Namaku Danny, usiaku 30 tahun dengan tinggi badan sekitar 175 cm dan juga berat badan sekitar 7 kg. Aku kini bekerja sebagai seorang supervisor di salah satu perusahaan agen bola di Jakarta. Aku lebih prefer wanita setengah baya. Aku sangat doyan membaca cerita di desidarkside.blogspot.com. Kali ini aku ingin menceritakan sebuah kisah nyata dengan tanteku sendiri yang bernama tante Jeni.
Cerita seks ini merupakan kisah nyata dan juga bagi yang secara kebetulan merasa senama ataupun kisahnya mohon dimaafkan karena itu hanyalah kebetulan saja. Kejadian ini terjadi sekitar 8 tahun yang lalu, ketika itu aku masih berusia 22 tahun. Aku memiliki seorang tante bernama Jeni yang usianya pada waktu itu 35 tahun. Tante Jeni merupakan adik dari Mamaku. Tante Jeni telah menjanda selama lima tahun.
Dari pernikahannya dengan almarhum suaminya itu tidak dikarunia anak. Tante Jeni sendiri melanjutkan usaha peninggalan almarhum suaminya
. Dia tinggal di salah satu perumahan elit yang tidak jauh dari tempat tinggalku. Dia tinggal bersama seorang pembantunya, Mbak Rami. Menurutlku tante Jeni ini orangnya seksi sekali.
. Dia tinggal di salah satu perumahan elit yang tidak jauh dari tempat tinggalku. Dia tinggal bersama seorang pembantunya, Mbak Rami. Menurutlku tante Jeni ini orangnya seksi sekali.
Payudaranya yang besar bulat dengan ukuran 36B(hanya perkiraanku saja), sedangkan tingginya sekitar 169 cm dengan kaki yang langsing seperti peragawati dan juga perutnya yang rata karena dia belum pernah melahirkan. Hal ini pun membuatku sering bermain ke rumahnya dan juga betah berlama-lama jika sedang ada waktu luang. Dan sehari-hari aku hanya mengobrol dengan Tante Jeni yang seksi ini saja dan juga dia itu orangnya supel benar dan tidak canggung cerita-cerita denganku.
Dari cerita Tante Jeni, aku bisa menebak bahwa dia merasa kesepian semenjak suaminya meninggal. Maka aku pun berupaya untuk menemaninya dan juga sekalian ingin melihat tubuhnya yang seksi itu. Setiap kali aku melihat tubuh seksinya, aku selalu terangsang dan juga aku lampiaskan dengan onani dengan membayangkan tubuhnya.
Terkadang timbul pikiran kotorku ingin bercinta dengannya tetapi aku tidak berani untuk berbuat macam-macam terhadapnya, aku takut nantinya dia akan marah dan juga melaporkan kepada orang tuaku. Hari demi hari, keinginanku untuk mendapatkan Tante Jeni itu semakin kuat saja. Terkadang kupergoki Tante Jeni ketika habis mandi, dia cuma memakai lilitan handuk pada badannya saja.Melihatnya jantungku terasa deg-degan ingin langsung membuka handuknya dan juga melahap habis tubuhnya yang seksi itu. Terkadang dia juga sering memanggilku ke dalam kamarnya untuk membantu mengancingkan bajunya dari belakang dan benar-benar memancing gairahku.
Singkat cerita, hari itu tepatnya pada malam minggu, aku sedang malas kumpul bersama teman dan aku pun langsung pergi ke rumah Tante Jeni. Sesampai di sana, Tante Jeni baru bersiap untuk makan dan juga sedang duduk di ruang tamunya sambil membaca majalah. Kami pun bercerita, tiba-tiba saja hujan turun deras sekali dan juga Tante Jeni memintaku untuk menginap di rumahnya saja malam ini dan juga memintaku memberitahu kepada orang tuaku karena aku akan menginap di rumahnya dikarenakan hujan yang deras sekali.
“Dan, tante tidur dulu ya, sudah ngantuk nih, kamu sudah ngantuk, belum?”, tanyanya sambil menguap. “Belum, tan”, jawabku. “Oh iya, tante, Danny pinjam pakai komputernya ya, mau cek email sebentar”, tanyaku. “Boleh kok, pakai saja” jawabnya kemudian menuju ke kamarnya. Lantas aku memakai komputer untuk mengakses situs porno.
Dan juga terus terang tanpa sadar kukeluarkan kontolku sambil melihat foto wanita setengah baya. Kemudian kuelus-elus batang kontolku sampai tegang yang berukuran sekitar 17cm karena aku sudah sangat terangsang sekali. Tanpa kusadari, tiba-tiba Tante Jeni masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu dulu.
Sangking kagetnya akupun tidak sempat menutup batang kontolku yang sedang tegang itu. Tante Jeni pun sempat terbelalak melihat kontolku yang tegang dan langsung saja dia bertanya sambil tersenyum dengan manis. “Ayoo, lagi ngapain kamu, Dan?” tanyanya.
“Eh, tidak ada apa-apa kok, tante. Lagi cek email aja” jawabku asal. Tetapi Tante Jeni sepertinya sadar jika aku sedang mengelus-elus batang komtolku. “Ada apa, tante?” tanyaku. “Aah tidak apa-apa, tante hanya pingin ajak kamu temenin tante untuk nonton di kamar saja” jawabnya.
“Oh iya sudah, nanti saya nyusul deh, tante” jawabku. “Jangan lama-lama lho yah” kata Tante Jeni lagi. Setelah itu aku pun berusaha untuk meredam ketegangan kontolku, lalu aku pun beranjak ke kamar tante dan juga menemaninya menonton film horor yang kebetulan juga terdapat banyak adegan-adegan syur.
Melihat film tersebut langsung saja aku pun menjadi salting, karena batang kontolku langsung bangkit kembali. Malah Tante Jeni sudah memakai baju tidurnya yang tipis dan juga gilanya dia tidak memakai BH karena aku bisa langsung melihat puting susunya yang rada mancung ke depan.
Gairahku perlahan memuncak melihat pemandangan itu, tetapi apa boleh buat, aku tetap saja tidak berani berbuat macam-macam. Batang kontolku semakin tegang saja sehingga membuatku terpaksa bergerak-gerak sedikit untuk membetulkan posisi kontolku yang miring. Melihat gerakan-gerakan tersebut Tante Jeni rupanya langsung menyadari dan tersenyum ke arahku.
“Lagi mengapa kamu, Dan?” tanyanya tersenyum. “Ah, tidak apa-apa kok, tan” jawabku dengan malu. Sementara itu, Tante Jeni mendekatiku membuat jarak kami menjadi semakin dekat di atas ranjang. “Kamu terangsang yah, Dan, nonton filmnya?” “Ah, tidak kok tante, biasa aja” jawabku mencoba untuk mengendalikan diri.
Bisa kulihat payudaranya yang sangat besar yang menantang di sisiku, rasanya ingin kuhisap sambil kugigit pelan putingnya. Tetapi rupanya hal ini tidak dirasakan oleh aku seorang saja, Tante Jeni pun rupanya sudah terangsang sehingga dia pun mengambil serangan terlebih dahulu. “Menurutmu tantemmu seksi nggak, Dan?” tanyanya. “Wah, seksi banget, tante” kataku.
“Lebih seksi mana dengan yang di film itu?” tanyanya sambil membusungkan payudaranya sehingga terlihat semakin besar. “Wah, jelas seksi tante dong, habis bodynya tante bagus banget sih” kataku. “Ah, masa sih?” tanyanya. “Iya, benaran tante, sumpah..” kataku. Jarak kami pun semakin rapat karena Tante Jeni terus-menerus mendekatkan tubuhnya padaku, kemudian dia bertanya lagi padaku..
“Kamu mau tidak kalau diajak gituan dengan tante”. “Mmaauu, tan..” Ah, seperti ketimpah durian runtuh, kesempatan ini tentu saja tidak aku sia-siakan, aku langsung saja memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada Tante Jeni. “Wahh, kontolmu lumayan gede juga, Dan” katanya.
“Ah, tante bisa saja.. Tante kok kelihatannya semakin lama semakin seksi saja sih.. Sampai saya jadi gemes meliatnya..” kataku. “Ah, kamu nakal yah, Dan” jawabnya sambil meletakkan tangannya pada kontolku. “Waahh, jangan dipegang terus, tan, nanti malah bisa makin gede loh” kataku. “Ah, yang benar nih, Dan?” tanyanya. “Iya, tan.. Ehm aku boleh pegang itu tidak, tan?” tanyaku sambil menunjuk ke payudaranya yang besar.
“Ooh, boleh saja kalau kamu mau” jawabnya. Wah, kesempatan besar, namun aku tetap sedikit takut, takut dia marah tetapi tangan tante sekarang malah sudah mulai mengelus-elus kontolku sehingga aku pun memberanikan diri mengelus payudaranya. “Ahhh.. Arrrghh enak Dan.. Kamu nakal juga ya” kata tante sambil tersenyum manis ke arahku, dan spontan saja langsung kulepas tanganku.
“Loh kenapa dilepas, Dan?” tanyanya. “Ah, aku takut tante marah” kataku. “Oohh, tidak lah, Dan.. Cepat kemari deh”. Tanganku kemudian digenggam Tante Jeni, kemudian diletakkan kembali pada payudaranya sehingga aku pun kembali berani meremas-remas payudaranya. “Aarrhhhh.. Sshhtttt” rintihnya semakin membuatku penasaran.
Lalu aku mencoba mencium Tante Jeni, di luar dugaanku, Tante Jeni menyambut ciumanku dengan beringas. Kami pun berciuman dengan nafsu sekali sambil tanganku bergerilya pada payudaranya yang kenyal sekali itu. “Ahh, kamu hebat Dan.. Terusin Dann.. Malam ini kamu harus memberikan kepuasan oada tante yah.. Arrhh.. Arrrhh”.
“Tante, aku boleh buka bajunya tidak?” tanyaku. “Oohh, silakan saja Dan”, sambutnya. Dengan cepat aku buka bajunya sehingga payudaranya yang besar beserta puting yang kecoklatan langsung berada tepat di depan mataku, langsung saja aku menjilat payudaranya yang memang sangat aku kagumi itu. “Arrggghh.. Arrgghhhh..” lagi-lagi tante mengerang keenakan.
“Teruusssss.. Teerruuuss Dan.. Ahh, enak banget..” Lama aku menjilati putingnya dan tanpa kusadari kontolku juga mulai mengeluarkan cairan bening pelumas di atasnya. Lalu kulihat tangan Tante Jeni mengelus-elus klitorisnya sehingga tanganku pun sengaja kuarahkan ke celananya untuk dilepaskan.
“Aahh, iyaa, buka saja Dan.. Ahhhh” Nafas Tante Jeni tersengah menahan nafsu. Seperti kesetanan aku pun langsung membuka celana dalamnya dan juga langsung kuciumi. Sekarang Tante Jeni telah telanjang total. Kulihat memknya yang penuh bulu. Lalu dengan perlahan kumasukkan jariku untuk menerobos memeknya yang sudah basah dari tadi.
“Arrgghh.. Sshhttt.. Enak Dan.. Enak banget” jeritnya. Usai puas jariku bergerilya kemudian kudekatkan mukaku ke memeknya untuk menjilat bibir memeknya yang licin dan juga mengkilap itu. Kemudian dengan penuh nafsu kujilat habis memeknya dengan lidahku yang turun naik seperti sedang mengecat saja. Tante Jeni semakin kewalahan membuatnya menggoyangkan kepalanya ke kanan dan juga ke kiri sambil meremas payudaranya sendiri.
“Aahhh.. Sshhtt tante sudaahh nggaakkkk tahaann laaggiiiii.. Tante sudaahh maauuu kkeeluuaarrrrr.. Oohhh”, semakin cepat kujilati klitorisnya dan juga jariku kumasukkan ke liang memeknya yang basah. Beberapa saat kemudian, tubuhnya pun bergerak dengan liar seperti sudah akan orgasme.
Kupercepat jilatanku dan juga tusukan jariku sehingga dia merasa keenakkan dan dia menjerit.. “Oohhhh.. Aarrhhhh.. Tante sudah keeluuaarr Dan.. Aahh” sambil menjerit kecil, pantatnya digoyang-goyangkannya dan juga lidahku masih terus menjilati bibir kemaluannya dan cairan orgasmenya kujilati sampai habis. Kemudian tubuhnya menjadi tenang seperti lemas sekali.
“Wah, ternyata kamu hebat sekali,Dan. Tante sudah lama tidak merasakan kepuasan seperti ini loh..” ujarnya kemudian mencium bibirku sehingga cairan kemaluannya di dalam bibirku ikut belepotan ke bibirnya. Sementara itu, batang kontolku yang masih tegang dielus-elus oleh Tante Jeni dan juga aku pun masih memilin-milin putingnya yang sudah semakin keras itu. “Aaaahh..” desahnya sambil mencumbu bibirku.
“Sekarang giliran tante ya.. Tante akan mmebuat kamu merasakan nikmatnya tubuh tante ini”. Tangan Tante Jeni langsung menggerayangi kontolku lalu digenggamnnya kontolku dengan erat sehingga terasa sedikit sakit tetapi kudiamkan saja karena juga terasa enak saat diremas-remas oleh tangan Tante Jeni. Aku juga tidak mau kalah, tanganku terus meremas-remas payudaranya.
Rupanya Tante Jeni sudah terangsang kembali pada saat tanganku meremas payudaranya dengan sesekali kujilati putingnya yang tegang itu, seolah seperti orang yang kelaparan, kukulum terus putingnya sehingga Tante Jeni pun menjadi semakin blingsatan. “Aahh, kamu suka banget ya sama dada tante ,Dan?” “Iya, Tante. Habis tetek tante sangat merangsang sih dan besar juga tetapi masih tetap saja kencang..”
“Aahh, kamu memang pandai puji orang ya, Dan..” Sementara itu, tangannya terus membelai batang kontolku yang kepalanya berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok cuma dielus-elus saja. Lalu Tante Jeni mulai mencium dadaku dan turun ke arah selangkanganku sehingga aku pun merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa sampai akhirnya Tante Jeni berjongkok di bawah ranjang dengan kepala mendekati batang kontolku.
Sedetik kemudian, dia pun mulai mengecup kepala kontolku yang sudah mengeluarkan cairan bening pelumas dan juga merata pada seluruh kepala batang kontolku dengan lidahnya. Aku benar-benar merasakan rasa nikmatnya service yang diberikan Tante Jeni. kemudian dia mulai membuka mulutnya dan juga memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya menghisap-hisap dan juga menjilati seluruh bagian batang kontolku sehingga menjadi basah oleh ludahnya.
Selang beberapa menit setelah tante menghisapnya, aku pun mulai merasakan desiran-desiran kenikmatan yang menjalar pada seluruh kontolku kemudian kuangkat Tante Jeni dan kudorong perlahan sehingga dia sekarang telentang di atas ranjang. Dengan penuh nafsu, langsung kuangkat kakinya hingga dia mengangkang tepat di depanku.
“Aaaahh Dan, ayolah dimasukin kontol kamu ke tante yah.. Tante sudah tidak sabar mau merasakan memek disodok-sodok oleh kontol kamu itu”. “Iiyaa, tan” kataku. Dan aku mulai membimbing kontolku ke lubang memeknya tetapi aku tidak langsung memasukkannya namun aku gesek-gesekan dulu pada bibir kemaluannya membuat Tante Jeni menjerit keenakan..
“Aahhhh.. Aaaahh.. Ayolah Dan, jangan tanggung-tanggung. Masukiinn..” Kemudian aku pun mendorong masuk kontolku. Agak sempit juga rupanya memeknya sehingga sedikit sulit memasukkan kontolku yang tegang itu.
“Aahhh.. Sshhtt.. Oooohh pelan-pelan Dan.. Terusss-teruusss.. Aahhhhh” Aku pun mulai mendorong kepala kontolku ke dalam liang kemaluan Tante Jeni sehingga dia merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa saat kontolku sudah masuk semuanya di dalam. Kemudian kontolmulai kupompakan dengan pelan tetapi dengan sedikit gerakan memutar sehingga membuat pantat Tante Jeni juga ikut bergoyang.
Rasanya sungguh nikmat sekali karena goyangan pantat Tante Jeni membuat batang kemaluanku seperti sedang dipilin-pilin oleh dinding kemaluannya yang sangat seret itu dan juga rasanya juga seperti empotan ayam. Sementara itu, aku terus menjilati puting susu dan juga menjilati leher yang sudah dibasahi keringatnya. Dan tangan Tante Jeni mendekap pantatku dengan keras sehingga serangan yang kuberikan pun menjadi semakin cepat lagi.
“Oohhhh.. Sshhhhh.. Dan.. Enak banget.. Oohhhh.. Ohhhh..” mendengar rintihannya aku pun semakin bernafsu untuk menyelesaikan permainan ini. “Aaahh.. Cepat Dan, tante mau keluuaarrrr.. Aaaahh” Tubuh Tante Jeni kembali bergerak dengan liar sehingga pantatnya juga ikut-ikutan naik. Rupanya dia kembali mengalami orgasme, bisa kurasakan cairan hangat yang menyiram kepala kontolku yang sedang memompa memeknya.
“Aahhhh.. Sshhh.. Sshhhh”, desahnya, kemudian tubuhnya kembali tenang dan menikmati sisa-sisa orgasmenya. “Wahh, kamu hebat Dan.. Tante sampai KO dua kali tapi kamu masih tegar” “Iyaa, tante.. sebentar lagi juga Dannymau keluar nih..” ujarku sambil menyodok memeknya yang masih berdenyut-denyut itu. “Aaahh enak sekali, tante.. Aaaahh..”
“Terusin Dan.. Terusss.. Aaaaahh.. Ssssshh” erangan Tante Jeni yang membuatku menjadi semakin kuat memompa kontolku diu dalam memeknya. “Aaauuhh pelan-pelan Dan, aaaahh.. Ssssshh” “Aduh tante, sebentar lagi aku sudah mau keluar nih..” kataku. “Aaaahh.. Dan.. Keluarin di dalam tante saja yah.. Aaaaahh.. Tante ingin ngerasain.. Aaahh.. Ssshh.. Mau ngerasain siraman hangat air mani kamu..”
“Iyyaa, tan..” Kemudian aku mengangkat kaki kanan tante dan posisi memeknya menjadi lebih menjepit kontolku. “Aahhhh.. Oooohh.. Aaaahh.. Ssssshh.. Tan, Danny sudah mau keluar nih.. Aaaahh” lalu aku memeluk Tante Jeni dan meremas-remas payudaranya. Sementara Tante Jeni memelukku dengan kuat sambil menggoyangkan pantatnya.
“Aahh, tante juga sudah mau keluar lagi aaaaahh.. Sssshh..” dengan sekuat tenaga kupomp memeknya sehingga kumpulan air maniku yang tertahan menyembur dengan begitu dahsyatnya. Seeeerr.. Seeeeerr.. Croooott.. Crootttt.. “Aaaahh, enak banget tante.. Aaaahh.. Aaaahh..” Selama sekitar dua menitan, aku menggumuli tubuh Tante Jeni untuk menyelesaikan semprotan air maniku itu. Kemudian tante Jeni membelai-belai rambutku.
“Ah, kamu ternyata jagoan, Dan..” Setelah itu, dia mencabut kontolku dari memeknya dan kemudian dimasukkan kembali ke mulutnya untuk dijilati lidahnya. Ahh, ngilu sekali rasanya kontolku dihisap oleh tante Jeni. Dan juga kemudian kami berdua tidur saling berpelukan. Malam itu pun kami masih melakukannya sampai tiga kali.
Setelah kejadian tersebut, kami tetap sering melakukan hubungan seks yang terkadang meniru gaya-gaya adegan film porno. Hubungan kami berjalan selama dua tahun dan juga akhirnya diketahui oleh kedua orang tuaku. Karena malu, Tante Jeni pun pindah ke kota Bandung dan juga menjalankan usahanya di sana.
Aku benar-benar merasa sangat kehilangan Tante Jeni dan juga semenjak kepindahannya, Tante Jeni pun tidak pernah menghubungiku lagi.
No comments:
Post a Comment