MARI ~~

10 September 2016

Cerita Sex - Diperkosa Pimpinan Cabang di Kantor Cabang

Aku terkaget bangun saat kudengar jam wekerku berdering nyaring. “Uhh.. Jam berapa ini..!” gumamku sambil berusaha membuka mataku, aku masih malas dan juga ingin kembali tidur, tetapi tiba-tiba aku teringat bahwa hari ini aku harus buru-buru berkemas dan juga berangkat. Kalau tidak, aku akan ketinggalan pesawat.
Hari ini aku akan pergi ke luar kota untuk urusan dinas, perusahaan agen bola terpercaya swasta tempat bekerjaku menugaskan aku untuk menghadiri beberapa program pendidikan di kantor cabang salah satu kota besar di Jawa Tengah.
Namaku Liliana tapi teman-teman biasa memanggilku Ana. Aku lahir dari keluarga yang berkecukupan dan juga aku cuma mempunyai satu saudara kandung, otomatis semua permintaan dan juga kebutuhanku selalu saja dipenuhi oleh kedua orang tuaku. Aku benar-benar sangat dimanjakan oleh mereka. Ayahku orang Belanda, sedangkan ibuku berasal dari Manado, aku bersyukur karena aku seperti
gadis peranakan pada umumnya, aku pun tumbuh menjadi seorang gadis yang berwajah cantik.(hehehe)
Saat ini aku berusia 24 tahun, wajahku cantik dan juga kulitku putih mulus, rambutku lurus dan panjangnya sampai di bawah bahu. Tubuhku juga termasuk tinggi dan juga langsing dipadu dengan ukuran buah dada yang terbilang besar untuk gadis seusiaku, ditambah lagi, aku juga sangat rajin merawat tubuhku sendiri supaya penampilanku bisa terus terjaga.
“Wah.. Aku belum potong rambut nih..” gumamku sambil terus melihat diri di depan cermin sambil memakai pakaianku. Hari ini aku memakai setelan rok coklat tua dan juga kemeja putih berkerah, lalu aku padukan dengan blazer coklat mudaku. Aku merasa tampil semakin cantik dengan blazer kesayanganku ini, dan juga membuat aku tambah percaya diri.
Singkat cerita, aku sudah tiba di kota tempatku akan bekerja. Aku langsung menuju ke kantor cabangku karena aku harus melapor dan juga menyelesaikan pekerjaan segera.
Sesampai di depan kantor, suasananya terlihat sepi, di lobby kantor cuma terlihat dua satpam yang sedang bertugas, mereka mengatakan bahwa semua karyawan sedang berada di gedung sebelah untuk pelatihan. Dan mereka juga mengatakan bahwa aku sudah ditunggu oleh Pak Aji di dalam ruangannya di lantai dua, Pak Aji merupakan pimpinan kantor cabang di kota ini.
“Selamat siang..! Kamu Liliana ya..?” tanya Pak Aji ramah sambil mempersilakan aku untuk duduk.
“Iya Pak.. Tetapi panggil Ana aja, pak..” jawabku sopan.
Pak Aji kemudian mengajukan sejumlah pertanyaan kepadaku, sambil sesekali menanyakan kondisi pegawai yang ada di kantor pusat. Lumayan lama juga aku berbicara dengan Pak Aji, sekitar lima belas menit, padahal sebenarnya aku harus segera ke gedung sebelah untuk mengikuti diklat, tetapi Pak Aji terus menahanku dengan mengajakku berbicara.
Sebenarnya aku merasa sedikit risih dengan cara Pak Aji memandangku, mulutnya memang sedang mengajukan pertanyaan kepadaku, tetapi matanya terus memandangi badanku, tatapannya seperti ingin menelanjangiku. Dia mempelorotiku mulai dari ujung kaki sampai dengan ujung kepala, sesekali pandangannya itu tertumpu di sekitar paha dan juga buah dadaku. Aku sedikit menyesal karena hari ini rok coklat yang kukenakan agak pendek, sehingga pahaku yang putih itu menjadi sulit untuk kusembunyikan. Dasar mata keranjang, marahku dalam hati. 
Tidak lama kemudian pembicaraan kami pun akhirnya selesai dan juga Pak Aji beranjak ke pintu dan mempersilakanku untuk mengikuti diklat di gedung sebelah.
“Terima kasih Pak.. Saya permisi dulu..” jawabku sambil beranjak ke arah pintu.
Perasaanku langsung lega karena dari tadi aku sudah sangat risih dengan pandangan mata Pak Aji yang seperti hendak menelanku bulat bulat. Pak Aji membukakan pintu untukku, aku pun berterima kasih sambil berjalan melewati pintu tersebut.
Tetapi aku kaget bukan main ketika tiba-tiba rambutku dijambak dan juga ditarik oleh Pak Aji, sehingga aku kembali tertarik masuk ke dalam ruangan itu, lalu Pak Aji mendorongku dengan keras, membuatku jatuh terjerembab di atas sofa, dimana tadi aku duduk dan juga berbicara dengan Pak Aji.
“Apa yang Bapak lakukan..?? Bapak mau apa..?” jeritku sedikit bergetar sambil memegangi kepalaku yang sakit karena rambutku dijambak seperti itu.
Pak Aji tidak menjawab, dia malah mendekatiku setelah menutup pintu ruangannya. Sedetik setelah itu dia sudah menyergap, mendekap dan juga menggumuliku, nafasnya mendengus menghembuskan udara di sekitar wajahku ketika Pak Aji berusaha menciumi bibirku
“Jangann.. Jangaann..! Lepasssskan.. Ssayaaa..!” jeritku sambil memalingkan wajahku untuk menghindari terkaman mulutnya.
“Diam Kau..!!” bentaknya dengan nada mengancam sambil mempererat pelukannya pada tubuhku.
Aku terus meronta sambil memukul pundaknya, berusaha untuk melepaskan diri dari dekapannya, tetapi Pak Aji terus menghimpitku dengan erat, nafasku pun sampai tersengal- sengal karena terdesak oleh tubuhnya yang lebhih besar. Bahkan sekarang Pak Aji sudah mengangkat tubuhku, dia sudah menggendongku sambil tetap mendekap pinggangku, kemudian dia menjatuhkan dirinya dan juga tubuhku di atas sofa dengan posisi aku berada di bawah, sehingga kini posisi tubuhku tertindih oleh tubuhnya.
Aku terus menjerit dan juga meronta untuk berusaha keluar dari dekapannya, lalu pada satu kesempatan, aku berhasil menendang perutnya dengan menggunakan lututku sehingga membuat tubuhnya terangkat ke belakang. Dia terhenyak memegangi perutnya, kugunakan kesempatan itu untuk berlari ke arah pintu. Aku hampir sampai di pintu dan juga tubuhku kembali tertarik ke belakang, ternyata Pak Aji berhasil menggapai blazerku dan juga menariknya sampai terlepas dari tubuhku, kemudian aku sudah kembali berada di dalam dekapannya.
“Bajingannnn..! Lepaskan sayaaa..!” jeritku memakinya.
Tenagaku sudah mulai habis dan juga suaraku pun sudah mulai parau, Pak Aji masih memelukku dari belakang sambil mulutnya berusaha untuk menciumi leher dan juga tengkukku, sementara tangannya berusaha menelikung kedua tanganku, membuat tanganku terhimpit dan juga tidak bisa bergerak.
“Jangannnnn..! Kurang Ajarrr.. Lepaskan sayaa..!” aku kembali menjerit parau.
Air mataku sudah mulai meleleh membasahi pipiku, ketika tangan Pak Aji menarik keras kemeja putihku, membuat semua kancingnya terlepas dan juga berjatuhan di lantai. Sekarang tubuh atasku menjadi setengah terbuka, mata Pak Aji semakin melotot melihat dadaku yang masih terlindung di balik BH hitamku. Setelah itu, dia kembali menarik kemeja yang menempel di bahuku, dan juga terus menariknya menuruni lenganku. Sampai akhirnya Pak Aji melemparkan kemeja putihku yang telah terlepas dari tubuhku.
“Lepasskann..!!” jeritku ketika satu tangannya mulai meremasi payudaraku.
Tubuhku mengelinjang menahan ngilu di dadaku, tetapi dia tidak berhenti, Dia malah semakin keras meremas buah dadaku. Seluruh tubuhku bergetar keras ketika Pak Aji menyusupkan tangannya ke dalam bra hitamku dan juga mulai kembali meremas payudaraku dengan kasarnya, sambil sesekali menjepit dan juga mempermainkan putingku dengan jarinya, sementara itu mulutnya terus menjilati leherku dengan begitu buas.
Saat Pak Aji sudah akan menarik melepaskan bra yang kukenakan, pada saat yang bersamaan pula pintu depan ruangannya terbuka, dan kemudian muncul seorang pria dengan wajah yang tampak kaget.
“Ada apa Pak Aji..?” serunya sambil mempelototi tubuhku.
“Lepaskan sayaaaa.. Pak..! Tolong saya..! Pak Aji mau memperkosa saya..!” jeritku meminta pertolongan kepada orang itu.
Perasaanku sedikit lega karena laki-laki itu muncul, aku berharap dia bisa menolongku. Tetapi perkiraanku salah..
“Wah Pak.. Ada barang baru lagi ya. Cantik juga..!” seru pria itu sambil berjalan mendekati kami berdua, aku langsung pasrah mendengar kata-katanya, ternyata pria itu sama bejatnya dengan Pak Aji.
“Ada pesta kecil ni..! Cepat Ra.!! Lu pegangi dia..! Cewek ini jaim banget” jawab Pak Aji sambil tetap mendekapku yang terus berusaha meronta.
Sedetik kemudian pria itu sudah berada di depanku, tangannya langsung merengkuh pinggangku merapatkan tubuhnya dengan tubuhku, aku benar-benar tidak bisa bergerak, terhimpit oleh pria itu dan juga Pak Aji yang berada di belakangku, lalu tangannya mulai bergerak ke arah BH-ku, dan juga dengan sekali sentak, dia berhasil melepaskan bra itu dari tubuhku.
“Tidakkk.. Tidaaakk..! Jangan lakukan ituuu..!!” jeritku panik.
Tangisku pun meledak, aku begitu ketakutan dan juga putus asa sampai seluruh bulu kudukku merinding, dan juga aku menjadi semakin gemetar ketakutan saat pria yang bernama Hara itu melangkah ke belakangku, sedikit menjauhiku, dia diam sambil melihat payudaraku yang sudah terbuka, pandangannya seperti ingip melahap habis payudaraku.
“Sempurna..! Besar dan juga padat..” gumamnya sambil terus memandangi kedua payudaraku yang menggantung bebas itu.
Setelah itu dia kembali mendekatiku, mendongakkan kepalaku dan juga melumat bibirku, sementara kedua tangannya langsung mencengkeram buah dadaku dan juga meremasnya dengan kasar. Suara tangisanku pun langsung terhenti ketika mulutnya menciumi bibirku, kurasakan lidahnya menjulur ke dalam mulutku berusaha untuk menggapai lidahku. Aku terkejut saat tangannya bergerak ke selangkanganku, menyusup di balik rokku, aku pun langsung tersentak kaget ketika tangannya merengkuh vaginaku. Kukumpulkan seluruh sisa tenagaku lalu kudorong tubuh Pak Hara dengan sekuat tenaga.
“Tidakkk.! Tidakkk..! Lepaskan sayaa.. Bajingan kaliannn..!” aku sambil menjerit sambil menendang-nendangkan kakiku untuk menjauhkan pria itu dari tubuhku.
“Ouhhhh.. Ssakittttt..!!” keluhku ketika Pak Aji yang berada di belakangku kembali berhasil mendekapku dengan lebih erat lagi. Kubalikkan kepalaku, kutatap muka Pak Aji, aku memohon agar dia melepaskanku.
“Tolonngggg.. Hentikann Pakkk..!! Saya.. Mohonnn.. Lepaskan sayaaa..” ucapku mengharapkan dari belas kasihannya.
Keadaanku pada saat itu sudah berantakan, tubuh atasku sudah benar-benar telanjang, membuat kedua payudaraku terlihat menggantung bebas dan juga tidak lagi tertutup oleh apapun. Aku sangat ketakutan, karena mereka pasti akan lebih bernafsu lagi melihat kondisi tubuhku yang sudah setengah telanjang ini, apalagi sekarang tubuhku sedang ditelikung oleh Pak Aji dari belakang. Posisi itu membuat dadaku menjadi terdorong ke depan dan juga otomatis payudaraku pun ikut membusung.
Beberapa saat kemudian Pak Aji tiba-tiba saja mengendorkan dekapannya pada tubuhku dan juga akhirnya dia melepaskanku. Aku hampir tidak percaya saja Pak Aji mau melepaskanku, padahal saat itu aku sudah putus asa, aku sadar aku tidak mungkin lolos dari desakan kedua pria tersebut.
Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku langsung berlari ke arah pintu, tetapi lagi-lagi aku kalah cepat, Pak Hara sudah menghadang di depanku dan juga langsung menghunjamkan pukulannya ke perutku.
“Arghhhhh..!! Sshhhh.. Ouhhhhhh..” aku mengeluh kesakitan.
Kupegangi perutku dan seketika itu juga aku langsung jatuh terduduk, nafasku tersengal-sengal karena menahan sakit yang tidak terkira. Belum hilang rasa sakitku, mereka berdua sudah langsung menyerbu ke arahku.
“Pegangi tangannya Ra..!!” seru Pak Aji sambil mendorong badanku sehingga aku jatuh di lantai.
Seketika itu Pak Hara sudah berada di atas kepalaku dan juga mencengkeram kedua tanganku, sementara itu Pak Aji berada di bawah tubuhku, mendekap kakiku yang berusaha menendangnya. Dia sudah seperti kerasukan setan, dia melepasi sepatu hak tinggiku, merobek stockingku dan juga mencabik cabik rok yang kukenakan dan juga akhirnya dia berhasil merenggut dengan paksa celana dalamku, melolosinya dari kakiku dan juga melemparkannya ke lantai.
“Lepasskannnn..! Lepasskannn..! Tolonnggg.. Jangan perkosa sayaaa..!” jeritanku semakin keras di sela-sela keputusasaanku.
Aku sudah tidak sanggup lagi untuk menahan mereka yang sepertinya sudah semakin bernafsu untuk memperkosaku, air mataku semakin deras mengalir membasahi pipiku, kupejamkan mataku, bulu kudukku pun bergidik, aku benar-benar tidak sanggup membayangkan kalau hari ini aku akan diperkosa mereka.
“Jangannn.. Ahh.. Tolonnggg..!” aku menjerit histeris pada saat Pak Aji melepaskan pegangannya pada kakiku.
Dia berdiri sambil melepaskan pakaiannya dengan sangat terburu-buru. Aku sadar bahwa laki-laki ini sebentar lagi akan memperkosaku. Seketika itu juga langsung kurapatkan kedua kakiku dan juga kutarik ke atas sampai menutupi sebagian dadaku, sementara tanganku masih di dekap erat oleh Pak Hara. Tiba-tiba Pak Aji berjongkok, dia langsung menarik kakiku, merenggangkannya dan juga kemudian memposisikan tubuhnya di antara pangkal pahaku.
“Jangannnn..!!” keluhku lemah dan juga putus asa, sambil bertahan untuk merapatkan kedua kakiku, tetapi tenaga Pak Aji yang jauh lebih kuat dibandingkan tenagaku.
Aku terhenyak pada saat Pak Aji mulai menindihku, membuatku menjadi sesak dan juga sulit untuk bernafas, payudaraku tertekan oleh dadanya, sementara itu perutnya menempel di atas perutku.
“Arghhhh..!! Jangannnnn..! Sakiiiitttttt..!!” rintihku sambil berusaha untuk menggeser pinggulku ke kiri dan juga ke kanan, saat kurasakan kemaluannya itu bergesekan dengan bibir kemaluanku.
“Sakiitttttt..!” aku kembali mengerang pada saat kepala penisnya mulai memasuki ke liang vaginaku.
Bersamaan dengan itu juga tangan Pak Aji mulai bergerak, menjambak rambutku dan juga menariknya sehingga kepalaku terdongak keatas, kemudian Pak Aji dengan kasarnya melumat bibirku sambil menekankan tubuhnya ke arah selangkanganku. Kurasakan kesakitan luar biasa di liang vaginaku pada saat batang penisnya terus melesat masuk menghujam lubang kemaluanku.
“Aaahh..! Jangannnn..! Sakiiiitttt..!” aku menjerit dengan keras pada saat batang penisnya menembus dan juga merobek selaput daraku.
Tubuhku melenting ke atas menahan rasa sakit yang amat sangat. Kuangkat kakiku dan juga kutendang-tendangkan, aku berusaha untuk menutup kedua kakiku, tetapi tetap saja batang penis itu sudah terbenam di dalam vaginaku. Aku sungguh tersiksa karena kesakitan yang mendera vaginaku. Kuhempaskan wajahku ke kiri dan juga ke kanan, membuat wajahku tertutup oleh rambutku sendiri, mataku membeliak dan juga seluruh tubuhku mengejang dengan hebat. Kututupkan mulutku, gigiku bergemeretak menahan rasa sakit dan juga ngilu, nafasku seperti tercekat pada tenggorokan dan juga tanpa sadar kucengkeram keras tangan Pak Hara yang memegang kedua tanganku.
Aku terus merintih dan juga menangis, aku terus berusaha menendang-nendangkan kakiku pada saat Pak Aji menarik keluar batang penisnya sampai tinggal kepala penisnya yang berada di dalam vaginaku, lalu dia menghunjamkannya kembali ke dalam rahimku. Pak Aji sudah kesetanan, dia sudah tidak peduli melihatku yang begitu kesakitan, dia terus bergerak dengan kasar di dalam tubuhku, memompaku dengan keras sampai membuat tubuhku ikut terguncang-guncang mengikuti gerakan tubuhnya.
“Aaaaahh.. Sssshhhh.. Lepaskaannnn..!” jeritanku melemah pada saat kurasakan gerakan Pak Aji semakin cepat dan juga kasar di dalam kemaluanku, membuat tubuhku semakin terguncang dengan keras, payudaraku pun ikut bergetar.
Kemudian Pak Aji membenamkan mulutnya di buah dadaku, menciumi dan juga mengulum putingku, sesekali dia juga menggigit putingku dengan giginya, membuat aku kembali menjerit dan juga melenguh kesakitan. Setelah itu mulutnya bergerak menjilati dadaku dan juga kembali melumat bibirku, aku cuma bisa diam dan juga pasrah saat lidahnya masuk dan juga menari-nari di dalam mulutku, sepertinya dia merasa sangat puas karena sudah berhasil memperkosa dan juga merenggut keperawananku.
Perlahan-lahan dia menghentikan gerakan memompa tubuhku, melesakkan kemaluannya di dalam vaginaku dan juga menahannya di sana sambil memelukku dengan erat. Setelah itu dia kembali menurunkan mulutnya ke leher dan juga pundakku, menjilatinya dan juga kemudian menyedot leherku dengan keras, membuat aku menjerit kesakitan. Cukup lama Pak Aji menahan penisnya di dalam kemaluanku, dan juga aku bisa merasakan kemaluannya berdenyut dengan keras, denyutannya menggetarkan seluruh dinding vaginaku, lalu dia kembali memompa diriku, memperkosaku dengan pelan, lalu cepat dan juga kasar, begitu berulang-ulang. Sepertinya Pak Aji menikmati pemerkosaannya terhadap diriku.
Aku meringis sambil memejamkan kedua mataku, setiap gerakan dan juga hujaman penisnya terasa menyiksa dan juga menyakiti seluruh tubuhku, sampai akhirnya kurasakan mulutnya semakin keras menyedot leherku dan juga mulai menggigitnya, aku pun menjerit kesakitan, tetapi tangannya malah kembali menjambak dan juga meremas rambutku. Tubuhnya semakin rapat menyatu denganku, dadanya semakin keras menghimpit payudaraku, membuatku semakin sulit untuk bernafas, lalu dia merapatkan kedua kakiku dan juga menahannya dengan kakinya, sambil memompa tubuhku, penisnya bergerak semakin cepat di dalam liang vaginaku, kemudian dia merengkuh tubuhku dengan kuat sampai menyatu dengan tubuhnya.
Aku sadar bahwa Pak Aji akan segera berejakulasi di dalam tubuhku, mendadak aku menjadi begitu panik dan juga ketakutan, aku tidak ingin hamil karena pemerkosaan ini, pikiranku menjadi begitu kalut pada saat kurasakan batang kemaluannya semakin berdenyut-denyut tidak terkendalikan di dalam rahimku.
“Jangaannnn..! Jangannn.. Di dalaaamm..! Lepasskannnnn..!!” jeritku histeris pada saat Pak Aji menghentakkan penisnya beberapa kali dengan keras sebelum akhirnya dia membenamkannya di dalam vaginaku.
Seluruh tubuhnya menegang dan juga dia mendengus keras, bersamaan dengan itu aku merasakan ada cairan hangat yang menyemprot dan juga membasahi liang rahimku, Pak Aji sudah orgasme dan juga menyemburkan sperma demi sperma ke dalam vaginaku, membuat vaginaku yang lecet semakin terasa perih. Aku meraung dengan keras, tangisanku pun kembali meledak, kutahan nafasku dan juga kukejangkan seluruh otot-otot perutku, berusaha untuk mendorong cairan spermanya supaya keluar dari vaginaku, sampai akhirnya aku pasrah. Bersamaan dengan itu, tubuh Pak Aji jatuh terbaring dengan lemas di atas tubuhku setelah semua cairan spermanya mengisi dan juga membanjiri rahimku.
Mataku menatap kosong dan juga hampa, melihat langit-langit ruangan tersebut. Air mataku masih terus mengalir, pikiranku sudah kacau, aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan setelah kejadian ini, kesucianku telah direnggut, kedua bajingan ini sudah merenggut kegadisan dan juga masa depanku, tetapi yang lebih menakutkanku adalah bagaimana kalau nanti aku hamil..! Aku kembali menangis meratapi penderitaanku ini.
Tetapi rupanya penderitaanku belum berakhir juga. Pak Aji bergerak bangun dan melepaskan himpitannya dari tubuhku, aku kembali merintih untuk menahan perih pada saat batang kemaluannya tertarik keluar dari kemaluanku. Kuangkat kepalaku, kulihat bercak darah bercampuran dengan cairan putih di pangkal pahaku. Aku menangis, pandanganku nanar, dan kutatap Pak Aji yang sedang berjalan menjauhiku dengan pandangan yang penuh dendam dan juga amarah.
Tubuhku terasa sangat lemah, kucoba untuk bangun, tetapi Pak Hara sudah berada di sampingku, dia menggerakan tangannya menggulingkan tubuhku dan juga mulai menggumuli tubuhku yang sedang menelungkup, aku diam tidak bergerak pada saat Pak Hara menciumi seluruh punggungku, kemudian dia bergerak ke arah belakang tubuhku, merengkuh pinggangku dan juga menariknya ke belakang. Aku terhenyak karena tubuhku terseret ke belakang, kemudian Pak Hara mengangkat pinggulku ke atas, membuat posisiku menjadi setengah merangkak, kutopang tubuhku dengan kedua tangan dan juga lututku, kepalaku menunduk lemas, rambut panjangku terjatuh menutupi seluruh wajahku, kepanikan pun kembali melandaku pada saat kurasakan batang penisnya menempel dan juga bergesekan dengan bibir vaginaku.
“Anaaaaa..! Kamu memang benar-benar cantik dan juga seksi..” gumam Pak Hara sambil tangannya meremasi bongkahan pantatku, sementara batang penisnya terus menggesek-gesek di liang vaginaku.
“Aahhhh.! Sakiitttt..! Sudahhh.. Sudaahhh..! Hentikaaannn..!! jeritku menahan sakit pada saat kemaluannya mulai melesak masuk ke dalam vaginaku.
Kuangkat punggung dan juga kedua lututku, menghindari hunjaman batang penisnya, tetapi Pak Hara terus menahan tubuhku dengan paksa, memaksaku untuk tetap membungkuk. Seluruh otot di punggungku kembali menegang dan tanganku mengepal keras, aku benar-benar tidak kuasa menahan perih pada saat penisnya terus melesak masuk dan menggesek dinding vaginaku yang masih luka dan juga lecet karena pemerkosaan pertama yang tadi, kugigit bibirku sendiri pada saat Pak Hara mulai bergerak memompa tubuhku.
“Lepasskannn..! Sudahhh..! Hentikaannnn..!!” jeritku putus asa.
Nafasku kembali tersengal-sengal, tetapi Pak Hara terus memompaku sambil tangannya meremasi pantatku, sesekali tangannya merengkuh pinggulku untuk menahan tubuhku yang berusaha merangkak menjauhi tubuhnya itu, seluruh tubuhku kembali terguncang dan terombang-ambing karena gerakannya yang sedang memompaku.
Tiba-tiba kurasakan wajahku terangkat, kubuka mataku dan juga kulihat Pak Aji sudah berjongkok di depanku, meraih daguku dan juga mengangkatnya, Pak Aji tersenyum menatapku dengan wajah yang penuh kemenangan, menatap buah dadaku yang sedang menggantung dan juga menggeletar, dia meremasnya dengan kasar, kemudian Pak Aji mendekatkan wajahnya, menyibakkan rambutku. Sesaat kemudian, mulutnya kembali melumat bibirku, mataku pun terpejam, air mataku kembali meleleh pada saat mulutnya dengan rakus menciumi bibirku.
“Aahhhh..!!” aku terpekik pelan pada saat Pak Hara menyentakkan tubuhnya dan juga menekanku dengan kuat.
Batang penisnya terasa berdenyut dengan keras di dalam kemaluanku, lalu kurasakan ada cairan hangat kembali menyembur di dalam rahimku, aku menyerah, aku sudah tidak mempunyai kekuatan lagi untuk melawan, kubiarkan saja Pak Hara menyemburkan dan juga mengisi vaginaku dengan cairan spermanya.
“Periiihhh..!!” rintihku pelan.
Pak Hara masih sempat menghujamkan penisnya beberapa kali lagi ke dalam vaginaku, menghabiskan sisa ejakulasinya di dalam rahimku sebelum akhirnya dia menariknya keluar dari bibir vaginaku yang semakin perih.
Kemudian satu kepalan tangan mendarat di wajahku. Aku pun terlempar ke samping dan pandanganku berkunang-kunang, lalu gelap. Aku pingsan. Setelah siuman aku menemukan foto-foto telanjangku berserakan di samping tubuhku dengan sebuah pesan pendek..
“Pastikan..! Cuma Kita Bertiga yang Tahu Saja..!!”

No comments:

Post a Comment