Atasanku ini merupakan sosok pria yang sempurna. Bagaimana tidak, ia diberikan wajah tampan, hati baik, dan juga otak yang cerdas dan juga ditambah dengan harta yang melimpah. Jika berbicara soal harta, mungkin saja mampu untuk membeli smeua Gym di Bandung. Tapi sayangnya pada saat ini dia tengah dihadapkan dengan masalah berat. Pernikahannya berada diambang perceraian.
Akhir-akhir ini dia terlihat sangat tidak bergairah.
Perusahaan tempat bekerjaku ini bergerak di bidang teknologi. Setiap saat haruslah ada ide yang muncul dari pemikiran karyawan supaya bisa saling bersaing dengan barang impor. Karena itu aku sangat beruntung dapat bekerja di sini karena aku cuma tamatan SMA dan juga syarat bekerja di sini minimal S1. Namun karena saat itu atasanku melihat bakatku dalam mengetik cepat dan juga ia tertarik untuk mengajakku untuk menjadi sekretarisnya. Tidak perlu berpikir panjang aku pun langsung menerimana. Hitung-hitung juga bisa membantu ayah untuk mencari nafkah. Lumayan juga gaji yang diberikan untuk bisa melanjutkan pendidikanku.
Hari itu adalah awal tahun dan juga perusahaan ingin melakukan inovasi baru. Jadi karyawan di perusahaan harus kerja keras untuk bisa mendapatkan ide yang cemerlang. Aku juga kena imbasnya. Meskipun aku cuma sebagai asisten, tetapi aku harus melayani keinginan bos yang kian harinya kian bertambah. Apalagi seminggu ke depan akan ada banyak meeting yang akan diadakan bos untuk membicarakan hal tersebut. Tenaga dan juga mentalku harus dipaksakan untuk bisa membantu atasan yang selama ini baik denganku.
Bosku ini bernama Herman Prastyo. Aku biasa memanggilnya Pak Herman atau Bos Herman jika batinku memintanya. Saat itu meeting diadakan setelah pulang dari kerja dan aku pun terpaksa lembur lagi utk menemani Pak Herman yang aduhai itu.
“ Jennifer, ke sini sebentar.”panggilnya.
“ iya, Pak. sebentar. “sahutku yang sudah lelah.
“ bikinkan saya kopi satu ya.”pintanya.
Baru mau kujawab, salah satu karyawan yang juga termasuk bawahan Pak Herman langsung nyampok.
“aku juga dibikinkan satu ya. Jangan terlalu manis. Ingat ya, dan satu lagi, jangan diberi garam ya karena aku tidak suka. “ katanya ngelantur.
Serentak seruangan meeting tertawa mendengarkan kata-kata dari Toni yang memintaku untuk membuatkan kopi.
“ Cuma dua ya pak?” tanyaku.
“ iya, Jen. Cepaten ya!” sahut pak Herman.
Aku pun langsung bergegas menuju ke dapur dan juga membuatkan kopi.
Sampai di dapur, aku berjumpa dengan satpam perusahaan. Lidahnya langsung menjulur keluar tanda senang melihatku. Wajar saja karena aku termasuk wanita yang sangat menggoda bagi kaum adam. Sekarang saja pacarku sudah ada lima. Wajahku yang cantik juga dibarengi dengan body yang bohay kumanfaatkan untuk menggaet banyak pria. Sayangnya, para pacarku sekarang tidak ada satu pun yang menarik hati. Semuanya di bawah rata-rata. Beda dengan pak Herman. Jadi aku berimpian untuk menggaet Pak Herman yang berwibawa itu.
Kembali ke cerita. Ketika di dapur Danny, satpam perusahaan itu pun mencoba mengodaku.
“ ehh, ada eneng rupanya. Mau kemana, neng? Kok sudah malam belum pulang?” katanya dengan penuh godaan” gombal.
“ iya pak. Soalnya saya harus temanin Pak Herman meeting.”jawabku dengan lembut.
Kami berdua di dapur sambil membuat kopi masing-masing. Tetapi kami tidak melakukan hal-hal yang ada pada pikiran para pembaca. Aku sangat beruntung karena tidak disetubuhi olehnya. Padahal aku sempat menggodanya dengan menaikkan rokku yang semulanya sangat pendek karena pahaku sedang gatal. Mungkin karena perusahaanku sangat MEWAH(Mepet dengan sawah). Aku juga sedang tidak berminat bercinta dengannya.
Usai membuat kopi, aku pun langsung menuju ke ruang meeting. Pak Herman dan juga Toni telah menunggu. Setibanya di ruangan, aku pun langsung jongkok, kebetulan meetingnya lesehan jadi supaya lebih sopan. Ketika aku jongkok, suasana pada ruangan langsung senyap. Semua mata memandangiku. Bukan wajahku, tetapi rokku sedikit terbuka. Apalagi pada saat itu aku lupa memakai daleman sehingga CD-ku yang putih langsung terlihat. Hal itu lantas membuat aku syok.
ketika keluar ruangan, sempat terdengar sedikit pembicaraan dari mereka di balik pintu.
“Herman, kamu sungguh pintar mencari asisten.”kata salah satu relasi bisnis pak Herman.
“iya, dong. Saya memang pintar, kan. Dia ialah sekretaris terbaik yang pernah aku miliki. Pelayanan pemandangan yang sungguh sangat hot ialah senjatanya.”jawab pak Herman.
Serentak semuanya mengeluarkan tawa yang sangat keras di dalam ruangan.
Pada saat itu aku sangat bingung. Pak Herman yang awalnya sangat polos dan juga sangat jarang mengeluarkan suaranya tiba-tiba saja kekocakannya keluar. Dalam pikirku cuma senang karena pak Herman yang aku impikan sangat menyukaiku. Apalagi jika dia mau mengajakku bercinta. Tidak bisa dibayangkan betapa nikmatnya bercinta dengan seseorang yang tampan dengan tubuh yang atletis dan aduhai. Tidak apalah kalu virginku diambilnya.
Sekitar jam sebelas malam meeting usai dan juga aku dulu pulang dari pak Herman karena harus jalan kaki pulang ke rumah. Baru sebentar aku berjalan keluar kantor, mobil warna merah sudah menghampiriku. Pak Herman yang mengendarainya.
“ Jen, sini saya antarkan pulang. Kasihan kamu perempuan sendirian malam-malam begini.”ajakannya dengan penuh wibawa yang menggoda.
“terimakasih, pak. Saya bisa sendiri kok. Rumah saya dekat siniaja juga.”jawabku berpura-pura menolak ajakannya.
“ayolah Jen. Cepat naik kesini.”katanya sedikit memaksa. Sangat badoh kalau aku menolak ajakannya.
Ini bukan pertama kalinya aku diantarkan oleh Pak Herman. Sudah puluhan kali diantarkan pulang olehnya. Tapi ini adalah pertama kalinya aku diantarkan pulang dengan mobil barunya yang mewah itu.
Di mobil, aku hanya terdiam dan malu untuk mengeluarkan kata-kata dari bibir. Pak Herman juga demikian. Dia sangat serius menyetir. Saking seriusnya, keringatnya mengucur dan juga aku mencoba untuk membantunya mengelap sedikit, untuk menghilangkan gugupku.
“ sini pak, saya bantu bersihkan.”tawarku.
Aku langsung mengambil tisu dan juga membersihkan keringat pada wajahnya dan juga yang jatuh ke pakaiannya. Ketika aku membersihkan keringat pada sekitar celananya, tidak sengaja tanganku menyenggol kontolnya. Ternyata sudah ngaceng. Aku pun terkejut dan juga salah tingkah.
“ kenapa Jen? Punya saya memang begitu. Selalu berdiri kalau bertemu dengan wanita cantik dan juga seksi.”. aku tidak kuasa mendengarkan kata-kata itu.
Setelah itu, tangannya mencoba untuk menggapai tanganku yang gemeteran karena itu. Tangannya yang sangat halus seperti tangan wanita itu mendekap tanganku.
“ sudahlah Jen. Tidak perlu gugup seperti itu”. Setelah itu, tangannya mulai menjamah di tubuhku.
Pahaku yang terlihat karena aku menggunakan rok mini. Tangannya pun mengelus-elus pahaku. Rasa geli yang bercampur aduk dengan rasa menyesal, nafsu dan juga malu. Tetapi sentuhan tangan pak Herman sedikit membuatku menjadi terangsang jadi aku membiarkannya.
Beberapa saat kemudian, mobil berhenti di depan pagar rumahku. Tanganku sudah hampir membuka pintu dan tiba-tiba saja ditarik pak Herman. Mungkin karena nafsu, dia langsung mencium bibirku. Selama kurang lebih lima menit bibir kami beradu di dalam sedan itu. Aku menikmatinya meskipun harga diriku terinjak. Selesai pak Herman menciumi bibirku, aku langsung turun dari mobil.
“ terima kasih ya, pak.”kataku dengan senyum manis.
“ saya yang seharusnya berterima kasih Jen”. Pak Herman langsung pamit untuk pulang karena sudah malam.
Aku langsung masuk ke kamar tidurku tanpa ganti baju. Aku biasa akan melakukan masturbasi usai mendapatkan rangsangan dari laki-laki. Birahiku sudah memuncak dan juga aku langsung melucuti pakaianku dan juga aku tidur cuma dengan balutan dengan selimut saja. Ketika aku membuka rokku, Celan dalamku sudah basah oleh cairan memekku. Aku tidak menghiraukannya dan juga langsung memasukkan jari tengahku ke dalam lubang memekku. Sampai klimaksku capai, aku pun langsung tidur dan juga berharap bisa bermimpi sedang bercinta dengan pak Herman.
Keesokan harinya, dengan tubuh yang tidak terbalut apa pun aku masuk ke kamar mandi untuk mandi karena Dengan cepat aku memakai pakaianku dan juga langsung berangkat kerja. Ketika itu aku diantar oleh pacarku yang kelima yang tinggal sangat dekat denganku. Pacarku yang ini sangat mencintaiku karena selalu mau disuruh-suruh. Aku sangat beruntung memilikinya.
Sampai di kantor, aku langsung ke meja kerjaku karena akhir-akhir ini aku sangat banyak kerja. Rasa ngantuk karena kemarin pulang malam dan juga capeknya onani, kulawan dengan segelas kopi yang kubuat. Jariku terus beradu diatas keyboard computer.
Perusahaan ini sangat unik. Tidak cuma di sekolah saja terdapat bel, perusahaan ini jugaada. Hal ini bertujuan untuk mengatur karyawannya supaya disiplin waktu. Sanksi yang diberikan oleh perusahaan jika ada yang melanggar peraturan cukup keras. Yang paling parah sudah pasti dipecat. Oleh karena itu, kedisiplinanku diuji di dalam perusahaan ini.
Karena tubuhku sakit semuanya, aku meminta izin pulang dulu dengan pak Herman. aku baru masuk ke ruangannya, dia mendahului pembicaraanku. “ Jen, nanti kita meeting lagi. Tolong siapkan ruangannya lagi ya.” Katanya dengan santun. Harapanku langsung pupus. Terpaksa aku menurutinya.
Bel untuk pulang pun berbunyi. Untuk kesekian kalinya aku lembur. Batinku sudah sanggup menahan rasa capekku.
Semua anggota pun memasuki ruangan meeting termasuk Pak Herman dan juga Toni. Aku kembali membuatkan minum bos. Kali ini pesanannya banyak sekali. Aku pun sampai kewalahan membuatnya.
Saat itu, Toni sedang ke kamar kecil, melihatku sedang jongkok untuk mengambil cangkir di bawah meja. Pastinya ia melihat sesuatu di balik rokku. Birahinya mulai memuncak. Caranya yang dia gunakan sangatlah jitu. Toni berniat untuk membantuku membuat kopi terlebih culu supaya bisa melihatku lebih dekat.
Toni juga tidak kalah ganteng dan juga keren dari pak Herman. Tapi sayangnya cara ngomongnya yang kurang sopan itu membuatnya mendapat julukan “mulut ember”. Tetapi menurutku, ketampanannya mampu menutupi kekurangannya itu.
Toni menghampiriku dari belakang dan juga langsung memelukku. Aku kaget dan juga takut. Dia bermaksud membantuku tetapi dengan cara yang romantis.
“ Jen, bisa abang bantu?” katanya.
“ dengan seeeeee…naaaaaang hati.”jawabku gugup karena rangkulannya yang hangat.
Setelah mendengar jawabanku dia bukannya membantuku membuat minuman, tapi malah mencoba membuatku bernafsu. Dia menggesek-gesekkan kontolnya ke pantatku. Tidak kusangka Toni akan melakukan hal ini padaku. Aku merasa senang tapi rasa maluku tidak bisa dilawan lagi, jadi aku cuma salah tingkah. Hanya beberapa saat Toni melakukannya.
“Jen, nanti pulang dengan aku ya. Aku mau memberikanmu surprise”. Dengan senang hati aku menerimanya
.
Setelah usai membuat minum, aku pun didampingi Toni ke ruang meeting. Ketika aku datang, semuanya mulai menutup mulutnya dan juga menungguku menjongkokkan badanku. Tapi saat itu sudah ingat untuk memakai daleman jadi mereka tidak bisa mengintipnya lagi.
Sesudah meeting aku langsung pulang dan juga menuju mobil Toni. Wajah Toni tampak sudah tidak sabar. Entah apa yang akan dia berikan kepadaku. Aku juga semakin penasaran.
Sampai di depan mobil, Toni langsung membukakanku pintu dan juga mempersilahkanku masuk. Seperti mau nikah saja. Kami pun pergi dari kantor menuju rumahku. Awalnya kami cuma diam saja. Tapi Tonilah yang memulai duluan.
“ Jen, kamu cantik hari ini”.
”abang Toni bisa aja”.
“beneran kok. Udah cantik, seksi lagi” katanya memandangi buah dadaku yang sedikit terlihat.
“ bisa aja, deh. Abang juga keren hari ini”. Tanpa pikir panjang, Toni menggapai tanganku dan juga menempelkannya pada kontolnya. terkejutlah yang kurasakan pada saat itu.
“ Jennifer sayang, inilah surprisenya”. Aku sangat kaget mendengarnya. Dengan memberanikan diri aku pun menganggukkan kepalaku dan juga tersenyum.
Tangannya tak bisa berhenti menggesekkan tanganku dengan kontolnya yang sudah ngaceng sejak meeting. Aku cuma bisa pasrah menikamtinya. Beberapa saat, mobilnya berhenti di tempat yang sepi dan juga sunyi. “ kok berhenti, bang?”. Belum selesai aku bicara, bibirnya sudah menyambar bibirku. Pertarungan bibir pun tidak terhindarkan. Beberapa saat kemudian, Toni mengajakku untuk ke jok belakang. Aku menurutinya saja.
Baru menyentuh kursi, resleting celana Toni sudah dibuka dan juga kontolnya yang aduhai sudah terpampang di depan wajahku. Setelah itu, wajahku digapainya dan juga langsung dihadapkan dengan kontolnya. “Jen, tolong dong sayang” katanya dengan nafsu. Bibir manisku pun langsung menghisap kontolnya dengan perasaan nafsu. “aaaahhhhhh… terus saaayyyyaaaaanggg…”desahnya menggoda. Dengan semangat dia mendorong kepalaku maju mundur. Tidak lama, aku melepaskan bibirku dan juga membuka bajuku. Tidak sabar, bibir Toni langsung menyambar buah dadaku yang besar dan juga masih belum terjamah.
“aaaahhhhhhhhh…” desahanku saat dia menghisap buah dadaku.
Giginya menggigit putingku yang sudah mulai memerah kenafsuan. Tanpa pikir panjang pakaian kami sudah tersebar di sudut mobil. Kaca yang gelap membantu kami bercinta di dalam mobil. Cumqa seberkas cahaya dari lampu tamanlah yang menemani kami bercinta.
Baru saja aku buka celana dalamku, kontolnya sudah bersiap untuk meluncur. Aku juga sudah tidak bisa menahan birahiku. kontolnya memasuki memekku.
“aaaaahhhhhhhhhhhh…..”. jeritku panjang.
Untuk pertama kalinya kontol memasuki liang memekku. Dibandingkan dengna jari tengahku yang biasa aku gunakan untuk masturbasi, kontol Toni jauh besar dan juga nikmat. Virginku pun didapatkannya. Darah perawanku mengalir dari dalam memekku. Sofa mobil sedikit ternodai oleh darah perawanku. Aku sudah tidak bisa menahan nafsuku lagi. Aku meladeni permainannya.
Pinggulnya sudah mulai maju mundur.
“Jen,memekmu enak bangeettttt.”.
“kontolmu juga mantap banget bang. Oooooooohhhhhhhhh …..”. Kami ngesex dengan nikmat.
Aku sangat menikmatinya. Sebelum aku orgasme, Toni sudah melepaskan kontolnya dari dalam memekku. Dia membangunkanku dan juga menyuruhku nungging. Tampaknya dia ingin membuatku orgasme duluan. Doggystyle pun menjadi pose selanjutnya. Seperti di film-film porno, Toni sangat semangat memasukkeluarkan kontolnya. Tidak berselang lama, aku pun mencapi orgasme.
“ Oooooohhhhh… enak bang. Jennifer sangat suka disetubuhi.”. erang panjang pun keluar dari bibirku tanda kenikmatan.
Untuk pertama kalinya, orgasmeku dilihat oleh orang lain. seluruh badanku bergetar seirama dengan jeritanku.
Lima menit berlalu, Toni kembali meraba-raba memekku untuk memasukkan kontolnya kembali . Wajarlah karena di mobil cuma ada seberkas cahaya yang menyinari, jadi memekku dan juga kontolnya tidak terlihat jelas. Ronde selanjutnya pun dimulai. Masuknya kontol Toni dan juga desahanku menandakan percintaan kembali berlangsung.
“aaaahhhhhhh. Aaaaahhhhhhhh. Aahhhhhhhhh. Terusin saayyyaaaannggggggggg”. Desahan terus keluar dari mulut kami. Dengan sisa tenaga, kontolnya sangat mulus bergerak maju mundur di dalam memekku.
Tidak lama berselang, kontol Toni kembali dilepaskan. Kali ini Toni ingin menjilati memekku. Serantak tubuhku bergetar pun kegelian. “aaaaahhhhhhhhh, terusin baaang”. Desahan penuh nafsu itu pun keluar dari bibirku.
Lidahnya terus naik turun menjilati memekku. Sangat terasa sekali rangsangan itu sampainya akhirnya orgasme keduaku pun terjadi.
“aaaaahhhhhhhh. Aku keluar lagi, banggg”. Tanpa jera Toni menjilati sampai habis cairan memekku.
Sudah puas menjilati memekku, pose doggy style untuk kesekian kalinya kembali terjadi.
“Jen, buat aku orgasme ya kali ini!”. Kata tersebut sangat membakar semangatku. Goyangan khas orang yang bercinta terus terjadi di mobil Toni. Samapi akhirnya suara pun datang dari bibir Toni.
“Jennifer sayang, sudah mau keluar nih”. Bergegas aku melepas kontolnya dan juga langsung mengocok kontolnya suapay spermanya cepat keluar.
Crroooooot. Sperma yang berlinang dengan dosa itu muncrat membasahi wajah dan juga buah dadaku. Aku pun menjilati habis sperma yang tersisa pada kontolnya.
Kami pun memakai pakaian dan juga bergegas pulang. Itu merupakan malam yang terindah bagiku. Disetubuhi oleh pria tampan nan menggoda. Hubungan kami pun tidak berakhir sampai di situ saja. Setiap kali kami pulang bareng, tidak disangka selalu mencari tempat tidak berpenghuni untuk bercinta ria. Satu jam ialah waktu yang sangat ideal untuk bercinta tanpa sepengetahuan orang lain.
No comments:
Post a Comment