Cerita Sex kali ini berawal saat saya dan istriku belum menikah, istriku ialah anak pertama asal 4 bersaudara yg tinggal pada sebuah kota mungil pada wilayah Jawa Barat. Merupakan Lina adik kedua istriku yang telah membangkitkan ereksi terlarangku, padahal dulu ketika saya sama sekali tidak tertarik melihat Lina, aku hanya menganggap Lina sebagai saudara termuda sendiri, sampai berkali-kali saya selalu mengusahakan kemampuanku buat membantu kesusahannya ketika dia sedang berada di Jakarta buat bersekolah.
Namun Lina sekarang telah berubah menjadi seorang gadis yang cukup bagus. Hari itu ialah hari segalanya dimulai, Yanti (ketika itu kami belum menikah)
memberikanku pekerjaan untuk membeli peralatan pendukung komputer buat kantornya (tempat kerja Yanti mempercayakan urusan IT-nya kepadaku) karena kukira akan banyak barang bawaan yg akan aku bawa selesainya belanja maka kuajak Lina buat membantuku, dengan memberikan upah tentunya. Seharian saya dan Lina mengelilingi satu komplek pertokoan komputer yg terdapat di Jakarta menghasilkan saya mulai memperhatikannya, baru kusadari Lina memiliki tubuh yang relatif indah, walaupun ukuran payudaranya tidak terlalu akbar namun berukuran pantatnya bisa dibilang relatif bahenol.
memberikanku pekerjaan untuk membeli peralatan pendukung komputer buat kantornya (tempat kerja Yanti mempercayakan urusan IT-nya kepadaku) karena kukira akan banyak barang bawaan yg akan aku bawa selesainya belanja maka kuajak Lina buat membantuku, dengan memberikan upah tentunya. Seharian saya dan Lina mengelilingi satu komplek pertokoan komputer yg terdapat di Jakarta menghasilkan saya mulai memperhatikannya, baru kusadari Lina memiliki tubuh yang relatif indah, walaupun ukuran payudaranya tidak terlalu akbar namun berukuran pantatnya bisa dibilang relatif bahenol.
Sembari membawa belanjaan, aku melihat hari sudah mulai sore dan juga kuputuskan buat segera jalan kembali, dengan badan letih serta capek kami berdua naik kendaraan umum menuju stasiun Senin buat nantinya kami lanjutkan dengan naik kereta dan syukurlah kami tidak tertinggal kereta seperti yang kutakutkan sebelumnya, didalam kereta yang tidak mengecewakan penuh kutemukan 1 daerah duduk yang masih kosong, ku suruh Lina buat duduk serta saya berdiri sementara barang-barang bawaan kami aku taruh diatas Ramp.
Bepergian panjang yang kami tempuh menghasilkan aku memikirkan sebuah pandangan baru nakal, Lina yg terlihat lelah menyenderkan badannya ke senderan kursi kereta yang menghasilkan kausnya sebagai longgar sebagai akibatnya membuatku mampu melihat sekaligus menikmati latif payudaranya dari atas, usang kunikmati keindahan payudara yg belum terjamah menghasilkan penisku mengeras, ingin cita rasanya memegang dan meremas-remas payudara Lina, namun saya terkaget ketika seorang disebelah saya memberikan kursinya dan segera berdiri. Kusuruh Lina bergeser serta aku duduk disebelahnya,
“Lina ngantuk yah?” tanyaku pada Lina,
“agak sih mas, lemes banget badan Lina” lalu ku jawab
“ya udah kamu senderan di bahu mas aja sini” tanpa menjawab Lina pribadi bersandar pada bahu ku, hal tersebut justru membuat ku makin terangsang sebab selain mampu melihat payudaranya aku juga bisa mencicipi kenyalnya payudara Lina yang melekat dilenganku yang selama hampir 2 jam kunikmati.
“agak sih mas, lemes banget badan Lina” lalu ku jawab
“ya udah kamu senderan di bahu mas aja sini” tanpa menjawab Lina pribadi bersandar pada bahu ku, hal tersebut justru membuat ku makin terangsang sebab selain mampu melihat payudaranya aku juga bisa mencicipi kenyalnya payudara Lina yang melekat dilenganku yang selama hampir 2 jam kunikmati.
Sesampainya pada Stasiun saya sendiri menelepon Yanti memberitahukan kedatangan kami, namun karena pekerjaan Yanti yg sangat sibuk karena dia bekerja di perusahaan agen bola di Jakarta saat itu, dia tak mampu menjemput kami serta memberitahukan untuk menyimpan barang belanjaan kami dirumah saja. Melihat Lina yang kelelahan aku putuskan untuk naik becak. Sesampainya dirumah saya istirahat sebentar sebari merokok tapi Lina langsung mandi,
“jangan lama-lama yah” pintaku pada Lina,
“iya…” Lina menjawab, sambil merokok kubayangkan bentuk tubuh Lina yang kunikmati tersebut sambil sedikit demi sedikit mengelus-elus kontolku, tapi naas saya dikagetkan sang ke 2 saudara termuda Lina, Emi dan Adi.
“iya…” Lina menjawab, sambil merokok kubayangkan bentuk tubuh Lina yang kunikmati tersebut sambil sedikit demi sedikit mengelus-elus kontolku, tapi naas saya dikagetkan sang ke 2 saudara termuda Lina, Emi dan Adi.
Mereka bermaksud ingin meminjam hape ku buat menelepon ayahnya yang entah dimana, sesudah mereka terselesaikan meminjam telepon Emi mengatakan Bila mereka wajib menyusul ayah dan ibunya di rumah sakit sebab terdapat teman ayahnya yang mengalami kecelakaan, “mas aku sama Adi mau jalan dulu yah, kalo mau makan di dapur ada makanan tuh” ujar Emi,
“ok deh Emi ntar aja mas makannya” kujawab, mereka segera berpamitan dan berangkat.
Sambil menghabiskan rokokku terlintas pikiran gila yg mengarahkan ku ke pintu kamar mandi, supaya aman saya agak menjauh serta menggunakan sedikit teriakan saya mengatakan,
“Lina udah apa belom?”
kemudian Lina menjawab “belum mas, Lina sakit perut nih”, seperti mendapat lotre saja, pikiranku langsung kegirangan dan segera kuhampiri pintu kamar mandi.
“asik…” kataku pada hati saat aku menemukan celah kecil diantara gagang pintu, tetapi pemandangan yg kulihat sempat membuatku relatif lemas, sebab kulihat Lina sedang jongkok buang air besar , namun kucoba buat tabah dan tidak lama. sesudah itu kudengar bunyi gemerecik air yg tandanya Lina telah selesai buang hajat.
“asik…” kataku pada hati saat aku menemukan celah kecil diantara gagang pintu, tetapi pemandangan yg kulihat sempat membuatku relatif lemas, sebab kulihat Lina sedang jongkok buang air besar , namun kucoba buat tabah dan tidak lama. sesudah itu kudengar bunyi gemerecik air yg tandanya Lina telah selesai buang hajat.
Secepat kilat kuhampiri pintu kamar mandi serta kuintip.
“ya yang kuasa” kataku pada hati waktu melihat indah tubuh Lina yg tidak terbalut apapun, payudaranya yang relatif lancip (untuk usia 2 puluh tahunan harusnya sudah tidak lancip lagi), memeknya yang ditutupi bulu-bulu halus membuat biarahi ku melonjak tinggi, kuraih kontol ku serta ku usap-usap.
Ah nikmatnya bila mampu kunikmati tubuhnya tanpa harus sembunyi-sembunyi. Malangnya lagi saya menerima gangguan, hape ku bergetar, kulihat Yanti menelepon ku serta memintaku buat menjemputnya, dari agak menjauh kuangkat hape ku,
“ok saya jalan sekarang” kujawab sambil kututup telepon.
“Lina, mas jalan dulu sebentar, mau jemput kakak kamu” dengan agak kesal kuberitahu Lina
“iya mas, tapi jangan lama -lama …gak ada orang soalnya nih mas, Lina takut sendirian”,
“iya Cuma sebentar kok”. Sesampainya dirumah sehabis menjemput Yanti turun hujan lebat, dalam benakku berfikir hujan ini suatu kesialan atau keberuntungan? Dengan agak ragu-ragu saya bilang ke Yanti keinginanku buat menginap saja serta tanpa diduga Yanti berkata
“ya udah nginep aja, lagian hujan terus besok juga bos aku minta alat-alatnya dipasang besok” dengan sedikit acting kujawab,
“lho kok besok? Bukannya harus malam ini juga pasangnya?” balik Yanti menjawab
“besok aja, khan hari ini malam minggu, emang kamu gak mau malam mingguan sama saya?” lalu kujawab
“iya sayang…gitu aja ngambek, emang kamu mau kemana sih? Lagian juga hujan kok” Yanti menjawab
“gak usah kemana-mana, tadi aku beli DVD, temenin aku nonton aja sampe saya tidur” “siap bos ku sayang” kujawab sembari tersenyum lebar serta membuat Yanti tertawa.
“iya mas, tapi jangan lama -lama …gak ada orang soalnya nih mas, Lina takut sendirian”,
“iya Cuma sebentar kok”. Sesampainya dirumah sehabis menjemput Yanti turun hujan lebat, dalam benakku berfikir hujan ini suatu kesialan atau keberuntungan? Dengan agak ragu-ragu saya bilang ke Yanti keinginanku buat menginap saja serta tanpa diduga Yanti berkata
“ya udah nginep aja, lagian hujan terus besok juga bos aku minta alat-alatnya dipasang besok” dengan sedikit acting kujawab,
“lho kok besok? Bukannya harus malam ini juga pasangnya?” balik Yanti menjawab
“besok aja, khan hari ini malam minggu, emang kamu gak mau malam mingguan sama saya?” lalu kujawab
“iya sayang…gitu aja ngambek, emang kamu mau kemana sih? Lagian juga hujan kok” Yanti menjawab
“gak usah kemana-mana, tadi aku beli DVD, temenin aku nonton aja sampe saya tidur” “siap bos ku sayang” kujawab sembari tersenyum lebar serta membuat Yanti tertawa.
Hape ku kembali bergetar, kulihat ayah Yanti yg menelepon
“halo ayah…” kujawab
“Ris, kamu besok ada acara gak? Kalo enggak terdapat acara tolongin ayah bisa gak?”
“tolong apa nih yah?” kujawab menggunakan penasaran
“engkau nginep aja, besok agak siangan kita pergi ambil mobil”
“ok, ya udah yah aku bisa” aku jawab
“ya udah ayah masih dirumah sakit, pulangnya kayaknya pagi deh kamu nginap aja yah”
“ok ayah”, sesudah percakapan itu Yanti bertanya serta kujelaskan sambil berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badan.
“Ris, kamu besok ada acara gak? Kalo enggak terdapat acara tolongin ayah bisa gak?”
“tolong apa nih yah?” kujawab menggunakan penasaran
“engkau nginep aja, besok agak siangan kita pergi ambil mobil”
“ok, ya udah yah aku bisa” aku jawab
“ya udah ayah masih dirumah sakit, pulangnya kayaknya pagi deh kamu nginap aja yah”
“ok ayah”, sesudah percakapan itu Yanti bertanya serta kujelaskan sambil berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badan.
Jam menunjukkan pukul tujuh malam, Yanti menagih janji untuk menemaninya nonotn DVD, kutemani Yanti menonton DVD dan Lina juga ikut dan menonton DVD. Sembari menonton, ku sempatkan melihat untuk kemolekan tubuh Lina yg hanya mengenakan daster tipis berwarna putih tanpa bra (terlihat waktu cahaya TV menembus dasternya), posisi dudukku yang berada di belakang Yanti dan Lina menguntungkan aku .
Setelah film selesai Yanti tanpa banyak bicara langsung nyelonong ke kamar tidur begitu juga dengan Lina, entah mengapa walaupun tubuhku terasa letih tapi aku tidak bisa tidur, kulihat jam sudah pukul dua dini hari, entah setan mana berrtamu, saya langsung berfikir buat melihat kamar Lina yang letaknya dibelakang, pelan-pelan kulangkahkan kaki keluar kamar tamu, lalu kulihat pintu kamar Lina relatif terbuka serta terlihat lampu yg masih menyala, kupikir Lina masih belum tidur tetapi setelah kulihat ternyata Lina telah terlelap. Kuberanikan diri untuk masuk kedalam kamar.
Kulihat Lina tidur menyamping kearah pintu menggunakan bagian bawah daster agak terangkat membuat celana dalamnya sedikit terlihat. Jantungku berdetak sangat keras saat kucoba mendekatinya dan bertambah keras lagi sewaktu Lina mengubah posisinya menjadi terlentang. Kucoba untuk menenangkan diri dan kulanjutkan aksiku.
Selesainya kudekatim kubuka kancing dasternya sempai yang terakhir (Lina menggunakan daster yg menggunakan kancing akan tetapi tidak sampai bawah, hanya 1/2 dari daster yang bisa dibuka) hingga terlihat jelas payudaranya, astaga ternyata bentuk gunung kembarnya begitu menggairahkan walaupun tidak terlalu besar, kumainkan putingnya pelan-pelan agar Lina tak terbangun, sambil ku usap-usap putting Lina, kumainkan juga kontol ku, awalnya hanya ku gesek-gesek dengan tangan saja. Akan tetapi lama kelamaan ku buka retseletingku serta kukeluarkan senjata pujianku yg ukurannya lumayan besar, sembari memainkan pentilnya, ku kocok kontol ku.
Tidak puas hanya melihat payudara Lina, ku coba buat sedikit mengintip kebagian bawahnya, dengan sedikit gugup ku angkat bagian bawah daster. Alhasil, semua terangkat dan kulihat gundukan empuk yang tertutup celana dalam CD pink dengan menyempit yang membuat jembut Lina seperti tertarik keluar. Dengan pelan-pelan ku angkat karet pinggang celana dalam Lina dan menurunkannya bertahap,
“astaga sungguh cantik memek perawan”
“Seperti mimpi saja akhirnya bisa kulihat secara langsung memek Lina”, pelan tetapi sempurna kuturunkan celana dalam Lina dengan sesekali melihat wajahnya karena aku takut dia terbangun.
“Seperti mimpi saja akhirnya bisa kulihat secara langsung memek Lina”, pelan tetapi sempurna kuturunkan celana dalam Lina dengan sesekali melihat wajahnya karena aku takut dia terbangun.
Kegigihanku berbuah hasil, celana dalam Lina sudah turun sampai batas dengkul, dengan perasaan sedikit khawatir kudekatkan wajahku ke memeknya, kucium dan juga kubuka memeknya sampai klitorisnya pun terlihat,
“memek perawan memang wangi” kuberkata pada hati sambil kuteruskan aksiku, kujulurkan lidahku unutk menjilat klitorisnya,
“ough…” bunyi itu keluar mulut Lina dan membuatku sangat ketakutan, namun sesudah itu kulihat lagi ternyata dia hanya mengigau.
“ough…” bunyi itu keluar mulut Lina dan membuatku sangat ketakutan, namun sesudah itu kulihat lagi ternyata dia hanya mengigau.
Kulanjutkan aksiku tapi kali ini lebih ekstrim, kuubah posisiku menjadi diatas Lina, menggunakan 1/2 jongkok kuarahkan kontolku kearah memek Lina, tanpa berniat buat memasukannya, kukocok kontolku serta dengan 2 jari tangan kiriku membuka memek Lina, kukocok kontolku sampai keluar serta crot… crot… crot… kutumpahkan spermaku diatas memek Lina, puas sekali rasanya malam ini sepertinya bisa tidur nyenyak, sambil mmebersihkan sperma diatas memek Lina aku melihat jam dan ternyata sudah pukul 3.
“Mas… Mas… bangun Mas….” kurang jelas kudengar bunyi wanita membangunkanku dan ternyata sehabis kulihat ternyata Lina, dengan panik kubangun serta kubertanya
“Kok Lina yang banguinin, kak Yanti dimana?”
“kak Yanti tadi pagi-pagi banget uda berangkat, katanya ada event di kantor pusat di Jakarta” katanya,
“terus yg lain kemana” kujawab berharap Lina tak menyadari perbuatanku semalam
“ayah, mak , Emi dan jgua Adi udah berangkat ke Subang, soalnya temennya itu meninggal”
“ough, terus ada pesan gak? Dari ayah atau dari kak Yanti?” kemudian Lina menjawab sembari berjalan menuju pintu kamar “ ada, katanya mas pasang alatnya minggu depan saja, terus kata ayah, mas disuruh nunggu ayah balik” ku jawab “oh gitu yah, ok deh”.
“Kok Lina yang banguinin, kak Yanti dimana?”
“kak Yanti tadi pagi-pagi banget uda berangkat, katanya ada event di kantor pusat di Jakarta” katanya,
“terus yg lain kemana” kujawab berharap Lina tak menyadari perbuatanku semalam
“ayah, mak , Emi dan jgua Adi udah berangkat ke Subang, soalnya temennya itu meninggal”
“ough, terus ada pesan gak? Dari ayah atau dari kak Yanti?” kemudian Lina menjawab sembari berjalan menuju pintu kamar “ ada, katanya mas pasang alatnya minggu depan saja, terus kata ayah, mas disuruh nunggu ayah balik” ku jawab “oh gitu yah, ok deh”.
Jujur saya sedikit malu ketika melihat Lina, takutnya dia mengetahui apa yang saya lakukan semalam, sampai akhirnya hari sudah sore dan ayah belum dating juga, kutelepon serta kuberitahu jika aku harus pulang ke Jakarta, karena besok saya harus kerja. Seminggu sudah berlalu dan bayangan tubuh Lina selalu menempel pada benakku, terkadang kugunakan imajinasiku untuk masturbasi.
Sesuai janjiku kepada Yanti setiap hari Jumat sore aku berangkat dari Jakarta ke kotanya untuk menghabiskan waktuku dengannya, kugunakan waktu-waktu itu untuk sesekali menikmati keindahan tubuh Lina yang semakin lama semakin menjadi-jadi, sampai akhirnya terjadilah sesuatu yang menurut saya sangat gila. Malam itu situasinya sesuai dengan harapanku, Yanti lembur, ayah, bunda, dan Emi sedang menghadiri acara tahunan kenaikan sabuk Karate Adi. Lina seperti biasanya tidak suka jalan-jalan yg memakan waktu hingga dua hari. Kuawali aksiku dengan membeli minuman soda (alih-alih traktiran karena aku baru saja gajian) dan martabak.
Minuman yang kubeli sebelumnya sudah kucampur dengan minuman beralkohol, kucampur saat Lina berada didapur. Sesudah beberapa lama menikmati minuman yg kucampur tersebut Lina merasa sedikit pusing dan juga mulai berbicara ngaco, kuanggap hal itu menjadi kesempatan, dengan kondisi Lina yang mulai lemah kudekati dan kuraba-raba payudaranya (karena saya ikut minum jadi saya juga agak 1/2 sadar), mulai ada perlawanan dari Lina, namun perlawanannya tidak sepadan dengan tenagaku yg besar , kukulum bibirnya sambil kuremas-remas payudaranya itu.
“mas jangan mas, nanti ketahuan kak Yanti” katanya,
“kalo Lina gk ngomong khan kak Yanti gak tau” kujawab sambil kulanjutkan mengulum bibirnya
“hhmphhh…maaaaassss jangaaaannnnnn….Aaaaahhhhh ough” hanya itu yang terucap dari bibir Lina ketika saya mulai menhisap putting payudaranya dan tanganku pun mulai menyelinap ke dalam celana pendek yang dipakainya, kurasakan agak lembab serta semakin basah di celana dalamnya.
“maaaaaasssss aaaahhhhhh….Jangaaaaaannnnnn” semakin menggeliat saat tanganku memasuki celana dalamnya, kurasakan cairan memeknya mulai terasa, kutekan-tekan klitorisnya sembari masih menghisap payudaranya.
“kalo Lina gk ngomong khan kak Yanti gak tau” kujawab sambil kulanjutkan mengulum bibirnya
“hhmphhh…maaaaassss jangaaaannnnnn….Aaaaahhhhh ough” hanya itu yang terucap dari bibir Lina ketika saya mulai menhisap putting payudaranya dan tanganku pun mulai menyelinap ke dalam celana pendek yang dipakainya, kurasakan agak lembab serta semakin basah di celana dalamnya.
“maaaaaasssss aaaahhhhhh….Jangaaaaaannnnnn” semakin menggeliat saat tanganku memasuki celana dalamnya, kurasakan cairan memeknya mulai terasa, kutekan-tekan klitorisnya sembari masih menghisap payudaranya.
Perlawanan Lina mulai berkurang saat jariku mulai menggosok-gosok klitorisnya dengan cepat, pantatnya pula bergoyang mengikuti gosokan-gosokan jariku dan kata-kata yang keluar dari mulutnya sekarang hanyalah “ough ah uh ah maaaaaasssss ah oh ah”. Lama-lama perlawanan Lina mulai menghilang dan waktu itulah kugendong Lina kekamar sembari kukulum bibirnya, sesampainya dikamar kurebahkan dia di atas tempat tidur, kulepaskan seluruh bajunnya, dan waktu aku ingin melepaskan celana dia mengatakan
“mas jangan donk, aku masih perawan…saya takut” ku jawab
“gak usah takut gak sakit kok” dengan sedikit memaksa kujawab.
Akhirnya Lina terlentang tanpa sehelai baju pun, hanya telapak tangan menutupi memeknya dan lengan kirinya menutupi payudaranya, sambil kunikmati keindahan tubuhnya, kubuka semua bajuku dan kulihat paras Lina agak malu kemerahan saat melihat kontolku yang telah tegak.
Saya langsung berbaring disampingnya, kuraih tangan kirinya dan kuarahkan ke kontol ku, pertama Lina sedikit takut, tetapi sehabis kupaksa akhirnya dia mau, sambil kukulum pentilnya, kurasakan kontolku ditarik kearah depan dan Lina mengubah posisinya menjadi miring, dengan posisi itu Lina mulai mengosok-gosok kepala kontol ku yg besar ke liang memeknya, pelan-pelan kurebahkan badan Lina dan posisi ku sekarang berada diatas Lina, kubuka kakinya dan kulihat memeknya yg mulai merekah dan basah semakin membuatku terangsang. Tanpa pemanasan dan ngomong banyak, kulanjutkan dengan mengarahkan kontol ku ke arah liang memeknya,
“mas jangan dimasukun, Lina takut hamil mas” Lina berkata
“gak apa-apa, jangan takut” kujawabnya dengan lembut, sebelum Lina berkata-kata kepala kontolku sudah berada didepan lubangnya,
“gak apa-apa, jangan takut” kujawabnya dengan lembut, sebelum Lina berkata-kata kepala kontolku sudah berada didepan lubangnya,
sambil berusaha mendorong tubuhku Lina mengatakan
“mas please jangan…aaaahhhhh” kepala kontolku sudah masuk dan kubiarkan memeknya agar terbiasa mendapatkan kepala kontol ku yang cukup besar di memeknya.
“mas sakit mas…aduh aaaahhh” dengan sedikit meracu Lina mengatakan,
“gak apa-apa nanti juga enak kok” kujawab, pelan-pelan tetapi pasti kugoyang supaya bisa masuk seluruh kontolku. dan ketika mulai bertambah licin langsung kutekan, akhirnya kontolku masuk semuanya.
“maaaaaasssss sakitttttt aaaaahhhhh” kata-katanya tidak kuhiraukan, kutahan sementara waktu sembari menikmati sempitnya memek perawan, pelan-pelan kugoyang dan lama -kelamaan Lina pun mulai mengikuti irama goyanganku, merasakan kenikmatan Lina pun mulai meleguh kenikmatan,
“oh mas, ah agak cepat sedikit mas” lalu kujawab
“iya sayang…” setelah agak lama ku genjot tubuh Lina terlihat agak menegang dan dia mengatakan
“maaasssss saya gak tahan…aaaaaaaaahhhhhh” tandanya Lina klimaks dan jufa mulai bisa menikmati, kucabut dan kusuruh Lina membalik badannya dan menungging, Lina pun mengikutinya.
“gak apa-apa nanti juga enak kok” kujawab, pelan-pelan tetapi pasti kugoyang supaya bisa masuk seluruh kontolku. dan ketika mulai bertambah licin langsung kutekan, akhirnya kontolku masuk semuanya.
“maaaaaasssss sakitttttt aaaaahhhhh” kata-katanya tidak kuhiraukan, kutahan sementara waktu sembari menikmati sempitnya memek perawan, pelan-pelan kugoyang dan lama -kelamaan Lina pun mulai mengikuti irama goyanganku, merasakan kenikmatan Lina pun mulai meleguh kenikmatan,
“oh mas, ah agak cepat sedikit mas” lalu kujawab
“iya sayang…” setelah agak lama ku genjot tubuh Lina terlihat agak menegang dan dia mengatakan
“maaasssss saya gak tahan…aaaaaaaaahhhhhh” tandanya Lina klimaks dan jufa mulai bisa menikmati, kucabut dan kusuruh Lina membalik badannya dan menungging, Lina pun mengikutinya.
Ku sodok kontol ku dari belakang dan Lina pun sudah tidak merasa kesakitan lagi, sembari kugoyang, kulihat terdapat bercak darah di sprei dan disekitar memeknya, kugoyang terus sampai akhirnya kusuruh Lina kembali ke posisi semula, kumasukkan dan kocok sedikit keras sehingga Lina pun mulai meracu tidak karuan, kupompa dengan kencang dan akhirnya crot… crot… crot… kutumpahkan semua spermaku didalam memeknya, tubuhku sendiri ambruk disamping Lina dan kulihat Lina menutup mukanya dan terdengar menangis, dengan sedikit rayuan serta pelukan kutenangkan Lina, dan Lina berjanji tak akan berkata apapun kepada siapapun.
Melihat jam telah menunjukkan pukul enam sore kuputuskan buat mandi dan kuajak Lina, tetapi didalam kamar mandi, birahi ku kembali naik. dibawah siraman pancuran air Lina kusuruh jongkok dan ku minta dia untuk menghisap kontolku, dengan sedikit kebingungan Lina memasukkan kontolku kedalam mulutnya, bunyi erotis yg keluar dari mulutnya dan tetesan sperma yang keluar dari memeknya membuat saya semakin bernafsu, kuangkat dan kugendong Lina, kumasukan kontolku kedalam memeknya dalam keadaan berdiri, kugoyang-goyang dengan keras, kuubah posisi doggy style, kurasakan himpitan dinding memek Lina semakin mengeras dam tubuh Lina menegang, ternyata Lina kembali orgasme, seiring orgasme yang dialami Lina, kontolku pun mulai menegang dan juga siap menyemburkan cairan kenikmatan, kuputuskan untuk kembali mengeluarkannya didalam crot… crot… crot…
“ah yes” ku berteriak, setelah puas kami pun selesaikan mandi dan segera berpakaian karena sebentar lagi Yanti akan pulang.
Semenjak itu saya dan Lina semakin sering ngentot sampai akhirnya aku menikah dengan Yanti dan juga Lina sudah mempunyai pacar. Kami tetap masih sering melakukannya tanpa sepengetahuan pasangan kami
No comments:
Post a Comment