelah kota! Robin pun tertawa melihat saya yang memutar-mutarkan kepala seperti angin puyuh.
“ Untung aja kaca film mobilku gelap. Jadi saya tidak perlu takut kalau ada orang-orang yang melihat tingkahmu! ” ujarnya.
Rasanya pada saat itu saya sudah tidak peduli mau dilihat orang, hansip, polisi, ataupun siapapun juga, saya tidak akan peduli lagi! Lagipula ini baru jam 3 pagi. Setelah setengah jam kami mengelilingi kota, akhirnya kami pun sampai di daerah rumah Robin. Robin pun menyarankan supaya saya meneruskan trippingku di rumahnya. Karena terlalu riskan jika clubbing di jalanan seperti ini. jika sedang sial bisa saja ketangkap polisi. Saya yang telah tidak bisa berpikir jauh lagi cuma mengiyakan omongannya.
Sampai di rumah Robin, saya pun langsung di antar ke dalam kamarnya. Sambil meletakkan kunci mobilnya, Robin pun menyalakan AC dan juga memutar lagi lagu house music untukku. Wah, dia sepertinya benar-benar ingin membuat saya on sampai pagi! Ok deh, saya layani! Kurebut remote AC dari tangannya dan juga kusetel dengan suhu paling rendah. Robin yang sudah mulai drop, begitu mencium bau ranjang pun langsung ingin merebahkan badannya ke tempat tidur. Tentu saja saya juga tidak ingin tripping sendiri saja! Kutarik tangannya dan juga kuajak dia bergoyang lagi.
Robin mengerang dan juga tetap menutup wajahnya pake bantal. Tingkahnya membuat kelihatan dia manja seperti anak kecil. Tidak habis akal, saya pun segera mencari koleksi minumannya di meja. Kusambar sebotol Whisky dan juga kupaksa dia minum. Awalnya Robin pun menolak dengan alasan besok harus bekerja. Tetapi saya terus memaksa sampai dia tidak berkutik. Beberapa teguk Whisky pun membuahkan hasil juga. Robin pun bangun dan juga duduk di depanku. Saya lantas memeluknya dari belakang dan juga menggodanya dengan manja.
“ Kalau kamu nemenin saya clubing, hari ini saya akan menjadi milikmu. ”
“ Milikku? Sepenuhnya.? I love it! ” balas Robin dengan nakal.
“ ehm. Iya jadi milikmu. ” bisikkku dekat telinganya.
Saya memeluknya dari belakang dan juga menciumi telinganya sampai dia pun kegelian. Saya terus menggodanya dengan mencium leher dan juga bahunya. Tiba-tiba dia saja membalikkan badan dan juga menyergapku! Saya kaget dan juga berteriak kecil. Robin mendekapku erat-erat dan juga balas menciumi wajah, leher dan juga telingaku. Saya pun menjerit-jerit kegelian karena tingkahnya.
Lama-lama ciuman Robin pun semakin menurun ke bawah. Dia melorotkan tali tanktop-ku dan juga menciumi buah dadaku dengan ganasnya sambil mendengus-dengus. Saya bergetar menahan rasa geli dan juga rangsangan yang hebat. Otot-otot badan dan juga kakiku terasa kaku semuanya. Tidak puas menciumi dadaku, Robin pun meloloskan bra yang menutupi dadaku dan membuat kedua buah dadaku tersembul keluar.
“ Wow… Saya paling suka dengan payudaramu! ” desisnya.
Saya paling suka jika keindahan tubuhku dipuja. Dia pun mengucapkan kata itu dengan mata yang berbinar-binar sehingga membuatku sangat tersanjung. Tentu saja saya pun langsung menutupi dadaku dengan kedua tangan seolah melarangnya untuk melihatnya. Sedetik kemudian dia sudah membuka kedua tanganku dan juga membungkuk ke arah dadaku dam mendekatkan mulutnya ke puting susu kananku. Dengusan nafasnya yang mengenai putingku sudah membuatku menggelinjang. perlahan lidahnya menjilat putingku sekilas, lalu berhenti dan juga melihat reaksiku.
Saya memejamkan mata dan juga mendengus. Perasaanku sudah melambung sampai ke awang-awang! Saat kubuka mataku, dia memandangku dengan senyuman nakal. Saya pun memukulnya. Kemudian dia menjilati puting kiriku sekilas. Saya pun kembali menggelinjang. Saya merasakan detik-detik penantian apa yang akan dilakukan oleh Robin pada putingku dan membuat saya semakin penasaran. Saya mengerang-erang supaya Robin bisa meneruskan aksinya. Saya sudah terangsang sekali sampai memohon-mohon kepadanya supaya memuaskan saya. Robin pun tersenyum manis sekali lalu memasukan putingku ke mulutnya.
Putingku pun dimainkan dengan mulut dan juga lidahnya yang hangat. Saya bergetar dan juga menggelinjang semakin menjadi-jadi. Kepiawaian Robin dalam merangsang dan juga memuaskan saya sudah terbukti. Rangsangan yang begitu hebat membuatku melupakan segala janji yang sudah pernah kubuat. Robin pun sangat terangsang rupanya. Saya merasa ada sesuatu yang mengganjal pada bagian bawah perutku dan juga menyodok-nyodok kemaluanku. Saya pun membuka kedua kakiku dan juga merubah posisi pinggulku supaya kemaluanku bisa bergesekan dengan penisnya.
Setiap kali penisnya menggesek klitorisku, aku mengerang dan juga merenggut apa saja yang dapat kurenggut termasuk juga rambutnya. Nafas kami yang mendengus bersahutan saling bersaing dengan lagu house music yang tengah memenuhi ruangan. Robin pun meneruskan aksinya sambil melepaskan pakaianku satu per satu sampai saya telanjang bulat. Saya pun menatap wajahnya dengan perasaan tidak karuan. Lalu dia juga membuka pakaiannya sendiri dan juga mulai menyerangku dengan ganasnya. Saya dicium mulai dari mulut turun ke leher kemudian ke buah dada. Kemudian turun lagi melewati pusar dan juga bulu kemaluanku. Dia pun berhenti sesaat melihat saya yang sudah sangat terangsang berat.
“ bin. cium anuku, please.” pintaku terbata-bata.
“ Hehehe. OK” desisnya pelan.
Lalu tanpa menunggu perintah yang kedua kalinya, dia pun mulai merubah posisinya supaya mulutnya pas pada kemaluanku. Kemudian kakiku juga dibuka lebar-lebar ke atas sehingga kemaluanku pun menyembul di antara pahaku. Saya merasakan hawa dingin yang menerpa bagian dalam kemaluanku yang sedang merekah. Saya memejamkan mata dan hatiku berdebar-debar menunggu Robin untuk memulai aksinya. Robin pun menciumi sisi luar kemaluanku dengan pelan. Saya pun mengerang tertahan dan juga mengerutkan dahi. Rasanya sangat geli sekali! Ciumannya bergerak ke tengah dan juga berhenti pada klitorisku.
Klitorisku diciuminya lama sekali seperti saat dia menciumi bibirku. Dia pun mengulum dan juga kadang menyedot kemaluanku dengan kuat. Saya pun mendesah-desah keras sekali. Tidak tergambarkan rasanya saat itu. Lalu saat lidahnya ikut bermain, saya tidak kuat untuk menahan lebih lama lagi. Dibukanya bibir kemaluanku dengan jari-jarinya, lalu lidahnya dimasukan ke dalam. Lidahnya memilin-milin klitorisku dan juga kadang masuk ke kemaluanku, dalam sekali.
Erangan yang panjang menandakan kenikmatan tiada taranya. Saya pun malu sekali saat klimaks di hadapannya. Ritme ciumannya pada kemaluanku pun perlahan-lahan mengendor seiring dengan tekanan yang kurasakan. Robin memang hebat sekali. Dia sudah berpengalaman memuaskan pacarnya. Dia tahu timing yang pas kapan harus cepat dan juga kapan harus pelan. Saya menjadi curiga apa dia berprofesi sebagai seorang gigolo yang sudah biasa memuaskan tante-tante yang kesepian. Hehehe.
“ Lho kok cepat, nes? Udah terangsang banget dari tadi ya? ” tanyanya sambil tersenyum mesum.
Mukaku pun memerah saat saya tidak bisa menjawab pertanyaannya. Saya pun memukulnya dengan bantal sambil menggodanya.
“ Kamu gigolo ya, bin? Kok hebat banget sih? ”
“ Eh apa, gigolo! Kurang ajar lu,nes! Gua ini kan memang Player di kota ini! Belum pernah ada pacar yang tidak puas jika main denganku! ” ucapnya.
“ Teman-temanku saja sampai menjulukiku ‘Sex Machine’! ” lanjutnya.
“ Bohong! kamu pasti seorang gigolo! ” godaku sambil memukulnya lagi dengan bantal. Kami berperang mulut beberapa saat.
Kemudian Robin pun mengakhirinya dengan berkata,
“ Enak saja kamu menghina saya! Sebagai hukumannya, nih. ” Robin pun melompat ke arahku dan juga memasukkan kepalanya diantara kedua kakiku.
Dia langsung melumat habis kemaluanku dengan mulutnya lebih ganas lagi padahal kemaluanku masih sedang berdenyut-denyut geli. Saya pun menjerit dibuatnya. Gelinya sungguhg luar biasa! Entah apakah karena kemaluanku sudah sangat basah atau tidak, saya pun mendengar bunyi yang berkecipak pada kemaluanku. Rasa geli yang sedang menerpa segera berubah menjadi rasa nikmat. Saya kembali terhanyut dalam permainan lidahnya.
Saya pun klimaks untuk yang kedua kalinya. Badanku terasa lemas. Malam itu, saya mudah sekali untuk klimaks. Tidak tahu apa mungkin karena pengaruh inexs atau saya memang sudah dalam kondisi puncak, saya juga tidak tahu. Kami break dulu sebentar. Robin pun tidur terlentang. Kulihat penisnya yang berdiri tegak seperti tugu monas. Kepala penisnya yang merah mengkilat karena cairan mani yang meleleh keluar. Saya pun duduk di pangkuannya dan juga memegang penisnya yang sudah keras.
“ Lho, sejak kapan celana dalammu dilepas? Saya kok tidak tahu? ” tanyaku.
“ Hehehe. habis kamu merem terus dari tadi sampai tidak tahu kalau burungku sudah menunggu-nunggu untuk ditembakkan ke sasarannya! ” candanya.
Saya merasa kasihan padanya. Kuelus-elus pelan penisnya sambil menggodanya. Lalu saya naik pun ke atas tubuhnya dan juga duduk tepat di atas penisnya. Robin pun tampak terangsang dengan tindakanku. Kugoyang-goyangkan pinggulku memaju-mundurkan di atas penisnya sambil kuelus-elus halus dadanya. Robin pun memejamkan matanya sambil merasakan sentuhan kemaluanku di penisnya.
Saya juga merasa geli-geli nan nikmat pada saat penisnya yang keras dan juga licin menggeser pada klitorisku.
Lama-lama Robin pun tidak kuat untuk menahan rangsangan. Dia bangkit dan juga memeluk tubuhku. Kami langsung berciuman. Tanpa mempedulikan bau cairan pada kemaluanku di mulutnya, saya terus menggerakkan pinggulku maju mundur. Kemaluanku yang sudah basah semakin memudahkan penisnya bergesekan diantara bibir kemaluanku. Gerakan kami semakin lama semakin liar, sampai akhirnya pertahananku pun runtuh.
Penis Robin pun mengoyak keperawananku! Kepala penisnya menyelip dan juga masuk ke dalam kemaluanku. Saya pun menjerit kaget dan juga gerakanku terhenti. Untuk sesaat saya merasakan sakit pada kemaluan karena ada benda yang besar masuk ke dalam kemaluanku. Robin juga berhenti dan juga hendak langsung mencabut penisnya dari kemaluanku. Tetapi saya mencegahnya. Saya sudah benar-benar terhanyut di dalam fantasiku sendiri akan kenikmatan dari persetubuhan ini. Kupeluknya erat tubuhnya. Di samping rasa sakit, saya juga merasakan suatu kenikmatan yang lainnya.
Saya ingin lebih lama lagi merasakannya. Secara tidak sadar saya, merendahkan pinggulku perlahan sampai penis Robin memenuhi liang kemaluanku. Rasanya sangat luar biasa! Saya memeluk Robin sekuat tenaga dengan nafas yang terputus-putus. Kucengkeram punggung Robin dengan kuku jariku tanpa peduli dia akan kesakitan atau tidak. Tidak terlukiskan perasaanku pada saat itu. Saya pun mengerang-erang. Rasanya semua sarafku terputus dan juga terpusat di kemaluanku saat itu.
Robin pun membiarkanku sesaat untuk menikmati moment ini. Dia juga sedang menikmati moment koyaknya selaput daraku. Perlahan-lahan Robin pun memulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya bergerak perlahan di dalam kemaluanku. Saya pun mendesah menahan rasa nikmat dan juga geli. Kemaluanku masih sangat sensitif sampai-sampai saya tidak tahan saat penisnya digerak-gerakkan. Saya pun menatap sayu pada Robin.
“ Mengapa saya tidak tahu jika bersetubuh itu seenak ini? Jika tahu, saya sudah dari dulu ingin bercinta dengan kamu! ” kataku.
Mendengar ucapanku, sesaat Robin cuma memandangku tanpa ekspresi. Saya tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkannya. Lalu dengan pandangan menyejukkan, dia mencium keningku dan juga pipiku. Saya menjadi tenang dan juga damai. Robin, saya sayang kamu, saya sayang kamu, saya sayang kamu. Tidak ada lagi Wika di dalam kamusku. Saya cuma sayang kamu kataku di dalam hati. Sex sungguh jauh lebih memabukkan daripada Inex sekrang ini! Saya tidak bisa berpikir jernih! Yang ada di pikiranku sekrang cuma terus dan juga terus, tanpa akhir.
Robin pun mulai menggerakkan penisnya keluar masuk di kemaluanku. Awalnya perlahan, lama-lama menjadi semakin cepat. Rasanya seperti mau mati saking nikmatnya. Saya tidak mampu berkata apa-apa. Cuma erangan dan juga desahan yang keluar dari mulut. Dorongan penisnya yang memompa keluar masuk ke dalam kemaluanku membuatku tidak berdaya.
Malam itu saya mengalami klimaks empat kali. Robin pun menumpahkan spermanya di dalam perutku dan juga terkapar di sebelahku. Saya juga terkapar karena kelelahan. Saking lelahnya, saya tidak kuat untuk mengambil tissue untuk membersihkan spermanya yang ada di perutku. Ternyata klimaks pada saat bersetubuh jauh lebih nikmat daripada oral seks. Sungguh berbeda sekali.
usai terkapar beberapa saat, Robin pun mengendongku ke kamar mandi dan juga memandikanku. Saya terus-menerus memandang wajahnya dan juga mencari-cari sinar apa yang sedang terpancar di wajahnya. Apakah dia benar-benar mencintaiku atau saya cuma salah satu wanita koleksinya? Saya terus memeluknya pada saat dia membasuh tubuhku menggunakan air hangat dan juga membersihkan kemaluanku. Kemudian usai membersihkan diri, kami pun tidur kelelahan.
Besoknya ketika saya bangun, Robin sudah tidak ada di sebelahku lagi. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Detik berikutnya juga saya baru sadar kalau saya tidur telanjang bulat dan juga cuma ditutupi selimut saja. Perlahan memoriku memutar balik kejadian semalam. Sedikit susah untuk mengingat kejadian semalam usai memakai inexs dan juga minum minuman beralkohol.
Setelah ingat semuanya, dengan lemas saya bangkit dan juga melihat kemaluanku. Kuraba dan juga kupegang kemaluanku. Rasa nikmat dan juga geli semalam masih sempat terbayang di pikiranku. Pikiran jelek pun mulai menggangguku. Saya sudah tidak perawan lagi! Saya telah kehilangan keperawananku pada usia ke 17 dengan orang yang bukan pacarku ataupun suamiku! Gila! Saya sudah lepas kendali!
Kata-kata Angel mulai teringat kembali. Ketika dia kehilangan keperawanannya untuk pertama kali, dia pun menangis semalaman. Tetapi sekarang dia sudah biasa dan juga malah sering bercinta. Saya teringat ketika Angel mengenalkan Robin kepada saya, dia sudah memperingatkan Robin supaya jangan macam-macam dengan saya. Berbagai macam kejadian dari awal saya mengenal kehidupan malam hingga saat ini lalu lalang di dalam pikiranku seolah-olah menyindirku.
Saya merasa ingin menangis menyesali semuanya! Tetapi sudah terlambat! Apalagi pada saat saya melihat ada setitik noda hitam pada sprei. Saya pun langsung menangis. Saya merasa sangat berdosa! Bayangan wajah orang tua berkelebat berganti-ganti di dalam benakku. Saya merasa berdosa terhadap bapakku, ibuku, kakakku, dan juga pada seluruh keluargaku.
Saya masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diriku, saya merasa diri sendiri kotor dan juga hina. Saya sudah bukan Agnes yang dulu lagi, Masa depanku sudah hancur, Siapa yang mau dengan saya yang sekarang ini. Pacarku tidak mungkin mau menerima wanita seperti saya sekarang! Aku yang sdah tidak utuh lagi! aku wanita murahan! Saya membenci diriku sendiri! Saya membenci semua orang! Saya pun menangis lama sekali di dalam kamar mandi. Kutumpahkan semua perasaanku di dalam air mata yang tersapu oleh guyuran air hangat. Sampai akhirnya saya tergeletak lemas di atas lantai kamar mandi.
Usai bosan menangis, saya pun segera beranjak dari kamar mandi dan juga mengenakan pakaian. Kuambil handphoneku dan juga kukirim SMS kepada Angel. Saya pun minta dia menjemputku ke rumah Robin. Angel menyanggupi dan juga berjanji akan menjemput saya usai pulang sekolah pukul 13.00
Pukul 11 siang Robin pulang ke rumah. Tiba-tiba saja perasaanku menjadi campur aduk saat saat kudengar suara mobil Robin memasuki rumahnya. Ada perasaan jengkel yang menggebu padanya.
“ Kok berani-beraninya orang dewasa seperti dia menjerumuskan seorang anak kecil! Dasar lelaki hidung belang! ” pikirku jengkel.
Saya duduk di atas ranjang menghadap pintu kamar sambil menunggu dia. Kusiapkan wajah yang sesuram mungkin supaya dia tahu kalau saya sedang marah padanya. Saya sudah mempersiapkan diri saya untuk mendiamkannya. Pokoknya dia harus tahu bahwa saya sedang marah. Robin yang berusia sepuluh tahun lebih tua tahu bagaimana mesti bertindak menghadapi saya yang masih sekolah. Dia diam saja pada saat saya mendiamkannya. kemudian dia mulai mengajakku makan. Saya pun menolaknya. Dia terus mengajakku berbicara dan juga bercerita bahwa dia bangun kesiangan sampai dia terlambat kerja. Dia pun berpura-pura tidak tahu bahwa saya sedang marah padanya. Sesaat kemudian dia pun mulai memelukku dan juga mengatakan kalau dia pulang karena khawatir saya yang belum makan atau merasa kesepian di rumah.
Lama-lama saya juga mulai kasihan padanya. Dia baik kepada saya. Sebenarnya yang salah itu saya sendiri. Saya yang memaksanya untuk melakukan itu. Padahal kemarin dia sudah hendak tidur, saya yang malah merangsangnya habis-habisan. Saya yang salah. Seperti sudah membangkitkan macan tidur. Saya pun lantas mulai melunak. Saya mulai menjawab pertanyaannya pelan sampai akhirnya suasana pun mulai mencair. Mengerti umpannya sudah kena, Robin pun mulai merayuku dan juga menggodaku. Saya tidak tahan digodanya dan juga mulai membalas godaannya.
“ Robin, kamu mesti bertanggung jawab! Kamu harus nikahin saya! ” serangku.
“ Jangan khawatir, sayang! Saya ini memang dari dulu juga sudah suka sama kamu. Cuma saya takut kamunya yang tidak mau sama saya karena saya terlalu tua untukmu. Hahahaha. ” balasnya.
Saya sudah tidak peduli pikirku. Saya juga merasa cocok dengannyta. Dia begitu dewasa, dia mampu momong saya. Masalahnya adalah dia 10 tahun lebih tua dariku. Apakah orang tua saya akan setuju saya menikah dengannya? Pikiranku sudah jauh lebih jernih sekarang. Robin pun memelukku erat-erat dan juga menghiburku. Saya menjadi semakin sayang padanya.
Karena kejadian malam itu, hampir setiap hari saya bercinta dengan Robin. Kami melakukannya di hotel, di rumahnya, di kamar mandi, di mobil dan juga dimana pun kami inginkan! Berbagai posisi sudah kami lakukan. Saya sudah benar-benar ketagihan bersetubuh dengannya! Bahkan kami sudah pernah menginap seharian di hotel dan juga tidak keluar dari kamar sama sekali. Pada saat itu saya sampai klimaks 11 kali ketika bercinta dengannya! Sungguh liar dan tidak terkontrol.
Acara tripping pun selalu dilanjutkan dengan aktivitas bercinta. Kesukaan kami adalah clubbing dengan telanjang bulat di dalam kamar Robin sambil bercumbuan. Enak sekali rasanya! Pada saat pengaruh inexs mulai menurun, kami pun bersetubuh atau melakukan oral seks untuk bisa membuat kembali on lagi. usai benar-benar habis, kami pun lanjutkan dengan meminum minuman keras. Gila, dua bulan terakhir ini saya sudah jarang kontak dengan Robin. Robin sedang sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan pun saya sibuk diadili oleh keluargaku.
Mereka sangat marah pada saya dan juga mengawasiku dengan ketat. Handphoneku disita sementara. Telepon untukku pun disortir oleh orang tua saya. Kemana pun selalu diantar oleh sopir ayahku. Pokoknya saya sudah menjadi tahanan rumah. Tidak tahu siapa yang salah. Saya tidak perlu menyalahkan siapa selain diriku sendiri. Saya sendiri pun sangat menyesal menyadari kondisiku yang sekarang. Orang luar pun pada bingung melihat tingkahku. Saya hidup di keluarga yang sangat harmonis. Orang tua saya sayang dan juga perhatian pada saya. Tetapi mengapa bisa saya terjerat menjadi seperti ini? Memang bodoh sekali apa yang sudah kulakukan. Penyesalan sudah tiada gunanya lagi. Tidak tahu sampai kapan saya baru bisa berhenti dari dunia yang gila ini? Sebenarnya saya pun sudah mulai bosan.
No comments:
Post a Comment