Halo semua, perkenalkan namaku Hani, aku adalah seorang sekretaris di salah satu perusahaan swasta ternama di kota B. Disini saya akan membagikan pengalaman liarku dengan seorang lelaki yang bernama Robi. Kita langsung saja menuju ke cerita liarku. Kira-kira sudah 1 tahun yang lalu aku tidak menghubungi dengan Robi, dan secara kebetulan minggu lalu aku bertemu dengan Robi di dealer mobil.
Saat itu aku kabur dari kantor secara diam-diam, Pada siang itu aku bermaksud untuk men-service mobilku, aku mengira cuma sebentar untuk men-service mobilku, eh ternyata cukup lama juga servicenya. Kira-kira aku menunggu setengah jam, mobilku belum tak kunjung selesai juga di-service. Tidak terasa sudah sore, ssat itu aku ditelepon oleh pihak dealer dan diberitahu kalau mobilku sudah beres dan sudah bisa diambil.
Sesampainya di sana ternyata aku masih harus menunggu lama lagi di lobby dealer mobil itu. Untuk mengalihkan rasa kesal dan juga bosanku, aku berjalan dan juga melihat-lihat mobil-mobil yang ada di showroom itu. Disinilah aku bertemu dengan Robi, Robi ini kebetulan bekerja di dealership ini dan juga dia berjabatan sebagai sales. Dari percakapan hari itu, aku mengtahui bahwa dia mempunyai beberapa mobil mewah.
Oh iya, Robi juga baru putus dengan pacarnya yang sudah lama berpacaran dan juga tinggal bersama dengan Robi . Sebenarnya aku juga tidak ingin keluar dengan pria ini karena pada dasarnya aku tidak ingin dijadikan pelarian cintanya saja. Sampai akhirnya, pada saat itu seingatku hari Rabu pukul 09.00 pagi, tiba-tiba saja telepon di meja kantorku berdering.
Lantas akupun bergegas mengangkat telepon itu,
“ Hallo, selamat pagi, Hani di sini, ada yang bisa dibantu ??? ”, ucapku menjawab telefon.
Setelah kuangkat, ternyata terdengar suara laki-laki diseberang,
“ Pagi juga Hani, ini Robi, bagaimana kabar kamu sekarang? kira-kira kapan kita bisa makan siang bersama nih ??? , tanyanya.
“ Oh Robi, baik kog,Bi. masalah makan siang, aku kayaknya agak sibuk banget deh minggu ini ”, jawabku.
“Begitu ya Han, oke deh, minggu depan saja kalau begitu, aku tunggu kamu yah ”, ucapnya.
Singkat cerita kira-kira sudah satu minggu dan masih Robi terus menelefonku setiap hari untuk mengajak keluar. Tidak jarang aku memberikan bermacam-macam alasan untuk menolak ajakannya. tetapi hari ini sepertinya dia tidak akan menerima jawaban tidak/ penolakan dariku lagi. Robi ini terus mendesak dan juga merayuku, dan juga pada akhirnya akupun mengiyakan ajakannya.
“ Hi Hani, selamat pagi, ini sudah minggu depan lo. Kayaknya kamu sudah gak sibuk deh minggu ini.hehehe.. Siang ini kita makan siang yuk Han ??, Hari ini hari bagus lo, hari ni aku bolos kerja deh demi kamu…hehehe… Gimana ??? ”, katanya mulai merayuku.
“ Hah…. Aku kan hari ini harus kerja Bi, gimana coba ??? ”, jawabku balik.
“ Kerjakan paginya, lagian juga ada waktu istirahat kan Han ? Nanti pas jam istirahat aku jemput ke kantormu yah, Oh iya, alamat kantormu dimana ??? ”, tanyanya bersikukuh tanpa menunggu jawaban dariku.
“ Hemmmm dasar kamu Bi, bisa aja kalau ngerayu cewek. Kalau gitu iya deh, Tetapi cuma sebentar saja yah, dan juga aku enggak boleh telat masuk kerjanya setelah istirahat ”, ucapku.
Pada akhirnya aku pun menyetujui untuk makan siang dengan Robi. Selain dia sering mengajakku untuk makan siang, tidak jarang Robi menawarkan aku untuk makan malam bersamanya. Singkat cerita sampailah jam istirahatku, 1 jam sebelumnya Robi sudah menelepon kembali untuk mengkonfirmasi jam makan siang kami nanti.
Setelah itu, kira-kira 5 menit sebelum jam istirahatku sampai, Robi memberitahu bahwa dia sudah hampir sampai. Sesampainya Robi sampai di lokasi kerjaku, akhirnya kami pun bertemu dan juga kami bergegas untuk pergi salah satu restoran Japanese Food. Oh iya Robi orangnya tidaklah jelek dengan tinggi 179 cm, berat badan proporsional, orangnya juga luwes, tetapi sayangnya dia memiliki perut yang sedikit berlemak.
Tetapi jka dilihat secara keseluruhan dia memang oke, ditambah lagi dia mempunyai mulut yang pandai berbicara, (tentu saja seperti itu, soalnya dia adalah top sales di daerah sini dan bapaknya seorang pengusaha agen bola yang kaya raya). Apalagi aku mengetahui kalau dia mempunyai 3 mobil mewah lain di samping Porsche-nya. Aku pun diam-diam menggunakan mental calculation menghitung pendapatan dan juga pengeluarannya setiap bulan.
Semua pembayaran rumah,mobil, asuransi, makan dan juga lain sebagainya. Wow, banyak juga duitnya, aku pikir, tetapi mengeluarkan banyak uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Lewat mental calculation pula aku juga menaksir umurnya lebih tua 5 tahun dariku. Robi ini memiliki nafsu makan yang banyak sekali, dan juga selain kuat makan, dia juga kuat minum.
Kala itu pada waktu kami makan siang, dia memesan sake dan juga sampai dua kali lagi dia memesannya. Makan siang kami yang makanannya enak saat itu dia sumpitkan ke piringku, sisanya dia habiskan semua sendirian, padahal kami memesan banyak sekali makanan pada waktu itu. Kata Robi, itu pun belum cukup. diakuinya bahwa dia masih mampu untuk menambah dua burger lagi.
Aku sangat heran untuk porsi makannya yang sangat luar biasa itu, layaknya tubuhnya seperti balon, tetapi dia tergolong kurus. Terus terang, aku sangat menyukai pria yang nafsu makannya besar dan juga tidak takut makan apa pun. Ini berbeda lo dengan yang namanya rakus. Ini adalah pertanda kira-kira nafsu seks nya juga besar dalam kamusku, hehehehe.
Selama makan siang, tidak sekali pun dia menyinggung mengenai mantan pacarnya. Aku pun tidak ingin bertanya. Dia menyinggung banyak tempat kemana dia ingin membawaku pergi, tetapi aku tetap tersenyum saja, tidak ingin memberi tanggapan positif. Sampai akhirnya ketika kita mau berpisah, dia meminta nomor teleponku yang personal.
“ Telepon aku di kantor aja lah, Bi! ”,
“ Kalau aku ingin ngobrol malam-malam bagaimana? ”,
"Well ..", aku pun menjadi segan, dia pun tidak memaksa aku.
Keesokan harinya Robi meneleponku lagi dan juga begitu lusanya. Sebenarnya aku tidak memupunyai rencana bagaimana harus menghadapinya. Di hatiku sudah mempunyai orang lain. Dasar laki-laki jika ada maksud mereka tidak akan pernah bertanya atau peduli kalau kita sudah punya pacar atau tidak. Pokoknya jika kalau di jari manis kita belum terdapat cincin, pasti akan dikejar terus. Kali ini Robi pun mengajakku pergi kencan pada hari Sabtu nanti.
Aku pun langsung menolak, karena waktu itu aku memang harus ke undangan pernikahan teman dekatku. Robi bukanlah Robi namanya jika dia menyerah, aku pun sudah tahu taktiknya, jika makan siang ditolak maka dia akan minta makan malam, bila besok ditolak, dia akan minta lusa. Dan juga kali ini Sabtu ditolak, dia pun meminta Jumat malam. Akhirnya aku pun bilang kalau Jumat malam aku mau pergi ke toko baju untuk membeli gaun untuk wedding.
Robi pun kepingin untuk mengantar, suatu kebetulan juga bahwa Jumat ialah hari liburnya, selain Selasa. Aku bukannya mau belanja. Aku memang sudah melirik sebuah gaun malam berwarna hitam yang sangat aku suka, tetapi belum kubeli karena lumayan mahal harganya. Sampai akhirnya aku pun memutuskan Jumat malam nanti akan kubeli karena sudah tidak ada yang lain yang lebih menarik perhatianku.
Robi pun menjemputku di kantor malam itu. Di perjalanan yang jauh dan juga macet itu, kami mengobrol panjang lebar, kecuali mengenai seksnya. Sesampainya di toko baju, aku pun tahu persis di mana letak baju gaun itu.
“ Robi, aku mencoba baju dulu ya! Kamu liat-liat barang lain aja dulu, biar tidak bosen nungguin aku ”, ucapku.
“ Kog begitu sih, Aku kan ke sini hanya buat antarin kamu aja. Aku tunggu kamu di luar kamar ganti kamu aja deh ”, ucapnya.
“ Okey deh kalau begitu Bi, Makasih ya Bi “, kataku tanpa ada rasa curiga.
Aku pun tersenyum manis sebagai tanda ucapan terima kasih atas kesediaannya untuk menungguku. Aku berpikir kalau si Robi ini kelihatannya mempunyai hati yang baik. Aku masuk ke dalam kamar ganti yang besar dan juga mencoba lagi baju itu sebelum aku benar-benar membelinya. Ternyata tetap saja seindah kemarin. Gaun panjang ini tidak mengizinkan aku untuk mengenakan bra karena bagian punggungnya yang sangat terbuka.
Belahan payudaraku pun lumayan rendah, gaun itu secara otomatis memperlihatkan 1-2 cm bukit payudaraku. Sebenarnya dengan gaun ini aku akan terlihat sangat sexy. Bahannya yang lumayan tipis dan terasa menempel di tubuh, memperlihatkan setiap lekuk-lekuk tubuhku dan juga paha kananku yang begitu putih mulus karena ada belahan rok yang cukup tinggi.
Pada saat itu ketika aku sedang membungkuk, terlihat payudaraku seolah mau meloncat keluar dari balik gaun, apalagi pada saat itu aku memakai push up bra dan belum kutanggalkan, aku pun masih ragu, pantaskah aku keluar dari ruang ganti sekedar sopan santun terhadap Robi. Tetapi, buat apa aku bagai seorang model pamer baju dan juga tubuh di depan dia, aku bukan ingin pergi ke pesta bersama dia.
Tetapi pada akhirnya aku pun membuka pintu dan menengok keluar dan dia masih di sana. Di luar pun sepi-sepi saja, cuma ada satu dua orang saja yang sedang berbelanja. Aku pun kemudian memutuskan untuk ke luar sebentar. Mata Robi langsung menangkapku. Aku berkata,
“ Taddddaaaa… Ini gaun yang aku pilih Bi, bagus kan ??? ”, tanyaku.
Sepertinya dia tidak tahu mau bicara apa, dia membisu karena aku memang terlihat sangat berbeda.
“ Benar-benar cantik sekali kamu, Han ”, ucapnya memujiku.
Saatr itu aku cuma tersenyum. Aku tidak tahu bagaimana tampangnya tetapi pada saat itu aku pun merasa kalau aku lebih baik darinya. Robi pun datang mendekatiku, barangkali ingin ikut mengamatinya, tetapi tidak ada komentar lain yang dikeluarkan dari mulutnya. Dia cuma bilang,
“ Pas banget ditubuhmu, you should buy it now”,
Sepertinya aku sudah memancing kejantanannya bangun. Aku pun geli sendiri. Aku pun kembali lagi ke kamar ganti. Setelah kututup pintunya, tanpa ku sangka ternyata Robi sudah menyusul di belakangku.
"Hani, boleh aku masuk? Ada sesuatu yang agak janggal tuh ... ", ucapnya.
“ Hahhh… ”, tanyaku heran sambil membuka pintu ruang ganti.
Kemudian Robi pun nyelonong masuk, menutup pintu dan juga mengunci.
“ Robi! Kamu tidak boleh masuk ke sini! ”, bisikku tertahan.
“ Ssssstttt… !!! tidak ada yang lihat aku masuk kesini”, ucapnya.
Lalu dia menyeringai, kemudian berbisik tidak kalah pelannya.
“ Kamu benar-benar menggairahkan, Han... cuma saja... tidak seharusnya kamu mengenakan Bra dengan gaun seperti ini... ”, wajahnya dekat sekali denganku.
Suasana diluar dan didalam ruang ganti sangatlah berbeda. Di sini lebih private dan juga kami dekat sekali jaraknya. Aku pun bisa merasakan dirinya yang sudah terangsang. Tangannya sudah menyentuh bahuku dan menarik turun tali BRA ku satu persatu melalui dari pundakku ke lenganku. Dengan begitu, spontan yang ada sekarang di bahuku hanyalah seutas kain bagaikan tali yang berasal dari gaun yang sedang kupakai.
Lewat sentuhannya pada kulitku dan juga desahan nafasnya, darahku pun mulai naik. Aku memang tidak mempunyai perasaan khusus kepadanya. Bahkan kami pun baru kenal, tetapi aku biarkan tangannya merambat ke punggungku untuk mencari pengait Bra, aku cuma menahan nafas saat tercium bau cologne yang dipakainya, dekat sekali. Aku pun menduga dia memang sengaja mendekatkan badannya begitu supaya aku tidak tahan.
Setelah ditemukan, Robi pun melepaskan kaitan itu, kemudian dia menarik talinya supaya lepas dari lengan kiri dan juga lengan kananku, lalu dia menarik keluar sepotong pakaian dalam itu. Aku pun berdiri tegak seperti orang yang terhipnotis, tidak melawan sama sekali terhadap apa yang aku lakukan. Aku sadar bahwa ada seorang laki-laki yang sedang dilanda nafsu birahi, aku yang menyebabkan dia begitu, dan juga aku sedang diminta untuk bertanggung jawab.
Robi pun merangkul pinggangku, membawaku ke pelukannya. Untuk beberapa saat dia cuma merangkulku saja, kurasakan dadaku yang tidak terbungkus apa-apa menempel pada dadanya.
"Hani-ku sayang, aku ingin membangun sebuah hubungan denganmu, maka ... jika kamu tidak siap, suruhlah aku keluar sekarang juga, tetapi ..",
Pelukannya menjadi mengerat, kaki kanannya diselipkan di antara kedua kakiku kemudian menekankan pangkal pahanya pada diriku dan mendorongku ke belakang selangkah sampai merapat ke dinding,
“ Aku ingin kamu tahu... kalau saat ini, aku sedang On fire... ”,
Gila! tentu saja aku bisa merasakan benda keras di balik celananya, karena dia dengan sengaja menggesek-gesekkannya di selangkanganku. Bersamaan dengan itu, Robi pun mendaratkan bibirnya ke bibirku dan kiga mulai menciumiku dengan penuh nafsu. Bibirnya turun ke daguku, kemudian naik ke telingaku, di sana dia lalu membisikkan,
“ Ougghhh... Hani... you’re my Honey... Agghhhh… ”, ucapnya dengan penuh nafsu.
Kemudian turun kembali ke leherku, setiap inci kulitku ikut merasakan kehangatan yang dia berikan dengan bibir dan juga lidahnya, terkadang giginya menggigitku pelan untnuk memberiku kenikmatan yang lebih dalam. Otakku pun saat itu tidak bisa berpikir dengan logis. Aku sudah tidak ingat bahwa pria yang sedang mencumbuiku ini adalah pria yang baru saja aku kenal. Dua tahun yang lalu kita pun hanya teman asal lewat saja.
Sekarang setelah bertemu kembali satu kali saja, dia sudah menggerayangi tubuhku. Tidak pernah aku berbuat sampai sejauh ini dengan seorang stranger sebelumnya. Tidak tahan lagi aku pun menggigit bibirku supaya tidak mengeluarkan suara,tetapi akhirnya aku cuek, aku pun mendesah dan juga merintih, bahkan sampai melenguh kuat saat dia meremas payudaraku. Aku pun sudah tidak peduli lagi bahwa kami berada di tempat umum.
Siapa saja dan kapan saja orang bisa lewat dan juga mendengar suara desahanku. Di sela-sela ciumannya itu, ternyata aku pun masih ingat akan gaun yang akan menutupi tubuhku untuk pesta besok,
“ Ougghhhh... Bi... bajuku ini belum dibayar lho... hati-hati ya… Ssssst… agghhhh… ”, ucapku mulai mengikuti permainannya Robi.
Kalimat ini pun malah mengingatkan dirinya bahwa aku masih dalam kondisi berpakaian, diangkatnya bagian bawah rok gaunku ke atas hingga melewati kepalaku. Kini aku sudah bugil, cuma ada celana dalam saja yang masih menutup kewanitaanku. Robi pun kembali menjelajahi tubuhku yang baru saja tertutup, dia menciumi setiap inci lekuk-lekuk tubuhku. Entah dia sadar atau tidak dengan suara ribut dari mulutku.
Ketika itu, aku masih berusaha untuk tidak menahan suara, tetapi saat dia menghisap putingku, aku pun menjerit tidak karuan, pada saat itulah dia pun merelakan tangan kirinya di mulutku sebagai alat pembungkam suara. Kugunakan jarinya sebagai pengedap suara yang kugigit-gigit sebagai pengganti suara jeritan yang keluar. Tetapi cuma sebentar saja, karena tangannya kemudian berpindah untuk meremas-remas pantatku.
Aku pun mulai protes di saat gerakannya turun ke bawah, saat jari-jarinya mulai menyusup ke dalam celana dalamku dan juga menyentuh bulu-bulu kewanitaanku. Kepalaku pun menggeleng-geleng. Aku merasa tidak nyaman disini, well, at least tidak di tempat beginian. Tiba-tiba saja aku berada di alam sadar. Wajahku yang sejak tadi begitu menikmati aksinya kini mulai terjaga kembali. Tangan Robi pun mencoba melorotkan celana dalamku, tetapi aku tahan,
“ Stop Bi…. Cukup sampai di sini saja... pleaasseee, aku tidak bisa melanjutkan.. ”, ucapku.
Aku pun masih mencegahnya dengan cara menempatkan tangan kiri di celanaku dan juga tangan kanan mendorong bahunya. Robi pun menjawab dengan nafas yang memburu,
“ Ougghhhh… jangan Hani sayang...! jangan hentikan sekarang,pleasee... ”, ucapnya.
Masih dengan mulutnya yang menjilati puting payudaraku dengan menggebu, sementara dua jarinya sudah menyusup lebih dalam lagi untuk mencari klitorisku, dia semakin nafsu,
“ Vagina kamu sudah basah kuyup sayangku… Ougghhhh… ”, ucapnya dengan muka penuh mesum.
Aku pun mengerang tertahan. Aku memang sudah sangat nafsu sekali, aku sebenarnya sudah siap ... tetapi dia malah masih dalam berpakaian utuh.
“ Robi! Aku serius nih! ”,
Akhirnya aku pun benar-benar menghentikan gerakannya, karena detik berikutnya aku menampar kepalanya. Tidak keras tetapi cukup untuk membuat dia kaget.
“ Whooops.. ”, pikirku. Lalu aku pun berkata lunak sedikit memelas,
“ Robi, aku sangat serius, tolong jangan dilanjutkan ya... aku bisa meledak di sini nanti”,
“ Ya sudah, ledakkan saja. Apa salahnya, Han? Bukankah tadi kamu hampir? ”, Dia tidak marah, hanya sedikit kesal mungkin.
“ Lebih baik jangan, Bi ”,
Saat itu aku menunduk untuk mengenakan kembali pakaianku. Aku tidak inign nantinya berakhir di kantor security atau sejenisnya, pikirku.
"Hani, nanti kita bisa melanjutkan di rumahku, usai makan malam", katanya bersungguh-sungguh.
Robi pun keluar dulu. Aku kemudian menyusul di belakangnya dengan tampang yang innocent, maklum baru mencoba baju, tetapi kelihatannya wajahku sedikit kemerahan karena bekas gejolak nafsu tadi, mataku pun sedikit berair karena kenikmatan yang baru kualami tadi. Robi pun terlihat normal-normal saja, dia cuma tersenyum pada saat kami bertatapan.
“ Ada barang lain yang masih kurang? ”, tanya Robi.
“ Tidak ada! Keperluanku sudah komplit ”,
“ Ayo kita cari makan kalau begitu. Aku sudah lapar banget. Sini bajunya biar aku bayar dulu ”,
Aku pun berdiri di depan counter dan siap untuk melakukan transaksi pembayaran.
“ Napain dia ikut-ikut bayar “, pikirku.
Aku pun sudah siap dengan kartu kreditku, tetapi sebelum kartuku diambil oleh kasir, Robi dengan cepat mengambil kartuku dan menukarnya dengan kartu NM nya dan juga menyerahkan kepada kasir. Aku melotot dan protes.
“ Tidak apa-apa ”, katanya ringan. Well, mungkin saja duit segitu tidak berarti apa-apa baginya, tetapi kan bisa menjadi beban untukku.
Usai makan malam, Robi benar-benar membawaku ke rumahnya. Aku pun tidak begitu yakin kalau aku harus menurutinya ataupun menolaknya mentah-mentah. Sejujurnya aku juga ingin menikmati apa yang dia tawarkan tadi, harus kuakui bahwa aku memang sangat membutuhkannya. Sudah lama sekali aku tidak disentuh oleh laki-laki, tetapi karena tidak ingin kelihatan desperate.
Kemudian aku pun mengungkapkan bahwa aku mengkhawatirkan mobilku yang masih diparkir di lapangan kantor, dia pun bilang tidak usah takut. Pokoknya tidak ada masalah, katanya. Setiba di rumahnya, Robi langsung menyuguhkan Whisky. Tanpa basa basi lagi, dia langsung memelukku dari belakang, dan juga kali ini dia menciumi seluruh bagian punggung tubuhku, mulai dari kudukku sampai dengan bawah kakiku.
Lalu, setelah itu aku pun berbalik dan juga dia naik dari situ menstimulir semua bagian tubuh depanku inci demi inci. Kami pun berakhir di ranjangnya, dengan tubuh telanjang dan juga masih meresapi sisa-sisa kejadian yang baru saja kami lewati. Aku pun bangkit duluan. Jam di meja pun sudah menunjukkan jam 23.00 malam. Aku harus menjemput mobilku dan juga pulang ke rumahku sendiri. Kami pun berpakaian.
Saat itu Robi masih sempat-sempatnya untuk mengganti sarung bantal penopang kepalaku yang tadi.
“ Napain sih? ”, tanyaku sedikit tersinggung, karena yang diganti ternyata hanya sarung bantalku.
“ Ueemmmm… ”, dia pun menatapku dengan tampang yang bersalah.
“ Mantanku pun belum pindah keluar dari sini, Han... dia bisa marah jika mencium bau parfummu ”,
“ Hah! ”, aku pun serasa baru ditampar, mungkin balasan tamparanku yang tadi di kamar ganti.
“ Aku memang ingin memberitahu kamu tetapi.. ”, katanya menatapku.
“ Maafkan aku ya.. ”, ucapku.
“ Dia masih tinggal di sini ya? Dia akan pulang kesini malam ini? ”, ucapannya benar-benar membuat aku merasa sangat terhina.
“ Dia udah dua hari tidak tidur disini. Dengar Han, kami benar-benar sudah putus, aku sudah memintanya keluar secepatnya, tetapi dia butuh waktu untuk mencari tempat tinggal yang lain ”,
“ Tentunya kamu pun tidak perlu bilang-bilang sebelum semua ini terjadi kan! ”, kataku sinis.
Singkat cerita aku pun marah dengannya dan pergi meninggalkan rumahnya. Tetapi, aku belum bisa terima bahwa aku baru saja tidur di tempat tidur mantan pacar Robi yang masih tinggal bersama Robi. Singkat cerita, setelah 3 hari kami pun kembali berbaikan. Aku dan juga Robi kini menjadi pasangan kekasih, semenjak itu pun aku menggantikan mantan Robi dan juga tinggal dirumahnya seperti mantannya dulu dan menikmati berhubungan badan dengannya.
AYO SEMUA BERMAIN DI TOGEL PELANGI JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI
ReplyDeleteHUBUNGI KONTAK KAMI :
BBM : D8E23B5C
WHAT APPS : +85581569708
LINE : togelpelangi
WE CHAT : togelpelangi
LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET
SALAM JACKPOT DARI KAMI :)