Satu bulan lewat Yani menjadi pacarku, aku tidak tahu pacar Yani yang nomor berapakah aku ini, aku juga nggak tahu sudah berapa banyak lelaki yang tidur dengan Yani. Dibenak pikiranku hanya satu, yaitu aku dapat teman tidur dan juga bisa menyalurkan hasrat lelakiku kapan aku suka kepadanya. Nampaknya Yani juga sangat menikmati hal tersebut.
Ibu Yani sudah kenal denganku, begitu juga Kak Vina, Kak Heni dan juga kedua anaknya serta suami-suami mereka. Pernah Kak Vina 2 kali memergoki aku dan Yani ketika kami bercinta di dalam kamar. Namun agaknya bagi
Kak Vina bukan suatu hal yang luar biasa melihat adiknya sedang tidur dengan lelaki di kamarnya, kamar Kak Vina dan juga Yani bersebelahan, mungkin saja erangan dan pekikan Yani saat kami bercinta terdengar dari kamar Kak Vina.
Oleh keluarga itu, aku sudah dianggap seperti orang sendiri, di rumah itu aku seperti di rumah sendiri. Kadang aku menginap di rumah keluarga tersebut, biasanya aku tidur di kamar Yani. Jika suami Kak Vina tak ada di rumah biasanya Yani akan tidur bersama Kak Vina atau bersama ibu jika suami Kak Vina ada. Namun biasanya ketika mereka semua terlelap tidur, Yani seringa diam-diam mengendap masuk ke kamar-nya dimana aku tidur. Dan juga tentu saja, malam itu kami gunakan untuk bersenggama sepuas hati kami.
Pada suatu pagi, ketika aku lewat di rumah Yani untuk berangkat ke kampus, kudengar suara Kak Vina sedang memanggilku. Aku langsung membelokkan arah langkahku menuju rumah Yani, ketika aku masuk ke rumah kudapatkan rumah dalam keadaan sunyi, cuma Kak Vina sendiri di rumah. Kak Vina memintaku memperbaiki setrika yang rusak.
Setrika tersebut kuperbaiki di atas meja setrika di ruang belakang, Kak Vina berdiri di sebelahku menungguku memperbaikinya. Pada saat aku hendak mengambil obeng di meja, tanpa sengaja tangan Kak Vina disentuh olehku. Kak Vina diam saja, tiba-tiba saja timbul isengku, kupegang dan juga kuremas tangan Kak Vina, ternyata Kak Vina tidak menarik tangannya, sehingga timbul keberanian dan juga kenekatanku. Kupeluk pinggangnya dan tubuhnya kutarik merapat ke tubuhku, langsung saja mulutku menyergap mulutnya. Mungkin Kak Vina tidak mengira kenekatanku itu, namun ternyata dia malah tidak menolak dan bahkan membalas ciumanku.
Mendapat reaksi demikian aku tidak ragu-ragu lagi, segera tanganku menjelajah tubuhnya. Menyingkap daster bagian depan dan juga menyusupkan tangan ke balik celana dalamnya. Memeknya terasa hangat sekali, tanpa ada gumpalan bulu, segera jariku beroperasi di memeknya, membuat Kak Vina mengerang keenakan dan mendekap tubuhku semakin kencang.
Kubuka kancing daster di bagian belakang, dan kulepaskan dasternya, sehingga tubuhnya kini cuma tertutup BH dan juga celana dalam saja. Mencuat dua bukit kembar yang tertutup oleh BH berwarna cream. Kulepas tali BH-nya dan juga langsung kuhisap puting susunya. Kak Vina sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi, didekapnya kepalaku keras ke dadanya, sementara tanganku bergerilya di dalam memeknya. Akhirnya kami berciuman, daster dan juga BH Kak Vina sudah terlepas, sehingga bagian yang paling rahasia saja yang tersisa masih tertutup oleh CD warna putih.
Setelah beberapa saat direnggangkan pelukannya, kemudian cepat diraihnya daster, untuk menutupi tubuhnya ala kadarnya dan juga ditariknya tanganku menuju kamarnya. Di dinding kamar Kak Vina terpasang foto Kak Vina dan suaminya, namun foto itu sudah tidak berarti lagi manakala Kak Vina terbuai oleh berahi yang tengah memuncak.
Segera dilepas celana dalamnya, dan juga dia langsung telentang di atas tempat tidur sambil mengangkangkan pahanya. Terlihat jelas celah di antara kedua pahanya yang putih menentang, sudah siap menerima penisku. Merekah kemerahan memek Kak Vina dan juga membuat kontolku keras menegang dan siap melumat lubang nikmatnya itu, Kak Vina sudah menunggu dengan tidak sabaran. Perlahan-lahan kulepas pakaianku, mata Kak Vina tidak lepas-lepas mengawasiku pada saat aku melepas pakaianku.
Begitu celana dalamku terlepas, dan juga nampak penisku tegak berdiri, Kak Vina segera bangkit dan juga menarik tubuhku menindihnya, dengan rakus dipegangnya penisku dan jugfa langsung dibimbingnya masuk ke dalam memeknya.
Kuikuti saja keinginan Kak Vina, langsung kuhantam penisku hingga amblas ke dalam memek Kak Vina yang memang sudah basah dari tadi. Kugenjot penisku keras-keras dan juga cepat, sangat luar biasa erangannya.
Nampak sekali Kak Vina snagat menikmati, gerak tubuhnya luar biasa binalnya, seperti harimau betina yang kelaparan mencari mangsanya. Pinggulnya digoyang naik turun, terkadang diputar-putar, wah sangat nikmat sekali. Sudah lima belas menit kami bercinta, tiba-tiba saja badannya mengejang, pertanda dia sudah mencapai klimaks, diiringi dengan dengusan dan juga erangan yang keras; didekapnya badanku dengan erat. Terasa cairan hangat melumasi liang vaginanya dan juga membuat penisku semakin mudah untuk bergerak.
Kucabut penisku dan juga kubalik badannya, dalam posisi merangkak kumasukkan penisku ke dalam memeknya, langsung kugenjot dengan keras. Kepalanya menengok ke belakang, dan juga kembali kami berciuman, tanpa menghentikan hentakan penis pada liang vaginaya.
Kuremas buah dadanya dari balik punggungnya, keras dan juga kenyal sekali, semakin kupercepat genjotanku, penisku mulai berdenyut-denyut menandakan air maniku hendak muncrat. Di luar memeknya terlihat sedikit cairan berbusa, hal itu karena cairan memeknya yang sudah keluar karena kukocok dengan penisku.
Sesaat kemudian kuubah posisi, Kak Vina menindihku. Digerakkan pantatnya naik turun, aku pun mengimbangi dengan gerakan yang sama juga tetapi berlawanan. Badan Kak Vina bergoyang-goyang, terkadang membungkuk dan juga menciumku, terkadang tegak sambil tangan kanannya memegang penisku untuk tetap tegak dan juga masuk ke dalam memeknya.
Klimaks kembali dicapainya, terasa dinding vaginanya semakin basah, dan penisku semakin lancar bergerak di dalamnya.
Kucabut penisku, kuambil tissue dan juga aku lap memek Kak Vina, kutelentangkan badannya, kutindih lagi tubuhnya, kudekap tubuhnya dengan erat, lalu kugenjot memeknya dengan cepat dan sepenuh tenaga. Reaksi Kak Vina sungguh luar biasa, dia mengerang, bahkan menjerit lirih pertanda dia pun sangat menikmati permainan itu.
Isengm kuhentikan gerakanku sejenak, Kak Vina sepertinya tidak sabar, digerakan pahanya ke atas, sepertinya sedang mengejar kemana penisku pergi. Benar-benar Kak Vina sangat menikmati sekali permainan itu, tidak henti-henti bibirnya berucap, ooough.. lagi.. teruuus.. lagi.. ouhhhh.. aahhh.. enaaaak.. ooough.. Kutekan dan juga kugenjot terus penisku dengan keras ke dalam memeknya.
Terdengar bunyi dan juga derik dipan tempat tidur Kak Vina, erangan dan juga rintihannya semakin menambah gairahku, bunyi berkelepak karena beradunya badan kami ketika aku menekan masuk penisku ke dalam memek Kak Vina., seirama dengan goyang dan juga gerakan yang kami lakukan.
Sesaat kemudian kembali Kak Vina mengerang dengan keras, oooh.. lagi.. teruuss.. aaahh.. aaahh.. teruuus.. aaahh.. dan juga badannya kembali menegang lagi pertanda klimaks sudah dicapainya lagi.
Aku juga sudah tidak dapat menahan lagi keinginanku untuk memuntahkan air maniku, sehingga aku percepat gerakanku, akhirnya lepas dan juga terbuanglah air maniku dengan pancaran kuat sehingga air maniku menyembur masuk jauh ke dalam liang vagina Kak Vina, terasa sebagian dari air maniku meleleh keluar dari lubang memek Kak Vina, membasahi sprei hingga terlihat ada bercak spermaku bercampur dengan cairan memek Kak Vina.
Puas sekali.., benar-benar hebat dan Benar-benar.. sebuah pertempuran yang hebat dan juga melelahkan.., pelan-pelan kujatuhkan tubuhku disampingnya, namun sebelum niatku tercapai Kak Vina menahanku, dan memintaku agar tetap dalam posisi menindihnya, sedangkan kontolku tetap di dalam vaginya.
Keringat bercucuran membasahi tubuh kami berdua, sprei tempat tidur pun sudah berantakan, dan juga bercak-bercak akibat tetesan air maniku bercampur dengan cairan Kak Vina mengotori sprei itu.. Buah dada Kak Vina, semakin mengkilat karena keringat dan juga benar-benar merupakan sebuah pemandangan yang sangat menggairahkan. Segera kuhisap dan juga kuremas payudaranya, ohh.. enaaak.. enaakhh..
Kami tidur berdampingan, aku telentang dan juga Kak Vina memelukku. Kaki kirinya disilangkan di tubuhku, sedangkan kepalanya diletakkan pada dadaku. Terasa hangat dan juga berlendir memeknya, menempel di atas perutku. Matanya menatapku dengan penuh mesra, tangan kirinya tidak henti-henti mengelus kontolku. Kami berbicara pelan dan sedikit bercanda mesra, dia bertanya kepadaku, mengapa aku nekad memeluk dan juga menciumnya.
Aku balas jawab bahwa memeknya yang mengajak dan juga memintaku untuk berbuat begitu.., Kak Vina tertawa geli dan juga dicubitnya perutku.. Kak Vina bilang, bahwa dia memang sedang menunggu kesempatan seperti ini, dia bilang bahwa dia sangat terangsang mengintip aku dan juga Yani saat kami bercinta.
Dia selalu membayangkan kejadian itu.. dan juga pada saat keadaan rumah sepi, timbul idenya untuk mengajakku berbuat seperti itu, apalagi sudah 2 bulan lebih suaminya tidak memberikannya nafkah batin. Katanya permainanku hebat seklai, baru kali ini dia merasakan nikmatnya bersenggama.., selama ini dengan suaminya tidak pernah dia mencapai klimaks seperti yang dirasakannya denganku.
Lima belas menit kemudian, penisku terasa menegang dan juga mengeras lagi. Tanpa izin si pemilik memek, langsung kutindih tubuhnya dan juga kubenamkan penisku ke dalam memeknya. Kami bergelut dan juga bercumbu tanpa ada rasa was-was dan juga khawatir, akhirnya setelah dua kali Kak Vina mencapai orgasme, kutumpahkan lagi air maniku di dalam memeknya.
Permainan kami terus diulangi beberapa saat kemudian, sampai terdengar lonceng berbunyi tanda jam 12. Segera Kak Vina memintaku untuk berpakaian. Usai selesai kami berpakaian dan juga merapikan tempat tidur kembali kami pun keluar kamar menuju ke ruang tamu, sambil saling merangkul. Di sofa ruang tamu, kami duduk berdampingan, tubuh kami rapat dan juga saling melingkarkan tangan merangkul satu sama yang lain.
Bibirnya kucium dan juga kulumat dalam-dalam, pada saat kami sedang bermesraan seperti itu.. tiba-tiba saja pintu samping terbuka. Kak Heni masuk membawa tas belanjaan, melihat apa yang sedang kami lakukan Kak Heni pun sempat tertegun sejenak, namun langsung dia menguasai diri langsung menuju ke dapur. Nampak di wajah Kak Vina terbesit sedikit rasa khawatir, kuelus dan juga kubisikkan bahwa jangan khawatir, semuanya pasti akan beres, kataku menenangkan hatinya.
Kukejar Kak Heni sampai ke belakang, kulihat Kak Heni tengah meletakkan belanja di meja dapur. Langsung kuhampiri dan juga kupeluk dari belakang, Kak Heni terkejut dan juga memutar badannya menghadapku, tangannya berusaha mendorong tubuhku dan juga mencoba melepaskan diri dari pelukkanku.
Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, kupeluk Kak Heni lebih erat lagi dan juga langsung kucium bibirnya, mula-mula Kak Heni meronta-ronta ingin melepaskan diri, namun akhirnya dia menyerah bahkan ketika jari tanganku menerobos masuk ke dalam CDnya dan juga langsung menusuk ke liang vaginanya dia mengerang lirih dan juga mendekap erat tubuhku, rupanya Kak Heni menikmati apa yang sedang aku lakukan padanya.
Aku gendong tubuhnya, dan juga langsung kubawa ke dalam kamar Kak Vina, yang baru saja aku dan juga Kak Vina pakai untuk bermesraan. Segera kujatuhkan tubuhku di atas dipan pada posisi menindih tubuh Kak Heni. Aku tidak mau mengambil resiko, cepat kulepas celana dalam Kak Heni dan celanaku, langsung kudorong saja penisku ke dalam memeknya, Kak Heni mengerang dan juga melenguh.. ooughh....oooouh..jangaaan .. ougghhh.. jangaan.. aaaaahh.., kugerakkan pantatku naik turun dengan cepat.
Mula-mula sulit kugerakkan penisku saat memasuki memeknya, tetapi sesaat kemudian Kak Heni semakin terangsang dan juga memeknya semakin basah, hingga semakin mudah untuk kontolku menyeruak masuk ke dalam memeknya, dan juga akhirnya bebas menjelajahi memeknya.
Kak Heni mengerang-erang menikmati setiap genjotan penisku pada memeknya, sambil tetap menggenjotnya kubuka baju dan juga tali BH-nya, lalu kucampakkan ke lantai, kuhisap puting dan juga kuremas payudaranya, semakin menggila pula gerakkannya.
Memek Kak Heni lebih longgar daripada memek Kak Vina, mungkin ini akibat dia sudah pernah melahirkan, tetapi kulit Kak Heni lebih halus dan juga wajahnya lebih cantik dan juga bersih, semua itu karena dia giat merawat tubuh dan juga wajahnya, di samping itu Kak Heni juga lebih mmapu, sehingga ada biaya merawat tubuh dan juga wajahnya.
Saat aku sedang berpacu mengumbar nafsu di tubuh Kak Heni, pintu kamar terbuka dan juga kulihat Kak Vina berdiri di sana melihat apa yang kami perbuat. Sesaat dia berdiri mengawasi kami, lalu dia tersenyum dan juga pergi menuju ke ruang tamu, untuk memberikan kami kesempatan untuk berasyik-asyik.
Hentakkanku semakin cepat dan juga bertenaga, kepala Kak Heni bergoyang-goyang, tangannya pun semakin kuat meremas-remas sprei, akhirnya Kak Heni tidak tahan, diangkat pantatnya ke atas menyambut gerakkanku, dan juga akhirnya dihempaskan diiringi erangan keras.. ouhhhh....ouggghhh..lagi.. teruussssss.. terussss..ouuugh.., tubuhnya mengejang seketika, tangannya memeluk kepalaku dan juga membenamkannya di antara payudaranya.., seerrr..seetrrr..terasa sesuatu yang hangat membasahi kontolku..
Pelan-pelan kugerakkan kontolku, belum ada pertanda air mani bakal keluar.., pelan dan juga dengan penuh perasaan kugenjot penisku.. Kak Heni pun merengkuh kepalaku dan juga segera melumat bibirku.., sambil mendesah dia berkata.. kamu kurang ajar sekali Indra.., kurang ajar aaaugh..oouuuh..eehmmmm.., begitu katanya kerika kubekap mulutnya dengan mulutku dan juga kusentak penisku keras-keras pada memeknya.
Cairan kental keputihan meleleh pun, jatuh ke rok bawahnya, yang belum sempat kulepas tadi..
Sesaat kemudian kubalikkan posisinya, Kak Heni menindih tubuhku, tidak lupa kulepas rok bawahnya dan juga kulempar ke lantai. Kutempelkan kontolku dimulut memeknya, dan jgua segera kudorong masuk ke dalam memek Kak Heni.., kembali Kak Heni meracau.. ouuuugh..Indra..kamu..jahaaaat..Draaa..ouuugh..
Aku tidak peduli dengan omelannya.., kugerakkan penisku keluar masuk dalam memeknya, menggesekkan dinding memek Kak Heni.., kuremas payudaranya..tangan kanan Kak Heni memainkan bibir memeknya sendiri..sssssh..sshhhh.. oouuuuugh ..ouuuugh..Indraaaa ssssh.. eenakkkhh.. terussss Draaa ..teruuuus..
Semakin cepat dan juga keras goyangan pantatku, tubuh Kak Heni terlonjak-lonjak di badanku, seperti menunggang kuda yang binal, idtak henti dari mulutnya keluar suara erangan dan jgua lenguhan. Kak Heni benar-benar menikmati kebersamaan kami, bahkan sesaat kemudian tubuhnya bergerak menghentak-hentak cepat sambil mendesis, mengerang, dan juga melenguh.
Kembali tubuhnya menelungkup di atas tubuhku dan juga mulutnya dengan rakus mencari mulutku menciumku penuh nafsu, dipererat pelukannya. Dan juga akhirnya kembali tubuhnya mengejang hebat, mencapai klimaks kedua kalinya. Penisku juga terasa mulai berdenyut, nyaris kehilangan kontrol.
Kudorong tubuhnya dan juga kuatur dalam posisi merangkak,
kumasukkan kontolku kembali ke dalam memeknya, mudah terasa, karena sudah basah dengan cairan vagina Kak Heni. Denyutannya makin terasa, kuputar kemabli tubuhnya, kutelentangkan dan kubuka lebar-lebar kedua pahanya dan juga kuserbu lagi memeknya dengan kontolku dengan cepat dan keras, terdengan erangan dari mulut Kak Heni.
Tidak kupedulikan, kugenjot terus memeknya, penisku bertambah keras berdenyut. Dan juga akhirnya dengan satu hentakan keras kulepaskan benih anak-anakku, ke dalam rahim Kak Heni, terasa banyak air mani yang kukeluarkan, dan juga sebagian meleleh keluar mengotori sprei tempat tidur Kak Vina. Kudekap erat dan juga kucium mulut Kak Heni.
Selesai permainan kami pada babak pertama, kubiarkan penisku tetap berada dalam memeknya, kuciumi mukanya, kujelajahi mulutnya menggunakan lidahku, Kak Heni membiarkan ulahku, hal demikian berlangsung sekitar sepuluh menitan. Dengan menegang dan juga mengeras kembali kontolku, segera kumulai lagi babak kedua permainanku.
Kak Heni pasrah saja kuperlakukan semauku, nampak betul dia sangat menikmati saat-saat ini, sampai akhirnya tercapai klimaks beberapa kali, akhirnya air maniku tertumpah lagi di dalam memeknya. Setelah babak kedua selesai, terasa tubuhku lemas dan juga tidak bertenaga. Tenagaku terkuras habi usai meladeni dua wanita kembar tersebut.
Kak Vina dengan manja dan juga suka rela melayaniku, sedangkan Kak Heni yang awalnya kupaksa akhirnya juga menikmati pula permainanku.
Setelah beristirahat, kami segera memakai pakaian kami dan juga keluar meuju ruang tamu, dimana Kak Vina sudah menunggu.
Melihat Kak Vina, Kak Heni pun tersenyum tersipu dan juga segera duduk di dekatnya. Sejenak mereka saling berdiam diri tidak tahu apa yang akan dibicarakan. Aku datang dan juga langsung duduk diantara mereka, kupeluk dan juga kucium mereka berdua bergantian. Kubisikan ke mereka bahwa mulai saat ini kami bertiga sudah menjadi kekasih, kami harus bisa menjaga rapat-rapat rahasia ini.
Tanpa malu-malu lagi kusingkap rok depan mereka, tangan kanan dan juga kiriku segera bergerilya masuk ke dalam CD meraka, jari-jari tanganku pun beraksi memainkan klitoris dan juga mulutku aktif mencium mulut mereka secara bergantian, sungguh surga dunia yang tidak terkira nikmatnya.
Sejak itu kami bertiga sering bersenggama, paling sering kami melakukannya di rumah Kak Heni ketika suami Kak Heni ke kantor agen bolanya, di rumah kontrakkanku dan juga terkadang di losmen. Rahasia itu kami jaga dan Yani pun tidak tahu apa yang sudah kami perbuat selama ini.
Ibu Yani sudah kenal denganku, begitu juga Kak Vina, Kak Heni dan juga kedua anaknya serta suami-suami mereka. Pernah Kak Vina 2 kali memergoki aku dan Yani ketika kami bercinta di dalam kamar. Namun agaknya bagi
Kak Vina bukan suatu hal yang luar biasa melihat adiknya sedang tidur dengan lelaki di kamarnya, kamar Kak Vina dan juga Yani bersebelahan, mungkin saja erangan dan pekikan Yani saat kami bercinta terdengar dari kamar Kak Vina.
Oleh keluarga itu, aku sudah dianggap seperti orang sendiri, di rumah itu aku seperti di rumah sendiri. Kadang aku menginap di rumah keluarga tersebut, biasanya aku tidur di kamar Yani. Jika suami Kak Vina tak ada di rumah biasanya Yani akan tidur bersama Kak Vina atau bersama ibu jika suami Kak Vina ada. Namun biasanya ketika mereka semua terlelap tidur, Yani seringa diam-diam mengendap masuk ke kamar-nya dimana aku tidur. Dan juga tentu saja, malam itu kami gunakan untuk bersenggama sepuas hati kami.
Pada suatu pagi, ketika aku lewat di rumah Yani untuk berangkat ke kampus, kudengar suara Kak Vina sedang memanggilku. Aku langsung membelokkan arah langkahku menuju rumah Yani, ketika aku masuk ke rumah kudapatkan rumah dalam keadaan sunyi, cuma Kak Vina sendiri di rumah. Kak Vina memintaku memperbaiki setrika yang rusak.
Setrika tersebut kuperbaiki di atas meja setrika di ruang belakang, Kak Vina berdiri di sebelahku menungguku memperbaikinya. Pada saat aku hendak mengambil obeng di meja, tanpa sengaja tangan Kak Vina disentuh olehku. Kak Vina diam saja, tiba-tiba saja timbul isengku, kupegang dan juga kuremas tangan Kak Vina, ternyata Kak Vina tidak menarik tangannya, sehingga timbul keberanian dan juga kenekatanku. Kupeluk pinggangnya dan tubuhnya kutarik merapat ke tubuhku, langsung saja mulutku menyergap mulutnya. Mungkin Kak Vina tidak mengira kenekatanku itu, namun ternyata dia malah tidak menolak dan bahkan membalas ciumanku.
Mendapat reaksi demikian aku tidak ragu-ragu lagi, segera tanganku menjelajah tubuhnya. Menyingkap daster bagian depan dan juga menyusupkan tangan ke balik celana dalamnya. Memeknya terasa hangat sekali, tanpa ada gumpalan bulu, segera jariku beroperasi di memeknya, membuat Kak Vina mengerang keenakan dan mendekap tubuhku semakin kencang.
Kubuka kancing daster di bagian belakang, dan kulepaskan dasternya, sehingga tubuhnya kini cuma tertutup BH dan juga celana dalam saja. Mencuat dua bukit kembar yang tertutup oleh BH berwarna cream. Kulepas tali BH-nya dan juga langsung kuhisap puting susunya. Kak Vina sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi, didekapnya kepalaku keras ke dadanya, sementara tanganku bergerilya di dalam memeknya. Akhirnya kami berciuman, daster dan juga BH Kak Vina sudah terlepas, sehingga bagian yang paling rahasia saja yang tersisa masih tertutup oleh CD warna putih.
Setelah beberapa saat direnggangkan pelukannya, kemudian cepat diraihnya daster, untuk menutupi tubuhnya ala kadarnya dan juga ditariknya tanganku menuju kamarnya. Di dinding kamar Kak Vina terpasang foto Kak Vina dan suaminya, namun foto itu sudah tidak berarti lagi manakala Kak Vina terbuai oleh berahi yang tengah memuncak.
Segera dilepas celana dalamnya, dan juga dia langsung telentang di atas tempat tidur sambil mengangkangkan pahanya. Terlihat jelas celah di antara kedua pahanya yang putih menentang, sudah siap menerima penisku. Merekah kemerahan memek Kak Vina dan juga membuat kontolku keras menegang dan siap melumat lubang nikmatnya itu, Kak Vina sudah menunggu dengan tidak sabaran. Perlahan-lahan kulepas pakaianku, mata Kak Vina tidak lepas-lepas mengawasiku pada saat aku melepas pakaianku.
Begitu celana dalamku terlepas, dan juga nampak penisku tegak berdiri, Kak Vina segera bangkit dan juga menarik tubuhku menindihnya, dengan rakus dipegangnya penisku dan jugfa langsung dibimbingnya masuk ke dalam memeknya.
Kuikuti saja keinginan Kak Vina, langsung kuhantam penisku hingga amblas ke dalam memek Kak Vina yang memang sudah basah dari tadi. Kugenjot penisku keras-keras dan juga cepat, sangat luar biasa erangannya.
Nampak sekali Kak Vina snagat menikmati, gerak tubuhnya luar biasa binalnya, seperti harimau betina yang kelaparan mencari mangsanya. Pinggulnya digoyang naik turun, terkadang diputar-putar, wah sangat nikmat sekali. Sudah lima belas menit kami bercinta, tiba-tiba saja badannya mengejang, pertanda dia sudah mencapai klimaks, diiringi dengan dengusan dan juga erangan yang keras; didekapnya badanku dengan erat. Terasa cairan hangat melumasi liang vaginanya dan juga membuat penisku semakin mudah untuk bergerak.
Kucabut penisku dan juga kubalik badannya, dalam posisi merangkak kumasukkan penisku ke dalam memeknya, langsung kugenjot dengan keras. Kepalanya menengok ke belakang, dan juga kembali kami berciuman, tanpa menghentikan hentakan penis pada liang vaginaya.
Kuremas buah dadanya dari balik punggungnya, keras dan juga kenyal sekali, semakin kupercepat genjotanku, penisku mulai berdenyut-denyut menandakan air maniku hendak muncrat. Di luar memeknya terlihat sedikit cairan berbusa, hal itu karena cairan memeknya yang sudah keluar karena kukocok dengan penisku.
Sesaat kemudian kuubah posisi, Kak Vina menindihku. Digerakkan pantatnya naik turun, aku pun mengimbangi dengan gerakan yang sama juga tetapi berlawanan. Badan Kak Vina bergoyang-goyang, terkadang membungkuk dan juga menciumku, terkadang tegak sambil tangan kanannya memegang penisku untuk tetap tegak dan juga masuk ke dalam memeknya.
Klimaks kembali dicapainya, terasa dinding vaginanya semakin basah, dan penisku semakin lancar bergerak di dalamnya.
Kucabut penisku, kuambil tissue dan juga aku lap memek Kak Vina, kutelentangkan badannya, kutindih lagi tubuhnya, kudekap tubuhnya dengan erat, lalu kugenjot memeknya dengan cepat dan sepenuh tenaga. Reaksi Kak Vina sungguh luar biasa, dia mengerang, bahkan menjerit lirih pertanda dia pun sangat menikmati permainan itu.
Isengm kuhentikan gerakanku sejenak, Kak Vina sepertinya tidak sabar, digerakan pahanya ke atas, sepertinya sedang mengejar kemana penisku pergi. Benar-benar Kak Vina sangat menikmati sekali permainan itu, tidak henti-henti bibirnya berucap, ooough.. lagi.. teruuus.. lagi.. ouhhhh.. aahhh.. enaaaak.. ooough.. Kutekan dan juga kugenjot terus penisku dengan keras ke dalam memeknya.
Terdengar bunyi dan juga derik dipan tempat tidur Kak Vina, erangan dan juga rintihannya semakin menambah gairahku, bunyi berkelepak karena beradunya badan kami ketika aku menekan masuk penisku ke dalam memek Kak Vina., seirama dengan goyang dan juga gerakan yang kami lakukan.
Sesaat kemudian kembali Kak Vina mengerang dengan keras, oooh.. lagi.. teruuss.. aaahh.. aaahh.. teruuus.. aaahh.. dan juga badannya kembali menegang lagi pertanda klimaks sudah dicapainya lagi.
Aku juga sudah tidak dapat menahan lagi keinginanku untuk memuntahkan air maniku, sehingga aku percepat gerakanku, akhirnya lepas dan juga terbuanglah air maniku dengan pancaran kuat sehingga air maniku menyembur masuk jauh ke dalam liang vagina Kak Vina, terasa sebagian dari air maniku meleleh keluar dari lubang memek Kak Vina, membasahi sprei hingga terlihat ada bercak spermaku bercampur dengan cairan memek Kak Vina.
Puas sekali.., benar-benar hebat dan Benar-benar.. sebuah pertempuran yang hebat dan juga melelahkan.., pelan-pelan kujatuhkan tubuhku disampingnya, namun sebelum niatku tercapai Kak Vina menahanku, dan memintaku agar tetap dalam posisi menindihnya, sedangkan kontolku tetap di dalam vaginya.
Keringat bercucuran membasahi tubuh kami berdua, sprei tempat tidur pun sudah berantakan, dan juga bercak-bercak akibat tetesan air maniku bercampur dengan cairan Kak Vina mengotori sprei itu.. Buah dada Kak Vina, semakin mengkilat karena keringat dan juga benar-benar merupakan sebuah pemandangan yang sangat menggairahkan. Segera kuhisap dan juga kuremas payudaranya, ohh.. enaaak.. enaakhh..
Kami tidur berdampingan, aku telentang dan juga Kak Vina memelukku. Kaki kirinya disilangkan di tubuhku, sedangkan kepalanya diletakkan pada dadaku. Terasa hangat dan juga berlendir memeknya, menempel di atas perutku. Matanya menatapku dengan penuh mesra, tangan kirinya tidak henti-henti mengelus kontolku. Kami berbicara pelan dan sedikit bercanda mesra, dia bertanya kepadaku, mengapa aku nekad memeluk dan juga menciumnya.
Aku balas jawab bahwa memeknya yang mengajak dan juga memintaku untuk berbuat begitu.., Kak Vina tertawa geli dan juga dicubitnya perutku.. Kak Vina bilang, bahwa dia memang sedang menunggu kesempatan seperti ini, dia bilang bahwa dia sangat terangsang mengintip aku dan juga Yani saat kami bercinta.
Dia selalu membayangkan kejadian itu.. dan juga pada saat keadaan rumah sepi, timbul idenya untuk mengajakku berbuat seperti itu, apalagi sudah 2 bulan lebih suaminya tidak memberikannya nafkah batin. Katanya permainanku hebat seklai, baru kali ini dia merasakan nikmatnya bersenggama.., selama ini dengan suaminya tidak pernah dia mencapai klimaks seperti yang dirasakannya denganku.
Lima belas menit kemudian, penisku terasa menegang dan juga mengeras lagi. Tanpa izin si pemilik memek, langsung kutindih tubuhnya dan juga kubenamkan penisku ke dalam memeknya. Kami bergelut dan juga bercumbu tanpa ada rasa was-was dan juga khawatir, akhirnya setelah dua kali Kak Vina mencapai orgasme, kutumpahkan lagi air maniku di dalam memeknya.
Permainan kami terus diulangi beberapa saat kemudian, sampai terdengar lonceng berbunyi tanda jam 12. Segera Kak Vina memintaku untuk berpakaian. Usai selesai kami berpakaian dan juga merapikan tempat tidur kembali kami pun keluar kamar menuju ke ruang tamu, sambil saling merangkul. Di sofa ruang tamu, kami duduk berdampingan, tubuh kami rapat dan juga saling melingkarkan tangan merangkul satu sama yang lain.
Bibirnya kucium dan juga kulumat dalam-dalam, pada saat kami sedang bermesraan seperti itu.. tiba-tiba saja pintu samping terbuka. Kak Heni masuk membawa tas belanjaan, melihat apa yang sedang kami lakukan Kak Heni pun sempat tertegun sejenak, namun langsung dia menguasai diri langsung menuju ke dapur. Nampak di wajah Kak Vina terbesit sedikit rasa khawatir, kuelus dan juga kubisikkan bahwa jangan khawatir, semuanya pasti akan beres, kataku menenangkan hatinya.
Kukejar Kak Heni sampai ke belakang, kulihat Kak Heni tengah meletakkan belanja di meja dapur. Langsung kuhampiri dan juga kupeluk dari belakang, Kak Heni terkejut dan juga memutar badannya menghadapku, tangannya berusaha mendorong tubuhku dan juga mencoba melepaskan diri dari pelukkanku.
Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, kupeluk Kak Heni lebih erat lagi dan juga langsung kucium bibirnya, mula-mula Kak Heni meronta-ronta ingin melepaskan diri, namun akhirnya dia menyerah bahkan ketika jari tanganku menerobos masuk ke dalam CDnya dan juga langsung menusuk ke liang vaginanya dia mengerang lirih dan juga mendekap erat tubuhku, rupanya Kak Heni menikmati apa yang sedang aku lakukan padanya.
Aku gendong tubuhnya, dan juga langsung kubawa ke dalam kamar Kak Vina, yang baru saja aku dan juga Kak Vina pakai untuk bermesraan. Segera kujatuhkan tubuhku di atas dipan pada posisi menindih tubuh Kak Heni. Aku tidak mau mengambil resiko, cepat kulepas celana dalam Kak Heni dan celanaku, langsung kudorong saja penisku ke dalam memeknya, Kak Heni mengerang dan juga melenguh.. ooughh....oooouh..jangaaan .. ougghhh.. jangaan.. aaaaahh.., kugerakkan pantatku naik turun dengan cepat.
Mula-mula sulit kugerakkan penisku saat memasuki memeknya, tetapi sesaat kemudian Kak Heni semakin terangsang dan juga memeknya semakin basah, hingga semakin mudah untuk kontolku menyeruak masuk ke dalam memeknya, dan juga akhirnya bebas menjelajahi memeknya.
Kak Heni mengerang-erang menikmati setiap genjotan penisku pada memeknya, sambil tetap menggenjotnya kubuka baju dan juga tali BH-nya, lalu kucampakkan ke lantai, kuhisap puting dan juga kuremas payudaranya, semakin menggila pula gerakkannya.
Memek Kak Heni lebih longgar daripada memek Kak Vina, mungkin ini akibat dia sudah pernah melahirkan, tetapi kulit Kak Heni lebih halus dan juga wajahnya lebih cantik dan juga bersih, semua itu karena dia giat merawat tubuh dan juga wajahnya, di samping itu Kak Heni juga lebih mmapu, sehingga ada biaya merawat tubuh dan juga wajahnya.
Saat aku sedang berpacu mengumbar nafsu di tubuh Kak Heni, pintu kamar terbuka dan juga kulihat Kak Vina berdiri di sana melihat apa yang kami perbuat. Sesaat dia berdiri mengawasi kami, lalu dia tersenyum dan juga pergi menuju ke ruang tamu, untuk memberikan kami kesempatan untuk berasyik-asyik.
Hentakkanku semakin cepat dan juga bertenaga, kepala Kak Heni bergoyang-goyang, tangannya pun semakin kuat meremas-remas sprei, akhirnya Kak Heni tidak tahan, diangkat pantatnya ke atas menyambut gerakkanku, dan juga akhirnya dihempaskan diiringi erangan keras.. ouhhhh....ouggghhh..lagi.. teruussssss.. terussss..ouuugh.., tubuhnya mengejang seketika, tangannya memeluk kepalaku dan juga membenamkannya di antara payudaranya.., seerrr..seetrrr..terasa sesuatu yang hangat membasahi kontolku..
Pelan-pelan kugerakkan kontolku, belum ada pertanda air mani bakal keluar.., pelan dan juga dengan penuh perasaan kugenjot penisku.. Kak Heni pun merengkuh kepalaku dan juga segera melumat bibirku.., sambil mendesah dia berkata.. kamu kurang ajar sekali Indra.., kurang ajar aaaugh..oouuuh..eehmmmm.., begitu katanya kerika kubekap mulutnya dengan mulutku dan juga kusentak penisku keras-keras pada memeknya.
Cairan kental keputihan meleleh pun, jatuh ke rok bawahnya, yang belum sempat kulepas tadi..
Sesaat kemudian kubalikkan posisinya, Kak Heni menindih tubuhku, tidak lupa kulepas rok bawahnya dan juga kulempar ke lantai. Kutempelkan kontolku dimulut memeknya, dan jgua segera kudorong masuk ke dalam memek Kak Heni.., kembali Kak Heni meracau.. ouuuugh..Indra..kamu..jahaaaat..Draaa..ouuugh..
Aku tidak peduli dengan omelannya.., kugerakkan penisku keluar masuk dalam memeknya, menggesekkan dinding memek Kak Heni.., kuremas payudaranya..tangan kanan Kak Heni memainkan bibir memeknya sendiri..sssssh..sshhhh.. oouuuuugh ..ouuuugh..Indraaaa ssssh.. eenakkkhh.. terussss Draaa ..teruuuus..
Semakin cepat dan juga keras goyangan pantatku, tubuh Kak Heni terlonjak-lonjak di badanku, seperti menunggang kuda yang binal, idtak henti dari mulutnya keluar suara erangan dan jgua lenguhan. Kak Heni benar-benar menikmati kebersamaan kami, bahkan sesaat kemudian tubuhnya bergerak menghentak-hentak cepat sambil mendesis, mengerang, dan juga melenguh.
Kembali tubuhnya menelungkup di atas tubuhku dan juga mulutnya dengan rakus mencari mulutku menciumku penuh nafsu, dipererat pelukannya. Dan juga akhirnya kembali tubuhnya mengejang hebat, mencapai klimaks kedua kalinya. Penisku juga terasa mulai berdenyut, nyaris kehilangan kontrol.
Kudorong tubuhnya dan juga kuatur dalam posisi merangkak,
kumasukkan kontolku kembali ke dalam memeknya, mudah terasa, karena sudah basah dengan cairan vagina Kak Heni. Denyutannya makin terasa, kuputar kemabli tubuhnya, kutelentangkan dan kubuka lebar-lebar kedua pahanya dan juga kuserbu lagi memeknya dengan kontolku dengan cepat dan keras, terdengan erangan dari mulut Kak Heni.
Tidak kupedulikan, kugenjot terus memeknya, penisku bertambah keras berdenyut. Dan juga akhirnya dengan satu hentakan keras kulepaskan benih anak-anakku, ke dalam rahim Kak Heni, terasa banyak air mani yang kukeluarkan, dan juga sebagian meleleh keluar mengotori sprei tempat tidur Kak Vina. Kudekap erat dan juga kucium mulut Kak Heni.
Selesai permainan kami pada babak pertama, kubiarkan penisku tetap berada dalam memeknya, kuciumi mukanya, kujelajahi mulutnya menggunakan lidahku, Kak Heni membiarkan ulahku, hal demikian berlangsung sekitar sepuluh menitan. Dengan menegang dan juga mengeras kembali kontolku, segera kumulai lagi babak kedua permainanku.
Kak Heni pasrah saja kuperlakukan semauku, nampak betul dia sangat menikmati saat-saat ini, sampai akhirnya tercapai klimaks beberapa kali, akhirnya air maniku tertumpah lagi di dalam memeknya. Setelah babak kedua selesai, terasa tubuhku lemas dan juga tidak bertenaga. Tenagaku terkuras habi usai meladeni dua wanita kembar tersebut.
Kak Vina dengan manja dan juga suka rela melayaniku, sedangkan Kak Heni yang awalnya kupaksa akhirnya juga menikmati pula permainanku.
Setelah beristirahat, kami segera memakai pakaian kami dan juga keluar meuju ruang tamu, dimana Kak Vina sudah menunggu.
Melihat Kak Vina, Kak Heni pun tersenyum tersipu dan juga segera duduk di dekatnya. Sejenak mereka saling berdiam diri tidak tahu apa yang akan dibicarakan. Aku datang dan juga langsung duduk diantara mereka, kupeluk dan juga kucium mereka berdua bergantian. Kubisikan ke mereka bahwa mulai saat ini kami bertiga sudah menjadi kekasih, kami harus bisa menjaga rapat-rapat rahasia ini.
Tanpa malu-malu lagi kusingkap rok depan mereka, tangan kanan dan juga kiriku segera bergerilya masuk ke dalam CD meraka, jari-jari tanganku pun beraksi memainkan klitoris dan juga mulutku aktif mencium mulut mereka secara bergantian, sungguh surga dunia yang tidak terkira nikmatnya.
Sejak itu kami bertiga sering bersenggama, paling sering kami melakukannya di rumah Kak Heni ketika suami Kak Heni ke kantor agen bolanya, di rumah kontrakkanku dan juga terkadang di losmen. Rahasia itu kami jaga dan Yani pun tidak tahu apa yang sudah kami perbuat selama ini.
No comments:
Post a Comment