MARI ~~

25 September 2016

Cerita Seks - Diperkosa Pelatih Sendiri



Siang itu Nessa dan juga teman-teman sekelasnya sedang berjalan pulang dari sekolah mereka. Mereka sedang asik membicarakan tentang rencana shopping sore nanti.

“Gimana nes, lu jadikan ikut kami shopping nanti sore?” tanya salah satu teman Nessa yang bernama Heti. “Ya donk, jadilah… gue kan juga mau seneng-seneng sama kalian” jawab Nessa dengan tegas. “Eh eh itu mobilnya bokapnya lu kan?” kata seorang teman Nessa sambil tangannya menunjuk ke arah mobil sedan mewah yang melaju pelan menghampiri mereka.

Nessa memperhatikan sedan itu dengan sungguh-sungguh dan juga berharap itu bukan mobil papanya. Tetapi setelah mobil itu berjarak kurang lebih 50 meter dari hadapannya, harapan itu pun pupus. Mobil itu pun berhenti di samping Nessa dan juga teman-temannya yang sedang berdiri di trotoar. Dan keluarlah dari dalam mobil itu seorang pria tegap berkumis yang tidak lain adalah pak Yanto, papanya si Nessa.

“Kamu mau kemana, nes? Ayo masuk mobil, kamu kan ada les tenis nanti, papa antarin kamu kesana, terus papa ke kantor lagi, papa sudah gak ada waktu nih” kata papanya Nessa yang tatapannya yang tertuju pada Nessa seorang saja. Nessa pun tidak bisa membantah papanya, karena dia tau kalau papanya itu galak. “Kayaknya gue kagak jadi ikut kalian shopping deh”. ucap Nessa dengan mata yang memerah kepada teman-temanya. “Yah nes Nes” keluh Devi salah satu teman Nessa. Dengan kepala tertunduk Nessa masuk ke dalam mobil.

Dalam perjalanan menuju ke tempat latihan tenis, muka Nessa terlihat cemberut, tetapi tetap cantik dengan pipinya yang cabi. Papa Nessa adalah seorang mantan atlit tenis yang kini adalah seorang pengusaha agen bola, wajar saja Nessa disuruh untuk mengikuti jejaknya. Cuma dalam waktu 15 menit saja mereka pun tiba di tempat latihan tenisnya. Mereka pun disambut oleh pelatih tenisnya, "om Heri" Nessa memanggilnya. “Ri, titip Nessa ya” kata papanya. “tenang aja To, anak lu gak bakalan hilang” balas om Heri dengan senyuman yang merekah. Papanya Nessa pun pergi meninggalkan Nessa dan juga om Heri dengan sedannya.

“Ayo kita masuk ke dalam, langsung kita mulai aja latihannya” Ajak om Heri seraya menyeret tangan yang mulus Nessa. Nessa pun berjalan menyongsong tangannya yang terlebih dahulu ditarik ke depan. “Nah, sekarang kamu ganti baju dulu sana, masak pakai baju sekolah” kata om Heri sambil memandangi tubuhnya si Nessa. “Itu bajunya” lanjutnya sambil menunjukkan baju yang sudah diletakkan dikursi. “Oh iya” jawab Nessa yang masih terlihat bingung,karena ini pertama kali Nessa latihan tenis.

Setelah ganti baju, Nessa pun masuk ke lapangan. Nessa berjalan sambil memegangi roknya yang dinilai terlalu pendek. rok itu 15 cm di atas lututnya dan juga terbuat dari bahan yang sangat tipis sehingga paha putih mulus tanpa bulu Nessa jelas-jelas diobral. Ditambah dengan baju dan juga rok yang terlalu sempit, Jadi lekukan tubuh Nessa dari dada hingga bokong terlihat sangat menonjol seolah ingin melontar keluar. Hal itu sangat membuat Nessa tidak nyaman, Apalagi nanti dia akan bergerak kesana kemari.

“Oke, pertama-pertama kita pemanasan dulu, biar ototnya gak kaku nanti” Ajak om Heri. Nessa cuma mengangguk dengan tangan masih memegangi roknya yang terayun sedikit ke atas karena tertiup angin. “Angkat tangan ke atas” kata om Heri sambil mempraktekkannya. Nessa pun mengikutinya, gerakan itu pun otomatis membuat dada Nessa membumbung ke atas dan juga tambah menonjol. Bajunya pun terangkat ke atas sehingga perut dan juga pusar Nessa yang bersih pun terpampang.

“Oke, tahan dulu ya” om Heri memberikan intruksi. Tiba-tiba angin berhembus dengan kencang dan juga spontan saja menyeret rok Nessa sampai keatas, sehingga terlihatlah CD berwarna putih yang bermotif bunga-bunga yang menutupi gundukan daging di antara selangkangan Nessa yang indah. Nessa pun spontan langsung menutupi bagian itu dengan tangannya dan berharap om Heri tidak melihat. Tetapi dia sadar kedua mata om Heri jelas-jelas sedang melotot memandangnya, lelaki mana yang ingin melewatkan momen seperti itu fikirnya.

“Lho mengapa tangannya pegangin itu? kebelet nak pipis?” om Heri mencoba untuk bercanda. “gak kok om” jawab Nessa. “Ya udah kalau gitu, kita lanjutin pemanasannya” pinta om Heri. Nessa pun melanjutkan pemanasannya sampai selesai, dan juga kejadian rok terangkat angin terulang beberapa kali.

“Sekarang pemanasan untuk kaki, ini contohnya” om Heri mengangkat kakinya lurus dan juga diletakkan di pundak Nessa. Nessa pun kaget, mungkin karena berat. “Aduh, sakit om” Nessa pun mengelak mundur. “Hehe, maaf-maaf tadi cuma contoh saja, sekarang gantian Nessa, taruh kakimu di pundak om, cepat” . Nessa pun terdiam sejenak dan juga mulai mengangkat kakinya. “Aduh, pundak om tinggi banget, kagak sampai nih” keluh Nessa. “sampai kok, sini om bantu pegangin” . Om Heri pun menahan betis Nessa. “tu, bisa kan” kata om Heri. Posisi itu lantas membuat kaki Nessa mengangkang 180° dan juga kini om Heri bukan cuma disuguhi CD Nessa tetapi juga bulu-bulu warna hitam di pinggir CD-nya. “Mantap” kata om Heri keceplosan. “Apa om?” tanya Nessa. “Eh…kagak apa-apa kok” jawaban latah om Heri bak seorang predator.

“Yap, sudah cukup pemanasanya, sekarang masuk ke sesi latihan awalnya” om Heri pun menurunkan kaki Nessa. Nessa pun lega karena adegan itu tidak berlangsung lama. “Pegang raketnya seperti ini kemudian ayunkan” sekali lagi om Heri mempraktekkannya. Nessa pun mengangguk, lalu mencoba. “Aduh, bukan begitu Nes” om Heri pun berjalan mendekati Nessa dan juga berdiri dibelakangnya. “Begini nih caranya” om Heri memegang raket yang juga dipegangi Nessa. Jadi kini posisi om Heri seperti sedang memeluk Nessa dari belakang. “Eh om” Nessa kaget dan juga menengok ke belakang tetapi kembali fokus ke raketnya. “Posisi kuda-kudanya harus benar, badan agak dikit membungkuk” koreksi om Heri sambil memaksa badan Nessa sedikit membungkuk dan juga om Heri masih dalam keadaan memeluk Nessa. “Nah, seperti ini baru benar” om Heri melepaskan tangannya dari raket Nessa sekaligus mundur ke belakang. “Coba lagi” perintah om Heri. Nessa pun langsung melakukanya. “kuda-kuda kuat nes, tahan nafasnya, pinggul dan juga perut harus kencang” om Heri cerewet. “begini lho” om Heri dengan cepat kembali dan memegang pinggul Nessa. Sekali lagi Nessa terkaget. “Pinggul harus kuat tetapi juga lentur” kata om Heri. “Perutnya harus kencang, tahan nafasnya” tangan om Heri berpindah ke perut Nessa. “Bokong juga harus kuat tetapi rileks” kata om Heri sedari tangan kanannya menepuk dan juga meremas bokong Nessa dengan gemasnya beberapa kali.

“Auhh…” Nessa merintih. “Mengapa? Ya memang harus ditepuk dan juga diremas-remas, biar kencang bokongnya” kata om Heri sambil tangannya lanjut menepuk dan juga meremas bokong Nessa, bahkan lebih berani lagi dengan meremas dan juga kali ini om Heri juga berani menyelipkan jari-jarinya di belahan pantat Nessa hingga menyentuh anusnya Nessa meski masih terhalang oleh rok dan juga CD. Tetapi om Heri bisa merasakan bulatan berlubangnya.

Om Heri sudah selesai dengan bokongnya Nessa. Kini dia pun mencoba untuk menyelipkan tangannya ke ketiak Nessa dan berharap bisa menyentuh payudara Nessa dengan modus yang sama yakni berpura-pura mengajari tenis. Tangannya begitu cekatan sampai Nessa tidak sempat mengelak. Om Heri mencoba menyentuh sedikit bagian samping dari payudaranya Nessa untuk menguji apa reaksi Nessa. Ternyata Nessa tidak bereaksi apa-apa dan juga tentu itu membuat om Heri semakin terpancing. Tangan yang tadinya cuma menyentuh berubah menjadi tekanan . Payudara Nessa pun menjadi saling beradu sampai membentuk bokong.

“Om, apa latihan tenis memang begini mmm…?” suara Nessa seperti suuara cewek sange. “Ya iya dong .. memangnya gimana?” om Heri mencoba meyakinkan. Tetapi om Heri sudah tidak mampu menahan nafsu bejatnya lagi. Tangannya kini menjadi brutal ,payudara Nessa diremas dengan kencang dan juga diguncang-guncangkan ke berbagai arah. “Aaaaarggghhh” jerit Nessa kesakitan. “Om sudah kagak tahan lagi, tetekmu gede banget, nes” om Heri mengatakannya dengan nada penuh ngos-ngosan penuh nafsu. “Maksud om apa?!!!” bentak si Nessa mulai meronta. Tetapi tenaga Nessa bukanlah tandingan bagi mantan atlet seperti om Heri.

"Aaaaarrrggggghhh tolonggg" teriakan Nessa semakin kencang dan juga matanya pun mulai memerah. "Gratis saja, di sini tidak ada siapa-siapa .. hahaha" om Heri mengejek sambil tangan kirinya menyentuh selangkangan Nessa. "Apa ini ya, kok ada lekukan lubangnya? hahaha "om Heri sudah mulai seperti pemeran film antagonis. "Ohh, lubangnya masih sempit sekali, sepertinya om nanti harus bekerja sangat keras nih" om Heri mengucapkannya dekat telinga Nessa. Kemudian melumat leher Nessa dan Nessa pun menggeliat dan juga terus berteriak.

15 menit sudah berlalu dengan pergulatan yang membuat Nessa lemas tidak berdaya. Akhirnya om Heri melucuti pakaian Nessa dengan mudah sampai telanjang bulat dan juga tidak ada sehelai kain pun yang tersisa di tubuh Nessa. Om Heri langsung memperkosa Nessa yang telanjang dan juga tidak berdaya itu dengan penuh nafsu. Bahkan vagina Nessa yang masih sempit tidak menghalangi kecepatannya dalam menusuk lubang vagina Nessa berkali-kali. Hal itu spontan membuat tubuh Nessa terguncang tidak beraturan dan juga membuat payudara dan juga perut Nessa menari-nari sangat indah. Nessa sudah orgasme berkali-kali dan membuat teriakannya semakin melemah. Om Heri pun tidak mau kalah, berkali-kali dia pun menyemprotkan spermanya di dalam, hingga mengalir ke pinggir bibir vagina Nessa bak itu krim yang mencair.

No comments:

Post a Comment