MARI ~~

3 November 2016

Cerita Seks- Mimpi Yang Sempurna

Siang hari itu udara lumayan panas ketika saat berbaring disamping ibuku. Ibu cuma memakai sarung untuk menutupi tubuhnya. Sepertinya dia juga kepanasan. Sarung batik yang dipakainya terlihat begitu pendek di tubuhnya, sehingga tubuhnya tidak tertutup dgn sempurna. Sarung kecil yangg dipakainya cuma menutupi bagian payudara sampai pangkal pahanya saja selebihnya terbuka bebas.


Pemandangan itu sangat memancing birahiku. Entah setan mana yang menggoda, seketika itu pikiran kotor memenuhi otakku. Padahal selama ini tidak pernah terniat di hatiku untuk kurang ajar kepadanya, karena aku sangat menghormati beliau. Penisku langsung mengeras menatap pahanya yang gempal, pangkal payudaranya yang sekal membuat kerongkonganku terasa kering.
Aku menjadi teringat cerita sex persetubuhan ibu dan juga anak kandung yang pernah kubaca di internet, hal itu semakin membuatku terobsesi menyetubuhinya. Otakku pun berpikir cara untuk memulainya. Tak menunggu lama, dengan sedikit kolokan kupeluk tubuhnya.
“bu ..?“ panggilku dengan manja, sambil mempererat pelukanku.
“ada apa, sayangku … ? “ jawabnya seraya menatapku,
“mau nenen ya … ? ” candanya mengelus-elus rambutku.
“hmmmmm iya, bu … pingin nenen… "kataku manja. tak membuang kesempatan, langsung saja kutarik sarung yang menutupi payudaranya.
Ternyata ia tidak memakai Bra saat itu. Sehingga payudaranya yang sekal terpampang di depanku. Walaupun sudah sedikit turun namun itu tidak mengurangi nafsuku. Sementara itu ibuku cuma menggeleng-gelengkan kepala dengan kelakuanku, dalam pikirannya apa yang aku lakukan tidak lebih dari kemanjaan seorang anak kepada ibunya.
“ neteklah nak…. Ngak ada susunya juga …”ujarnya.
Tanpa pikir panjang lagi, langsung kuhisap payudara ibuku, tangan kiriku meremas payudaranya yg satunya. Kuhisap dan kujilati pentilnya dan kuciumi bongkahan payudaranya. Ia hanya geleng-geleng kepala melihat ulahku.
“tidak puas dulu netek waktu kecil ya…? ” tanyanya.
“sudah lupa bu dengan rasanya” jawabku parau.
Nafasku memburu menahan birahi. Tidak terasa tubuhku sudah minindih tubuhnya.
Cukup lama sekali aku menghisap payudaranya, dia mulai gelisah beberapa kali ia merubah posisi tubuhnya. Tampak dia mulai tidak nyaman jika tidak boleh dikatakan sudah terangsang oleh kenakalanku.
“sudah nak, sudah!!, Sudah puaskan …?, nanti ayah pulang”ujarnya memintaku turun dari tubuhnya.
Tetapi birahi sudah membuatku gelap mata, aku sampai nekat menyetubuhinya pada saat itu.
“ aku ingin ini, bu …“ ucapku. Tanganku menyentuh nonoknya di balik sarung yang dipakainya. Jujur saja pada saat itu aku takut kalau beliau marah kepadaku. Tetapi perkiraanku salah …
Dia memang sedikit kanget saat tanganku menyentuh nonoknya, Tetapi tidak berusaha menjauhkan tanganku dari sana.
“ hussss … Jangan nak, sadarlah ini ibu, lho …” selanya.
Melihat dia tidak marah dengan kenakalanku, membuatku semakin nekat saja, aku semakin berani mengelus-elus nonoknya.
“aku pingin cobain ini bu … Ucapku sedikit bergetar. Aku mencoba untuk merangsangnya dgn juga kembali menciumi payudaranya. Dengan penuh nafsu kuhisap-hisap pentilnya dan membuat dia mendesah-desan kegelian.
“sudah nak… sudah!” ucap ibuku.
Namun meskipun begitu sedikit pun tidak ada usaha dari ibuku untuk melarang aksiku.
Dengan satu tangan kuturunkan boxerku dan juga kuangkat sarungnya lebih ke atas sehingga nonoknya sudah terpampang tepat di depan penisku. Ternyata dia juga tidak memakai CD di balik sarungnya. Nonoknya begitu indah saat kulihat, mungkin karena baru kali ini aku melihat nonok seorang wanita secara langsung, bulu-bulu halus terlihat menghiasi nonoknya, di bagian bawahnya terlihat ada belahan berwarna merah gelap yang mengkilap karena memang nonok ibuku sudah basah saat itu. tanpa menunggu lama aku mengarahkan penisku ke celah nonok ibuku yang basah.
“ Jangan, nak … jangan!” cegah ibuku, tangannya berusaha untuk menahan penisku supaya tidak memasuki nonoknya.
Namun usahanya terlambat, dengan sedikit menahan tangannya, kutekan langsung penisku ke dalam nonoknya. Nonoknya yang sudah basah dan juga licin memudahkan penisku untnuk memasukinya, liang dimana dulunya aku pernah tinggal selama kurang lebih 9 bulan.
Bleees …
“Ohhh … Buuu … “ desahku merasakan hangatnya nonoknya di penisku.
“Aaahhh … naaak … “ pekiknya, saat merasakan penisku menerobos memasukinya.
“ Enak banget bu … oohhh nikmat banget … “ racauku. Kudekap tubuhnya, kutekan penisku lebih dalam lagi sehingga terbenam ke dasar rahimnya. Kudiamkan sebentar disana, menikmati hangatnya rahim ibuku.
“ Mengapa kamu lakukan ini pada ibumu …? tanyanya“. Ini dosa, nak!!” tegasnya.
“Maafkan aku bu, aku sayang sama bunda … ”selaku.
Cukup lama dalam hening pada keadaan seperti itu, ada rasa sesal di hatiku. Tetapi semua sudah terlanjur, apa boleh buat lagi. Terlanjur basah mandi saja pikirku pada saat itu. Ditambah dengan nikmatnya cengkraman liang nonoknya di penisku membuatku nekat melanjutkan permainan itu.
“Maafkan aku, bu, aku mengaku salah … tapi semua sudah terlanjur, izinkan aku melakukan sekali saja …” pintaku terbata.
“ Ya sudahlah semua sudah terlanjur juga … puaskan dirimu nak” jawabnya pasrah sambil mengelus-elus punggungku.
Dengan penuh nafsu kugenjot keluar masuk di liang nonoknya, kuciumi payudaranya dengan rakus, kumainin itilnya dengan lidahku. lama-kelamaan ibuku yang awalnya diam saja, mulai terpancing nafsunya karena ulahku. Aku pun semakin bersemangat untuk menyetubuhinya.
“Aaahhh nak … aaaahhh, sssssttt Goyang yang cepat, sayang …”pintanya.
dengan nafsu dirangkuhnya kepalaku dan juga diciuminya bibirku dengan panas. Bibir kami menyatu dan saling hisap, sementara pinggulnya berputar dengan liar menyambut sodokan penisku di liang nonoknya.
Bleesss… creetttt… Bleesssss… creettttt… aaahh … aaahhh, sssstttt Irama mesum kami memenuhi ruangan mengiringi kocokan penisku di nonoknya. Cukup lama juga kami bersetubuh, beberapa kali dia mengejang melepaskan orgasmenya. Beruntung sekali ayahku belum pulang saat itu.
“ Oh, nak… ibu lemas … penismu gede banget, lebih gede dari ayahmu, puas banget nak …”, racaunya.
“ Nonok ibu juga nikmaatt banget … “selaku.
“Kamu nakal ya… masa ibumu sendiri dikentotin” ujarnya.
“tapi ibu sukakan …?”tanyaku tidak mau kalah. Dia cuma tersenyum “Dasar anak nakal” ujarnya sambil mencubit hidungku.
“Nikmat sayang …?” tanyanya. “nikmat banget … bu … rahim ibu nikmat baget …”, bisikku sambil menggerakkan penisku keluar masuk di nonoknya. “ dulu kamu keluar dari situ lho sayang”, selanya.
“ Justru itu, bu … aku ingin masuk kembali ke kesana … ooooohh nikmat banget nonok ibu“ racauku.
“ Ooohhh ssssttt, aku mau keluaarr bu … oohhhh nikmat bageet…” desahku bergetar.
Aku semakin mempercepat kocokan penisku pada nonoknya.
“Keluarkan sjaa sayang … Puaskan dirimu ” Selanya sambil melingkarkan kakinya di pinggulku.
“Keluarkan dimana, bu … sudah ga tahan … Ooohhhh… sssssttt oooooohhhhssttthhh” Kurasakan ada sesuatu yang nikmat mengumpul di ujung penisku.
“Di dalam aja sayang, Sirami rahim ibu dengan benihmu … buntingi ibu …” racaunya mesum dan membuat gairahku semakin menjadi. Sementara pinggulnya semakin cepat berputar menyambut goyangan penisku, sepertinya dia ingin memeras seluruh air maniku memenuhi rahimnya.
“Oooooohhhh bu …oooohhhhh … aku sampai …” creetttt… creettttt… creetttt … spermaku menyembur memasuki rahimnya. Aku menekan penisku sedalam mungkin di dalam rahimnya.
“Ooooohhh … hangat sayang, tekan yang kuat, ibu ingin anak darimu … ”racaunya.
Lalu kami pun terkulai lemas.
“Terima kasih, bu … indah sekali …” ucapku mengecup bibirnya. Dia membalas kecupanku dengan mesra.
“Nikmat ga sayang……?” tanyanya.
“Nikmat banget, bu … kapan-kapan boleh lagi kan bu …?” tanyaku.
Dia cuma tersenyum,
“Anak agen bola yang nakal, ibu sendiri mau dikentotin”jawabnya seraya mencubit keras pipiku.
Aku menjerit kesakitan dan juga saat itu aku tersentak dari tidurku, Astafirullah..!!! Ternyata aku sedang bermimpi. Mimpi bersetubuh dengan ibuku kandungku sendiri, pikirku.
Tubuhku berpeluh keringat, tempat tidurku acak-acakan, penisku terasa basah dan juga lengket. Kembali teringat mimpi itu di ingatanku, terasa ingin kuulangi lagi mimpi indah itu dan juga aku pun tersenyum memikirkannya, menyetubuhi ibu kandungku sendiri. Terima kasih tuhan, Engkau sudah memberikanku mimpi yang sangat sempurna. Mimpi yang tidak akan mungkin pernah terwujud dalam kenyataan.

No comments:

Post a Comment