![]() |
| Octa |
Kali ini saya akan berbagi sebuah cerita yang merupakan sebuah pengalaman nyata. Cerita ini merupakan pengalaman yang benar-benar terjadi pada diri saya sendiri. Cerita ini terjadi semasa saya bekerja dengan di rumah bos saya. Dan juga semua nama yang terdapat di dalam cerita ini merupakan nama samaran guna melindungi orang-orang yang terlibat di dalam cerita ini.
Pengalamanku ini terjadi ketika aku bekerja sebagai seorang penulis di rumahnya. Saya seorang penulis yang bekerja pada seorang agen penulisan yang menjualkan jasanya kepada sebuah perusahaan agen bola terpercaya, sebut saja nama samaran boss saya adalah Andi.
Bossku Andi memakai salah satu kamar dari rumahnya untuk dijadikan sebagai kantor tempat untuk bawahannya bekerja. Pada saat ini Andi cuma mempunyai satu orang bawahan saja yakni saya sendiri. Karyawan Andi lainnya sudah keluar semua dikarenakan perlakuan Andi yang dinilai tidak adil. Andi kerap memotong dan bahkan tidak membayarkan upah bawahannya. Tetapi Andi tetap saja tidak belajar dari pengalaman buruknya itu, Andi tetap saja tidak membayarkan hasil kerja dari karyawan terakhirnya ini. Tidak cuma itu saja, Andi juga mempunyai sifat yang suka berselingkuh. Saya kerap disuruh untuk menginap di rumahnya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sering kali tidak dibayarnya. Sejujurnya saya sendiri juga sudah ingin keluar pada saat itu. Tetapi saat itu aku masih mempunyai uang di Andi yang tidak bisa saya lepaskan begitu saja. Usai sekian banyaknya kerjaanku yang masih tidak dibayarkan, aku pun mulai berpikir untuk mencoba memanfaatkan situasi. Istri bossku ialah seorang wanita yang sangat cantik, sebut saja namanya Octa. Mayoritas orang yang datang ke rumah Andi itu datang cuma dikarenakan istrinya. Tetapi, sayangnya Andi tukang selingkuh.
Selama aku menginap dirumah Andi, rumahnya selalu dipenuhi oleh pertengkaran antara suami istri saat tengah malam. Andi pun biasanya pergi begitu saja pada pagi ataupun siang dan juga pulang di tengah malam setiap harinya. Setelah pulang, Andi lantas kembali mulai bertengkar dengan istrunya meskipun sudah tengah malam dan juga kerap mengganggu siapa pun yang mendengarkannya.
Pada malam hari, istri Andi selalu tidur sambil menunggu Andi yang pulang tengah malam. Pada suatu malam ketika aku sedang menginap di rumahnya untuk mencetak beberapa buku yang sudah siap saya kerjakan. Kulihat jam di dinding sudah menunjukkan jam sepuluh malam dan Andi juga belum pulang ke rumah. Aku berpikir Andi pasti sedang meniduri wanita selingkuhannya ataupun sedang dalam perjalanan pulang kerumahnya.
“Napain sih harus selingkuh? Istri cantik seperti Octa gitu disia-siakan, Octa sedang hamil pula tuch!” Pikirku sambil berdiri menunggu mesin print yang ada di depanku. Pada saat itu pula aku tersadar dan juga berpikir
“Iya ya,! Percuma saja istri secantik itu dibiarkan begitu! Lebih baik kukerjai dia sebagai ganti rugi upah kerjaku yang belum Andi bayarkan itu.”
Aku pun mulai berpikir bagaiman untuk mengerjai istri bossku sendiri. Aku tahu bahwa pintu pemisah tempat kerjaku dan juga rumah utama Andi tidak bisa dikunci. Aku pun bisa mengerjai istri Andi sesuka hatiku, aku cuma perlu berhati-hati saja supaya melakukannya agar tidak ketahuan.
Singkat cerita, aku pun mencoba mendengarkan suara tidur di rumah utama dari balik pintu . Setelah yakin bahwa sudah tidak ada aktivitas di rumah utama, aku pun memberanikan diri untuk membuka pintu itu. Pintu itu kudorong sedikit supaya bisa terbuka karena kuncinya yang sudah rusak. Aku pelan-pelan mendorongnya supaya tidak menimbulkan suara. Satu dorongan lembut saja dan pintu itu sudah terbuka. Aku mengintip untuk memastikan bahwa istri Andi sudah tertidur pulas. Matanya sudah tertutup dan nafasnya teratur, saatnya untuk bersenang-senang, pikirku dalam hati. Aku pun perlahan mendekat dan jantungku berdetak keras dan nafasku juga memburu. Ada rasa takut ketahuan dan juga terangsang bercampur aduk, perasaan yang sungguh menarik dan juga menyenangkan, pikirku. Usai mendekat, aku memandangi tubuh Octa yang takjub itu. Kulit putih yang tampak halus. Tubuh indah dengan sebuah wajah yang cantik ini sudah membuat para pria ingin menidurinya. Perutnya pula membuncit karena sedang hamil lima bulan,
“Kejam sekali si Andi, istrinya sedang hamil tapi dia pula selingkuh diluar dengan wanita lain.” kataku di dalam hati.
“Kalau Andi sudah tidak mau istrinya lagi, sebaiknya untuk aku saja.” pikirku lagi.
Lagipula aku memang sudah selalu penasaran dengan wanita yang sedang hamil. Posisi tidur Octa membelakangiku dengan kedua kakinya terbuka. Dasternya yang biru tua sedikit terangkat hingga memperlihatkan kakinya yang indah berwarna putih. Celana dalamnya yang berwarna krem juga terlihat jelas, aku yakin bahwa tindakanku ini benar-benar berada di luar dugaan mereka berdua. Aku mengangkat daster Octa untuk bisa melihat lebih banyak tubuhnya lagi. Dan terlihatlah seluruh pantat Octa terpampang di depan mataku. Perlahan aku mengelusnya dari pahanya hingga ke bongkahan pantatnya itu supaya Octa tidak terbangun.
Aku sangat takut kalau Octa tiba-tiba saja terbangun dan juga melihat semua perbuatanku terhadapnya, aku bakal berada dalam masalah besar. Aku menciumi bongkahan pantat Octa dan juga terkadang sedikit menjilatnya. Ketika aku sedang asyik menikmati pantat Octa, tiba-tiba saja terdengar suara motor.
“Andi pulang!” pikirku panik.
Aku cepat-cepat merapikan daster Octa dan kembali ke ruangan kerjaku. Mesin print masih terus mengeprint buku yang seharusnya aku awasi dari tadi. Setelah Andi menanyakan pekerjaanku, Andi dan juga Octa kembali melakukan rutinitas bertengkarnya di tengah malam. Esok paginya Andi pun mengizinkanku untuk pulang untuk istirahat beberapa jam. Siangnya aku kembali ditelepon untuk kembali ke rumah Andi untuk meneruskan proses mengeprint buku tersebut. Tidak lama kemudian, Andi pun keluar dengan alasan akan pergi menemui beberapa penerbit.
“Padahal tidak perlu berbohong karena aku maupun istri Andi juga sudah mengetahui kalau Andi akan pergi mencari selingkuhannya.” pikirku dalam hati.
Setelah pertengkaran dengan istrinya semalam, pergilah Andi dari rumahnya meninggalkan sang istri yang sedang hamik. Lagi-lagi, seperti biasanya Andi meninggalkan istrinya yang sedang hamik serumah dengan pria lain. Jam sepuluh malam rumah pun sudah sepi, cuma terdengar suara mesin print yang sedang bekerja.
“Saatnya aku kembali beraksi” pikirku sedari menyiapkan kertas yang banyak pada mesin print. Aku membuka pintu dan juga masuk ke dalam kamar Octa. Saat itu Octa sedang tidur nyenyak dengan pakaian tersingkap sampai dadanya.
“Wow! Kemarin aku menciumi pantatnya, malam ini payudaranya ah!” pikirku.
Aku mencoba menaikkan dasternya lebih tinggi lagi, supaya seluruh payudaranya bisa terlihat. Aku perlahan meremas dan menciuminya. Kemudian aku pun penasaran untuk melihat puting payudaranya. Aku pun menarik BH Octa ke bawah perlahan-lahan karena takut Octa terbangun ketika aku sedang berusaha melucuti pakaiannya.
Ternyata puting Octa sangat lucu, seperti puting payudara anak kecil. Puting payudara Octa ukurannya sangat kecil, berwarna coklat gelap (mungkin karena sudah sering disedot Andi), dan juga lingkaran sekelilingnya pun tidak begitu besar. Aku sudah tidak tahan lagi, aku ingin cepat-cepat menghisap payudaranya, meskipun takut Octa terbangun, aku tetap membuka mulutku dan juga menghisap puting Octa yang menggoda itu. Mulutku menutup habis dan juga puting Octa sepenuhnya berada di dalam bibirku. Aku pun berhenti sejenak untuk memperhatikan wajah Octa karena takut Octa terbangun. Aroma puting Octa sangat wangi sekali, seperti wangi vanilla saja. Aku sadar bahwa dia sedang hamil dan payudaranya juga sedikit basah.
Kemudian aku perlahan menghisapnya dengan selembut mungkin. Setelah beberapa lama aku menghisap puting payudara Octa. Aku pun mulai lupa diri dan juga ingin memasukkan penisku ke dalam vagina Octa. Aku kemudian memposisikan tubuhku supaya bisa meyetubuhi Octa. Meskipun takut Octa terbangun, aku tetap ingin mencobanya dulu.
Aku mencoba menarik untuk celana dalam Octa dari belakang secara perlahan. Tidak lama kemudian aku pun berhasil melihat belahan dari pantatnya. Kemudian lubang pantatnya dan juga lubang vaginanya. Lubang pantat Octa juga berwarna coklat gelap seperti warna putingnya, bergerak mengikuti irama nafas Octa yang lagi tidur, Terkadang lubang tersebut berkedut beberapa kali, aku juga tidak tahu mengapa bisa begitu. Kemudian aku menempelkan kepala penisku di vagina Octa dan melihat reaksinya. Octa terlihat masih tertidur dan juga tidak terbangun sama sekali. Tampaknya kalau sudah tertidur Octa sepertinya akan sulit untuk bangun. Aku pun menjadi semakin memberanikan diri untuk menyetubuhi Octa.
Aku mulai menekan penisku ke dalam vagina Octa dengan perlahan. Aku pun sempat merasakan betapa sempitnya vagina Octa dan juga panas tubuhnya di penisku. Tetapi tiba-tiba saja Octa melenguh dengan keras dan menutupkan kakinya sehingga penisku pun tertarik keluar. Aku terkejut bukan main, aku kira Octa akan terbangun dan mendpati aku sedang menyetubuhinya. Karena penampilanku sekarang pun sudah tidak perlu dibayangkan lagi, dengan penis yang tegang keluar dari celana dan pakaian Octa pun sudah dalam keadaan hampir terbuka semuanya.
Aku lantas merapikan kembali pakaian Octa dan juga keluar dari kamarnya untuk melanjutkan pekerjaanku yaitu mengawasi mesin print. Tidak lama kemudian Andi pun pulang dan menanyakan bagaimana pekerjaanku. Dan setelah bertengkar lagi, Andi dan Octa kembali tidur dan meninggalkan aku sendirian di ruang kerjaku.
Aku mulai berpikir untuk menyetubuhi Octa dengan lebih cepat. Terlalu banyak waktu yang terbuang cuma untuk berhati-hati dan juga takut ketahuan olehnya. Andi pun keburu pulang rumah dan juga resiko ketahuan yang besar menjadi gangguanku selama beraksi. Kemudian aku pun mendapat ide untuk menggunakan obat tidur. Aku pun segera menelusuri di internet untuk membeli obat tidur.
Singkat cerita, obat tidur yang kupesan tersebut datang tiga hari kemudian. Aku sudah menyusun sebuah rencana untuk menggunakan obat tidur yang kubeli tersebut pada Octa. Malam harinya setelah Andi pergi dan juga Octa sedang asyik menonton televisi di ruang tamunya. Aku membuat alasan untuk membuatkan kopi supaya bisa masuk ke rumah utama. Saat Octa lengah, aku pun memasukkan obat tidur yang kubeli ke dalam minumannya dan juga kedua anaknya yang masih kecil itu.
Aku kembali ke ruangan kerjaku untuk menunggu. Setelah beberapa saat, suara televisi masih menyala, tetapi sudah tidak terdengar suara Octa maupun anak-anaknya. Aku pun memberanikan diri untuk masuk ke ruang tamu. Setelah aku masuk ternyata Octa dan sudah tertidur di kursi dan juga anaknya tertidur di lantai sambil masih memegang mainan yang dimainkannya. Aku pun menggelengkan kepala karena tidak percaya bahwa aku akan akan memperkosa seorang wanita hamil yang sedang tertidur.
Kemudian aku menguji apakah Octa benar-benar tertidur atau belum.
“Teh Octa, bangun teh Octa ” kataku sambil menggoyangkan tubuhnya. Octa tidak bangun dan tetap tertidur pulas. Untuk lebih meyakinkan, kuremas payudaranya pelan, kemudian meremasnya lebih keras lagi untuk melihat reaksinya. Ternyata Octa tetap juga tidak terbangun. Tampaknya obat tidur tersebut benar-benar sudah berfungsi dengan baik sekali. Kemudian aku pun menangkat tubuh Octa ke kamar nya.
Aku tidak mempunyai banyak waktu karena bossku akan segera pulang. Aku tidak mau dia memergokiku yang sedang sudah memperkosa istrinya. Aku pun cepat-cepat menelanjangi Octa dan diri sendiri. Kuciumi badannya dengan penuh nafsu yang menggebu, karena aku sadar apapun yang kulakukan, Octa tidak akan terbangun dari tidurnya. Kuposisikan tubuh Octa terlentang supaya aku bisa bebas menjamah setiap bagian dari tubuhnya. Perutnya yang sedang hamil itu membusung ke atas. Kemudian aku pun mulau menghisap puting payudaranya, tidak seperti beberapa malam yang lalu, malam ini aku menghisap putingnya dengan keras. Kuremas payudaranya yang satu lagi. Satu aku remas dan satu lagi kuhisap dan terkadang bergantian. Setelah beberapa saat, kurasakan tanganku sudah basah di payudara Octa, dan cuma ada satu penjelasan saja, itu adalah air susu Octa.
Setelah berhenti sebentar, aku pun mulai menjilati air susunya. Ternyata rasanya lumayan enak dan juga wangi. Aku yang masih belum puas merasakan air susu Octa itu dan masih ingin terus untuk meminumnya. Aku pun menghisap air susu Octa dari puting payudara yang kecil itu, kuremas lagi kemudian setelah susunya keluar aku hisap sampai habis lagi, terus berulang seperti itu. Setelah beberapa lama, aku sudah tahu teknik untuk mengeluarkan air susunya tanpa perlu meremasnya dengan tanganku.
Singkat cerita, aku pun mulai merasa enek karena air susu Octa memang yang seharusnya untuk anak bayi. Karena merasa sudah puas dengan payudaranya, kini aku pun ingin melakukan hal lain. Aku melihat bibir Octa yang indah dan juga menjadi sangat ingin untuk menciumnya. Aku pun mendekatkan wajahku dan langsung mencium bibirnya. Rasa mulut Octa seperti rasa mie instan, sepertinya dia baru saja makan mie instan tadi.
Aku mengeluarkan penisku dan juga mendekatkannya ke muka Octa. Setelah menggosokkannya ke bibir Octa sebentar, aku pun mencoba menekan penisku ke dalam mulut Octa. Setelah masuk ke mulut Octa, aku pun mulai menggerakkan penisku keluar masuk pada mulutnya. Mulut Octa dipenuhi oleh penisku dan juga becek karena liurku. Kemudian Octa pon secara reflek bergerak berusaha mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya.
“Sayang sekali…” pikirku dalam hati.
Aku mengganti targetku ke vaginanya yang memang belum kusentuh dari tadi. Aku membuka kedua kakinya hingga posisinya mengangkang dan siap untuk dimasuki penisku. Aku pun tidak ingin melakukannya dengan pelan seperti sebelumnya, kali ini aku ingin melakukannya dengan keras dan juga kasar karena Octa tidak akan terbangun kali ini. Kugosokkan penisku pada bibir lubang vagina Octa supaya tidak meleset saat kumasukkan nanti.
Setelah letaknya sudah tepat, aku pun langsung memasukkan penisku ke vagina Octa. Dengan satu hentakan keras saja, BLEESSS!!! aku berhasil menusukkan penisku ke dalam vagina Octa. Octa tetap terdiam saja, cuma ekspresi wajahnya yang sedikit mengerut. Aku pun mendiamkan penisku sebentar di dalam vaginanya mencoba meresapi panas suhu tubuhnya dan juga gerakan di dalam vagina Octa. Vagina Octa seolah bernapas dengan jepitannya yang mengeras dan juga mengendur di sekeliling penisku dalam vaginanya. Penisku mulai kukeluarkan dan juga kuhentakkan kembali dengan kasar dan keras. Aku melakukannya beberapa kali karena setiap kali menghentaknya, vagina Octa pun berkedut-kedut di bagian dalamnya.
Ternyata sudah setengah jam lebih sejak aku mulai bermain-main dengan tubuh Octa. Aku pun mulai menggenjot tubuh Octa dengan cepat dan kasar. PLOK PLOK PLOK, suara paha kami karena genjotanku. Sambil kugenjot terus, aku mencium seluruh permukaan tubuhnya yang mulus. Desahan kecil keluar dari bibirnya yang indah. Payudara dan juga seluruh dadanya habis kujilati, kuremas, dan juga kuhisap dengan rakusnya. Perutnya yang membusung itu aku peluk dan juga aku ciumi. Aku ingin jelas merasakan kalau aku sedang memperkosa seorang wanita hamil dan juga berjilbab. Sekarang yang membuat aku pusing adalah apakah aku harus mengeluarkan air maniku di luar atau di dalam vaginanya. Setelah setengah jam kugenjot tubuh Octa, aku pun merasa air maniku sudah siap untuk keluar. Pada saat merasakan sudah mau mencapai puncaknya, aku pun memutuskan untuk mengeluarkan air maniku di dalam vagina Octa. Kutekan dengan keras penisku ke dalam vagina Octa supaya air maniku keluar di tempat paling dalam di vagina Octa. CROT CROT CROT!! air maniku akhirnya keluar juga di dalam vagina Octa. Aku bisa merasakan air maniku keluar dan juga membanjiri vagina Octa.
“Oh, oh, oh yeah,” kataku tidak kuasa menahan rasa nikmat orgasme yang membuat seluruh tubuhku menegang dan kemudian melemas.
Setelah kukeluarkan penisku dari dalam vagina Octa, air maniku sedikit menetes keluar dari vaginanya. Aku pun berpikir, “Bagaimana ya dengan bayi di dalam rahimnya?” karena aku baru saja menembakkan sperma dalam jumlah besar ke dalam vagina Octa. Aku pernah mendengar bahwa jika seorang wanita hamil akan mengalami keguguran jika diperkosa pada saat mengandung. Tetapi kemudian aku kembali berpikir lagi, “Memangnya aku peduli? Kurasa tidak! Lebih baik aku teruskan saja karena bagaimanapun juga sudah terlambat untuk menyesalinya sekarang.”
Usai tenagaku pulih, aku pun siap bermain dengan tubuh Octa dengan minimal satu kali lagi. Tubuh Octa pun kuposisikan agar sedikit menungging, karena aku ingin memperkosanya dari belakang kali ini. Kunaikkan sedikit pantatnya ke atas dan juga kuciumi pantatnya. Pada saat asyik menciumnya, aku melihat lubang anusnya yang begitu menggoda. Aku pun terpana dengan gerakannya yang seolah menantangku untuk melakukan anal seks pada Octa. Tetapi aku terpaksa harus menolaknya karena akan ketahuan karena ada bekas anal seks, dan mereka pun akan curiga.
Sekali lagi Kumasukkan penisku ke dalam vagina Octa dari belakang. Setelah posisiku mantap, kugenjot vagina Octa dengan cepat. Kini tidak hanya suara paha saja yang terdengar tetapi suaranya terdengar lebih becek karena banyaknya cairan di dalam vagina Octa. Setelah puas dengan posisi itu, kuangkat tubuh Octa hingga sekarang dia dalam posisi mendudukiku. Aku harus terus menahan tubuhnya supaya tidak terjatuh. Posisi duduk ini membuat ukuran perut Octa yang sedang hamil itu terlihat jelas. Sambil terus menjamah tubuhnya dari belakang, aku terus menggenjot tubuhnya. Perut dan juga payudara Octa berguncang mengikuti irama gerakan genjotanku. Remasanku pada payudaranya pun semakin keras sampai air susunya memercik keluar ke kasur. Tetapi posisi duduk ini lumayan membuat pegal karena aku perlu menahan berat badan Octa yang sedang hamil.
Aku pun mengubah posisi supaya aku bisa kembali menikmati tubuhnya dengan nyaman. Kurebahkan tubuh Octa dengan posisi sedikit menyamping dan aku berada di belakangnya. Kuangkat kaki kanan Octa dan menyelipkan kaki kananku di antara kedua kaki Octa. Kumasukkan kembali penisku ke vagina Octa yang sudah becek karena cairan dari dalam vaginanya. Kulanjutkan genjotanku sambil menciumi tubuhnya. Tanganku meremas payudaranya dengan keras. Puting Octa kupelintir dan juga kucubit dengan sepuasnya. Setelah beberapa saat ku genjot, aku kembali mulai mencapai puncak kenikmatanku. Kuangkat kaki Octa supay aku bisa menggenjot vaginanya dengan kecepatan maksimalku. Dengan posisi berlutut sekarnag aku menggenjot vaginanya dengan kencang. Kuangkat bagian bawah tubuhnya supaya air mani yang kukeluarkan langsung masuk dan tidak tumpah keluar. Saat mencapai orgasme aku tidak kuasa menahan getaran pada tubuhku.
“Oh! Ah! Oh!” aku melenguh keenakan karena kenikmatan orgasme yang menguasai tubuhku.
Setelah kucabut penisku dari vaginanya, aku tetap mengangkat bagian bawah tubuh Octa supaya air maniku tidak keluar dari vagina Octa. Usai beberapa saat, aku membersihkan badan Octa yang penuh dengna air liurku dengan kain lapel. Kubersihkan juga vagina Octa dari air mani yang menetes keluar. Kurapikan kembali pakaian Octa dan juga kuposisikan seperti orang yang sedang tertidur. Kubaringkan kedua anaknya di tempat tidurnya. Kemudian aku kembali ke ruangan untuk mengawasi mesin print yang ternyata sudah kehabisan kertas. Jam setengah satu, Andi pulang ke rumah dan kembali menanyakan pekerjaanku. Perbedaannya adalah malam itu tidak ada pertengkaran karena Octa sudah tidur dan juga Andi tidak menyadari apa yang sudah kulakukan pada istri hamilnya. Kini dengan berbekalkan obat bius, setiap kali aku menginap di rumah Andi, aku selalu memperkosa Octa sesuai keinginanku. Octa dan juga Andi tidak pernah menyadarinya ataupun tidak peduli, aku tidak tahu.
Pernah beberapa kali aku memperkosa Octa ketika Andi sedang tidur di sampingnya. Tentu saja aku pun harus segera keluar sebelum ada masalah yang terjadi yang bisa menyebabkanku masuk penjara. Karena memperkosa Octa sudah mulai membosankan dan juga tidak menarik lagi, aku pun memutuskan unutk keluar dari tempat kerja Andi. Aku pun keluar dari tempat kerja Andi karena aku sudah mulai muak kerja tanpa diupah oleh Andi.
Beberapa bulan kemudian aku pun mendengar kabar bahwa istri Andi sudah melahirkan. ketika aku berkunjung ke rumah Andi, aku pun melihat bayi yang sebelumnya berada dalam kandungan Octa. Anak mereka ternyata sangat lucu dan juga sehat tanpa cacat sama sekali. Ternyata pemerkosaan pada Octa sama sekali tidak berpengaruh pada rahimnya dan kandungannya itu. Sekarang aku sudah keluar untuk selamanya dari tempat kerja Andi karena bosan, dan sudah tidak ada lagi yang bisa kulakukan lagi di sini.

No comments:
Post a Comment