MARI ~~

27 October 2016

Cerita Seks - Perawat Cantik Tapi Nakal


Saat itu saya masih duduk di kelas 2 SMA. Dan dalam hal asmara, khususnya “bercinta” saya belum memiliki pengalaman berarti sama sekali. Saya tidak tahu bagaimana memulai menceritakan ini, semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini merupakan awal dari semua pengalamanku hingga saat ini.

Vira ialah perawat rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala hepatitis, saya mesti dirawat di rumah sakit beberapa hari. Selama itu juga Vira setiap saat selalu melayani dan juga merawatku dengan baik.

Orang tuaku sangat sibuk dengan usaha agen bola keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih sering menghabiskan waktu seorang diri, atau jika kebetulan teman-temanku datang menjengukku saja. Yang kuingat, hari itu saya mulai merasa baikkan. Saya mulai bisa duduk dari tempat tidur dan juga berdiri dari tempat tidur sendiri.

Padahal sebelumnya, jangankan berdiri, untuk membalikkan badan pada saat tidur pun sangat berat dan juga lemah sekali. Siang itu terasa agak panas, dan juga pengap. Sekalipun ruangku berAC, dan juga cukup luas untuk diriku seorang diri. Tetapi saya benar-benar merasa panas dan juga sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang sudah lama tidak mandi.

Maklum, dokter tidak mengijinkan aku mandi hingga demamku benar-benar turun. Saya menekan bel yang disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, Vira yang kuanggap perawat paling cantik dan juga paling baik masuk ke kamarku.

“Kenapa Dik?” tanyanya sambil tersenyum, manis sekali. Tubuhnya yang sintal dan juga sedikit membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuatku bisa melihat payudaranya yang montok dan menggiurkan.

“Ehhh, ini Mbak, tubuhku lengket semuanya, mungkin karena cuacanya panas dan juga sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya ingin tanya, apakah saya boleh mandi hari ini, mbak?”, tanyaku.

Saya memang suka berbicara dengan suster cantik ini. Dia masih muda, paling tidak hanay lebih tua 4-5 tahun dariku saat itu. Wajahnya yang khas terlihat cantik, seperti orang India kalau sekilas dilihat.

“Ohh, begitu ya. Tapi saya tidak bisa kasih jawabannya sekarang, Dik. Mbak harus tanya dulu ke pak dokter dulu apa adik sudah boleh dimandiin atau belum”, jelasnya ramah.

Mendengar kata “dimandiin”, darahku seolah berdesir ke atas otak semuanya.Pikiran kotorku langusng membayangkan seandainya Mbak Vira benar memandikan dan juga menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong, dan penisku berdiri di dalam celana pasien rumah sakit yang tipis itu. “Iiihh, kamu nakal ya mikirnya. Kok pake acara ngaceng segala sih, pasti pikir yang tidak-tidak ya. hi hi hi”.

Mbak Vira ternyata melihat apa yang terjadi pada penisku yang memang sempat mengeras sekali tadi. Saya hanya tersenyum menahan malu dan juga menutup bagian bawah tubuhku menggunakan selimut.

“Nggak kok, Mbak, cuma spontan saja. Tidak pikir macem-macem kok”, elakku sambil melihat senyumannya yang manis itu.

“Hmmmm, kalau memang kamu merasa gerah karena badannya lengket, mbak boleh mandiin kamu kok, kan itu memang sudah kewajiban mbak yang kerja di sini. Tapi mbak benar- benar tidak berani jika dokter belum mengizinkannya”, lanjut Mbak Vira lagi seakan memancing gairahku.

“Tidak apa-apa kok mbak, saya tahu mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusa” jawabku serius, saya tidak mau terlihat “nakal” dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita. 

Suster Vira masih tetap tersenyum seakan menyimpan maksud tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol diatas meja disamping tempat tidurku.

“Dik, Mbak bedakin saja dulu yah biar tidak gerah dan juga terasa lengket”, katanya sambil membuka tutup bedak itu dan juga melumuri telapak tangannya dengan bedak.

Saya tidak bisa menjawabnya, jantungku berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah sedang membuka kancing pakaianku dan juga menyingkap bajuku. Saya tidak menolaknya karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah, pikirku saat itu. Mbak Vira menyuruhku membalikkan badan, Sekarang saya dalam kondisi tengkurap diatas tempat tidur.

Tangannya terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan juga halus sekali. Pikrranku tidak terkontrol, sejak di rumah sakit, sudah lama saya tidak membayangkan hal tentang seks, maupun melakukan onani sebagaimana yang saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat.

Penisku benar-benar tegak dan juga mengeras tertimpa tubuhku sendiri dalam keadaan tenglungkup. Rasanya pingin kugesek-gesekkan penisku pada permukaan ranjang, tetapi tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Vira disini sekarang.

Fantasiku melayang sudah jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairran bening mengalir dari ujung penisku karena terangsang.

Beberapa saat kemudian mbak Vira menyuruhku membalikkan badan. Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat penisku yang ereksi.

“Iya Mbak..”, jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan tubuhku. Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata.

Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.

“Ahh, geli dan enak banget”, pikirku.

“Wah, kok jadi keras ya? he he he”, saya kaget mendengar ucapannya ini.

“Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?”

Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Penisku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah penisku.

Saya cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Vira semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.

“Ahh, geli Mbak. Jangan digituin”, kataku menahan malu.

“Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini”, lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya. Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu sisi saya ingin terus di”kerjain” oleh mbak Vira, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.

“Dik WIlly sudah punya pacar?”, tanya mbak Vira kepadaku.

“Belum Mbak”, jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara.

“Dik Willy, pernah main sama cewek ngga?”, tanyanya lagi.

“Belum mbak” jawabku lagi.

“hi hi hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih”, lanjutnya centil. Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya.

Memangnya “main” apaan yang saya pikirkan barusan. Pasti dia berpikir saya benar-benar “nakal” pikirku saat itu. “Pantes deh, dik Willy dari tadi mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Willy mau main- main sama Mbak ya?

Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat saya menjawab, mbak Vira sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.

“Aaahh, geli Mbak” rintihku keenakan.

Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya.

Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu.

Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.

“Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat”, katanya. Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.

Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang bulat.

Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya, digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu.

Saya belum pernah berciuman dengan wanita, namun mbak Vira benar-benar pintar membimbingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Penisku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan.

Aaahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.

“Yes, enak.. ouuuuh geli Wil, aaaaah.. kamu pinter banget sih”, desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.

Kini tangannya mulai meraih penisku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Vira memainkan penisku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap selangkanganku, dikocoknya penisku pelan-pelan dengan kedua tangannya.

“Aaahh, enak banget Mbak.. asiiik.. aaaahh… aaahh..”, desahku menahan agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.

Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok penisku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok- gosoknya tangannya ke arah vaginanya sendiri. Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali.

Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan vaginanya dengan jempol kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.

Kami saling melayani, tangannya mengocok penisku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki.

“Yesss.. aaah.. nakal banget kamu Wil.. emm, emhh, ehhhh.. enak banget”, desahnya keras.

Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan keras juga.

“Mbak Vira, sedotin penis saya dong.. pleaseee.. saya kepingin banget”, pintaku karena memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di penisku seperti adegan film BF yang biasa kutonton.

“Ihhh.. kamu nakal yah”, jawabnya sambil tersenyum.

Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala penisku yang sudah licin oleh cairran pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya. Kisah Ngentot Terbaru

Dan tiba-tiba dia memasukkan penisku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini penisku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang penisku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa mengejang, kemudian ditariknya penisku keluar.

“Ahhhh.. ahhhh..”, saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan penisku dari jepitan bibirnya yang manis itu.

Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala penisku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali. Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang penisku.

Kutahan kepalanya agar penisku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera “keluar”, Mbak Vira menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya penisku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.

“AHHHH.. AAAHH.. Aaahh.. ahhhh”, teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut mbak Vira.

Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat penisku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai penisku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya.

Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini vaginanya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia membuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya vaginanya dengan jari-jari mungilnya itu.

Saya cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis mbak Vira.

Sesaat kemudian penisku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri penisku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas “panas” yang dilakukan mbak Vira.

Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda. Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok penis sendiri, Mbak Vira tampak semakin terangsang juga.

Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam vaginanya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan putting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu.

“Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas yah..”, canda mbak Vira sambil mendekati
diriku.

Kembali digenggamnya penisku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk memainkan vaginanya. Cairran vaginanya di tangan itu membuat penisku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah mbak Vira, kini kembali basah.

Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih vaginanya dengan jari-jari tanganku, tapi Mbak Vira menepisnya.

“Nggak usah, biar cukup mbak aja yang puasin kamu.. hehehe”, agak kecewa saya mendengar tolakannya ini. Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya atas penisku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.

Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik “bermain” di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya penisku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat. Mbak Vira pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap penisku sampai pipinya terlihat kempot.

Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Vira sunggu hebat pikirku, dia mengulum penisku, namun dia juga sambil memainkan vaginanya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya. Dia merintih, “Ahhh.. ahhh.. aaaahh.. Mbak mau keluar Wil, Mbak mau keluar”, teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.

“Sini mbak, saya mau menjilatnya”, jawabku spontan, karena teringat adegan film porno dimana pernah kulihat prianya menjilat vagina wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu. Mbak Vira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya vaginanya ke arah mulutku.

“Nih.. cepet hisap Wil, hisap..”, desahnya seolah memelas.

Langsung kuhisap vaginanya dengan kuat, tanganku terus mengocok penisku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan vaginanya. Kepalaku dibenamkannya ke vaginanya sampai hidungku tergencet diantara bulu- bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.

“Aaaahh.. aaaahh..”, desah mbak Vira disaat terakhir berbarengan dengan cairran hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu. Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian saya pun orgasme untuk kedua kalinya.

Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh. Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuanku, cairan vaginanya membasahi penisku yang sudah lemas.

Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja. 

Mbak Vira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Vira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.

Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Vira masih kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa “horny” menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster.

Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Vira. Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Vira, benar-benar fantastis menurutku.

No comments:

Post a Comment