MARI ~~

8 September 2016

Cerita Sex - Disetubuhi Supir Sendiri

Dalam kehidupanku gak ada masalah dalam rumah tangga maupun lingkungan kerjaku. Suamiku juga amat pengertian dan memenuhi segala kebutuhanku baik lahir maupun batin. Akupun dilahirkan dalam lingkungan yang memegang teguh agama dan adat jawa. Dan tidak heran setamat kuliah aku dan Mas Rudi memutuskan untuk nikah, karena kami telah lama pacaran. Dalam kehidupanku boleh dibilang berkecukupan, selain ayahku yang seorang pamong di daerah jawa tengah, orang tua Mas Rudi pun terbilang orang cukup berada dan menetap di jakarta.
Setelah menempuh hidup bersama dalam rumah tangga kami selama 1,5 tahun, maka kami merencanakan menunda punya anak. Mas Rudi ingin aku mencurahkan perhatianku kepada pekerjaan dan ingin tetap menikmati kehidupan berdua dulu tanpa di ganggu anak dulu. Saat ini usiaku menginjak 27 tahun. tinggiku 158cm dan rambut sebahu. kulitku kata teman2ku sawo matang, karena jika putih pasti kalah dengan orang chinese.
Tidak heran selama aku kuliah dulu di daerah surakarta,banyak teman sekampusku yang coba endekati, namun hatiku terpaut pada Mas Rudi saja. Bukan materi yang aku kejar pada dirinya, namun karena sikapnya yang santun thdp aku. Teman2 bilang aku terlalu pilih2,namun semua itu salah, dan kebetulan Mas Rudi datang ke kostku slalu pake BMW kadang mercy milik orang tuanya. Tetapi aku lebih suka jika ia datang dan jemput pake sepeda motor saja. Bukan apa2, di kampungku orangtuaku juga punya mobil seperti itu.
Kehidupan sexualku normal dan Mas Rudi pun tau ttg seleraku. Ia amat mengerti kapan kami bisa berhubungan badan dan kapan tidak. Akupun tidak mau Mas Rudi terlalu memporsir tenaganya untuk melakukan kewajibannya. Sebagai wanita jawa aku dituntut untuk nrimo dan pasrah saja. Kami tinggal di surakarta dan menempati rumah pemberian orang tua Mas Rudi. Di rumah yang luas dan asri ini, kami tinggal dan ditemani dua orang pembantu suami istri. Kedua pembantu itu telah lama ikut dengan orang tua Mas Rudi.
Umur mereka kira2 65 tahun. yang perempuan bernama mak Ita dan pak arifin. Kami mempercayakan rumah kepada mereka jika kami pergi kerja. Setiap hari aku kekantor kadang diantar Mas Rudi dan kadang aku nyetir sendiri. Suatu saat aku pulang kantor dan mau kerumah, aku tanpa sengaja menyerempet sebuah sepeda yang dikemudikan oleh seorang pria paro baya. Pria itu jatuh dan aku karena takut dan kaget, maka aku larikan saja mobilku kearah rumah. Sesampai dirumah aku, masukkan mobil dan diam di kamar.
Masih terbayang olehku saat, pria itu jatuh dan memanggil manggil aku untuk berhenti, namun aku tancap gas. Dirumah perasanku tak tenang dan itu aku diamkan saja dari Mas Rudi. setelah kejadian itu besoknya aku minta diantar kekantor dengan Mas Rudi. hampir tiap malam aku bermimpi bertemu dengan pria yang ku tabrak itu. sampai2 Mas Rudi heran akan sikapku yang berubah dingin dan gelisah. Lalu Mas Rudi menanyakan sebab perubahan sikapku itu. Akupun berterus terang dan Mas Rudi memahaminya. Lalu ia sarankan aku untuk menagmbil seorang supir, untuk mengantarku.
Akupun setuju, sebab aku memang trauma sejak saat itu menyetir sendiri. Beberapa hari kemudian, datanglah supir yang dicari Mas Rudi itu. Alangkah kagetnya aku, soalnya itu adalah orang yang aku tabrak tempo hari. Iapun kaget, namun aku berusaha menagatur sikapku, aku yakin iapun masih ingat denganku saat ku tabrak. Supaya Mas Rudi tak curiga pada orang yang ku tabrak itu, maka aku setuju saja jika ia jadi supirku. Aku pikir itung2 balas jasa ataskesalahanku saat itu. Namanya Pak Aman, umurnya kira2 66 tahun, namun masih kuat dan sehat.
Sejak saat itu aku slalu diantar Pak Aman kemana aku pergi, baik kekantor atau belanja. Setiap pagi ia telah ada di rumah, dan siap2 membersihkan mobilku. Sedang suamiku telah akrab dgn Pak Aman. Suatu hari saat mengantar aku kekantor sambil bincang2 Pak Aman, bilang padaku.
“Bu.. kalau ndak salah ibu dulu, nabrak saya dengan mobil ini kan?”.. tanyanya. Aku terdiam dan Pak Aman pun berkata,
“ ibu,,, kejam dan tidak bertanggung jawab”. Lalu ku jawab…
“maaf pak.. waktu itu memang saya salah,, saya tergesa gesa saat itu”, jawabku.
“ Alahhhh kalian orang kaya memang begitu.. menganggap orang lain sampah”, lanjutnya.. Lalu ku jawab..
“jangann gitu pak? saya waktu itu benar2 khilaf” kataku lagi. Lalu ia diam. Aku pun diam saja saat itu, hingga sampai di rumah. Sejak kejadian itu sikapnya terhadapku jadi lain dan aku tidak ambil pusing.
Aneh memang kenapa sejak saat Pak Aman bertanya kepadaku saat itu, aku merasakan adanya sensasi tersendiri dalam hatiku saat menatap matanya. Perasaanku kepada Pak Aman serasa ingin terus bersama dengannya. Jika ia pulang sore harinya,aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Dan pagi jika ia datang untuk mengantarku rasa itu jadi senang dan seperti kasmaran. Perasaanku kepada Mas Rudi biasa saja. Jum’at sore saat ia menjemputku, entah kenapa aku minta Pak Aman untuk mampir dulu untuk singgah di sebuah restoran. Disitu aku mengambil tempat agak ke sudut dan suasananya amat romantis.
Pak Aman kuajak makan. kami duduk berhadap hadapan, ia pandangi terus mataku. Aku pun demikian seperti aku memandang mas Rudi. Tanpa ada kata2 ia genggam jemariku saat itu, aku merasa tenang seperti gadis remaja dengan pasangannya. Pak Aman lalu meraih tanganku dan menciumnya. Baru kali ini, tanganku di pegang orang selain suamiku dan ada rasa hangat yang mengalir di sekujur tubuhku. Beberapa saat kami menikmati suasana yang tak aku hendaki itu terjadi.
Setelah itu kami keluar dari restoran itu dan menuju kemobil. Dalam mobiku itu, aku terdiam dan bingung akan kejadian barusan, otakku tidak berjalan sebagai mana mestinya, soalnya aku bermesraan dengan supirku yang tidak sepadan denganku dan ia dengan bebasnya meraih dan meremas tanganku. Dalam mobil sebelum berjalan, Pak Aman menoleh ke arahku,dan kembali meraih jemariku dan lalu ia rengkuh tubuhku lalu ia kecup bibirku. aku kembali seperti orang linglung. Sesampai dirumah aku terus terbayang sensasi kejadian tadi sore itu.
Alangkah kurang ajarnya supirku itu, bisik hatiku. Malam harinya, dengan separo hati, aku layani suamiku dengan apa adanya. Tidak ada lagi rasa nikmat yang aku rasakan saat Mas Rudi mencumbuku dan menyetubuhiku. Hatiku slalu terbayang wajah Pak Aman. Kalau pikiranku sehat saat itu, aku berpikir apa istimewanya Pak Aman? gak ada rasanya. tetapi aku slalu terbayang wajahnya, sampai2 saat suamiku saat berada diatas tubuhku saat melakukan hubungan badan, aku kira Pak Aman yang diatas tubuhku, tetapi untunglah aku masih bisa mengusai diri.
Besoknya aku seperti biasa diantar olehnya, dan ia tambah berani dengan meraba paha dan dadaku, tangannya aku tepiskan, namun ia hanya senyum. Setiap hari, matanya tidak luput memandangku dari ujung rambut sampai kaki. Entah kenapa setiap hari, ada2 saja yang ia pegang dari tubuhku, kadang dadaku, paha, kadang ia cium bibirku. Namun aku tidak berontak. Suatu ketika saat pulang kantor, mobil tidak ia arahkan kerumah tetapi, kerumahnya di kawasan kartosuro.
Disana, suasananya sepi dan jarang ada rumah penduduk. Entah kenapa aku mau saja diajak turun dan masuk kerumahnya, yang dikelilingi pohon2 besar. Rumahnya terbuat dari kayu dan beratap genteng yang telah tua. Dalam rumah itu hanya ada dipan beralaskan tikar dan sebuah bantal. Lalu Pak Aman menutup pintu rumah itu dan menyilahkan aku duduk di pinggiran dipan itu. Kalau dilihat, gubuknya seperti rumah dukun dan didindingnya ada semacam tulang2 dan bau menyan.
Pak Aman ke belakang dan tidak lama kemudian muncul dan duduk di sampingku. Bu… beginilah keadaan saya, katanya… oooo.. ndak apa lah pak? jawabku. Lalu tiba2 saja ia lingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa tidak enak.. buk… saya,,, ingin… merasakan kehangatan tubuh ibu,,, katanya. Dulunya istri saya masih hidup jika tidak ibu tabrak saya saat itu, saya masih bisa menolongnya, namun ibu, membuat saya terlambat.. dan istri saya mati, terangnya. sekarang ibu,, lah yang menggantikannya… lanjutnya lagi. Aku diam saja saat itu, aku begitu karena pikiranku sudah kosong dan dalam diriku ada semacam gairah yang menghentak untuk dituntaskan dan lepaskan. Setelah berkata begitu, satu per satu pakaianku jatuh ke lantai dan setiap inci tubuhku ia raih dan remah hingga aku tidak berpenutup lagi.
Aku ia baringkan di dipan kayu itu, lalu ia buka pakaiannya hingga, sama2 bugil denganku. saat itu aku sebelumnya hanya berpakaian kantor. lalu ia raih inci demi inci setiap rongga di tubuhku. Dan akhirnya ia hujamkan kejantanannya ke kemaluanku berkali kali. ,hingga derit dipan itu terdengar. Aku hanya mendengus dan merasa terus dijadikan kuda pacu. Tubuh mulusku dijamah Pak Aman berulang-ulang, hingga akhirnya ia pancarkan cairan hangat itu didalam kemaluanku, ada rasa hangat dan tegang saat ia sampai klimaks.
Aku pun tanpa kusadari dari tadi telah pula klimax. Tubuhku saat itu penuh dengan keringat dan bercampur dengan keringat Pak Aman. Aku mersakan perih dan nyilu pada selangkanganku karena kejantanan Pak Aman panjang dan besar juga. hampir seluruh kulit tubuhku merah2 dan putingku serasa panas akibat gigitan Pak Aman. Beberapa saat kemudian aku di suruh berpakaian dan berbenah seperti biasa lagi. Lalu aku pulang diantarnya dengan mobilku. Dalam mobil aku merasa sesal telah mengkhianati Mas Rudi, namun apa dayaku, sebab Pak Aman amat berkuasa terhadap tubuhku, hingga ia berhasil menelanjangi dan menyetubuhi ku.
Sejak saat itu, bila ada waktu saat aku pulang kantor, Pak Aman selalu menyetubuhiku dan kadang jika suamiku ke jakarta untuk meeting di kantor pusat agen bola, ia dengan seenaknya tidur di rumahku dan kami pun bersebadan dengan Pak Aman di atas ranjang kami dengan Mas Rudi. Setiap ia menggauliku aku slalu merasakan puas dan pegal2 pada selangkangannku. Para pembantuku tidak curiga atas tindakan kami itu. Pak Aman pun tampaknya bisa menutup mulut kedua pembantuku. Hampir selama 6 bulan aku menjadi bulan2an nafsu Pak Aman, itu, akupun merasakannya. Namun aku sedikit tenang, aku tidak bakalan hamil, karena aku sudah memasang spiral. Dan itu aku sadari, karena hampir setiap berhubungan sex dengan Pak Aman, ia slalu mengeluarkan air maninya dalam rahimku.
Dan memang aku sempat mencium bau tidak enak saat ia berada diatas tubuhku. Bau keringatnya amat busuk, namun aku slalu mengganti sprei ranjangku setiap ia meniduriku, sebab bau keringatnya akan tinggal di kain sprei itu. kamar pun aku semprot dengan wewangian dan ac nya slalu menyala. Dan sekian lama barulah aku mengetahui dari seorang teman bahwa Pak Aman adalah seorang dukun dan aku telah di guna- gunainya.
Atas saran dan bantuan seorang orang pintar di tempat rekan kerjaku itu, kini aku telah terbebas dari guna-guna Pak Aman. Iapun lalu, aku pecat dan ia sempat mengancamku, akan membongkar hubungan sex dengan ku kepada suamiku. Dengan minta duit sekitar 10 juta dari tabunganku aku, minta dia keluar. Sejak saat itu ia tidak pernah muncul lagi…

No comments:

Post a Comment